*kalo typo maklumin, soalnya ngetik kilat.
______________________________________
Hermione menutup buku yang sudah selesai dia baca. Dia terdiam dan memandang langit yang tak ada bintang. Wanita itu menghela napas sedih.
Tom yang menyadari perubahan suasana hati istrinya kontan bertanya. "Ada apa?"
Hermione berpaling menatap Tom kemudian menggeleng. "Tidak ada."
Tom—nyaris— menggeram karena istrinya membohonginya.
"Jangan berbohong padaku." Suaranya datar namun terdengar kaku seperti menahan sesuatu.
Tahu bahwa berbohong bukan keahliannya, Hermione menunduk. Menatap kakinya yang terbalut sandal berbulu. "Aku merindukan teman-temanku." Dia bergumam lirih.
Ekspresi wajah Tom terlihat aneh.
"Maksudmu—Harry Potter dan Ron Weasley?"
Pertanyaan Tom diangguki oleh Hermione.
"Biasanya, jam segini kami makan di aula. Harry dan Ron berceloteh tentang Quidditch, sementara aku dan Ginny membahas kunjungan Hogsmeade."
"Tapi... mereka sudah mati. Mereka mati karena perang sialan itu." Hermione terisak. "Dan aku di sini. Bersembunyi di masa lalu seperti seorang pengecut."
Tangisannya semakin keras. Air matanya yang jatuh terlihat seperti berlian karena pantulan cahaya bulan.
Tom menarik Hermione dan mendudukkan wanita itu di pangkuannya. "Ssstt. Kau bukan pengecut, sayang." Tom berbisik.
"Aku pengecut, Tom, aku! Disaat mereka berjuang untuk menang aku malah kabur dan bersembunyi."
Tom semakin mengeratkan pelukannya. Dia meletakkan dagunya di kepala Hermione. "Berhenti mengatakan itu. Teman-temanmu tidak ingin kau mati. Mereka justru ingin kau hidup dan merubah semuanya."
Hening sejenak.
"Benar?" menatap suaminya dengan mata berkaca-kaca.
"Hmm."
Hermione sedikit tenang mendengar jawaban suaminya. Perlahan kantuk menyerangnya. Wanita itu menutup mata dan kepalanya tenggelam di dada bidang Tom.
"Kita akan mengubah dunia bersama, sayang."
Dia memantapkan itu dalam hati. Dan Tom menyeringai.
______________________________________
"Hari ini aku akan lembur."
"Lagi?"
"Ya."
Hermione mencoba menutupi rasa kecewanya yang membara. Suaminya berbohong. Dia bilang mereka akan berlibur, namun nyatanya dia masih sibuk dengan pekerjaannya.
"Oke." Wanita itu bergumam pelan.
"Jangan khawatir." Tom membuka suara kala melihat ekspresi sedih istrinya. "Kita akan segera berlibur."
Hermione mencoba tersenyum tapi itu terasa sulit. Dia membutuhkan bukti bukan janji.
"Jangan lupa minum ramuannya."
"Iya."
"Aku berangkat."
"Ya. Hati-hati."
Mengantar suaminya sampai perapian, Hermione tersenyum kecil melihat Tom yang tampak gagah dengan balutan jubah biru dongker. Suaminya selalu tampan. Tak heran jika banyak penyihir wanita yang menyukainya. Setelah suaminya pergi, Hermione kembali ke dapur. Duduk di tempat tadi dan memandang cangkir berisi ramuan yang Tom buat khusus untuknya tanpa ekspresi.