Sial. Hermione tiba-tiba terbangun di tempat yang dia tidak ketahui. Dia mengecek Time Turnernya yang rusak dan dia mengerang. Double shit.
Tahun berapa ini?
Berdiri, membersihkan pakaiannya, Hermione mencari seseorang untuk ditanyakan. Dia masuk ke Diagon Alley. Membeku ketika melihat pakaian orang-orang di sana yang menurutnya kuno.
"Umm.. permisi. Bolehkah aku melihatnya," kata Hermione canggung pada seorang penyihir pria yang sedang membaca berita.
Si pria melihat Hermione. Mengamati pakaiannya dengan kernyitan aneh lalu memberikan Daily Prophet tanpa berpikir panjang.
"Ambil saja." Lalu dia pergi. Tidak ingin berlama-lama berdekatan dengan wanita yang kurang memiliki adab.
Merlin. Dia mengenakan celana! CELANA! Sejak kapan wanita mengenakan pakaian itu?!
Hermione menahan cibirannya. Tahu betul isi pikiran si penyihir tua itu. Dia menghela dan melihat tanggal di Daily Prophet.
1948.
Yah, persetan.
______________________________________
Okey. Konsep Time Turner memang kembali ke masa lalu. Masa lalu—kembali ke 3 sampai 5 jam ssbelumnya. BUKAN KEMBALI KE 50 TAHUN YANG LALU.
KENAPA?
Hermione memijit pelipisnya. Memandang Time Turnernya yang hancur berkeping-keping dengan tatapan miris. Omong-omong dia berada di toko buku. Berdiri di bagian sihir hitam. Mencari-cari jawaban atas kekacauan semua ini.
Tapi—sial. Dia tidak bisa menemukan apapun.
Apa yang harus dia lakukan di tahun ini?
Tidak punya uang. Tidak punya tempat tinggal. Tidak punya pekerjaan. Intinya dia miskin.
Meminta bantuan pada Dumbledore? Hell no. Hermione sebal pada pria tua itu karena melindungi Harry untuk membiarkannya mati di masa depan. Dia tidak ingin memberi Dumbledore keuntungan tentang masa depan.
"Permisi. Apakah buku tentang sihir waktu tersedia di sini?"
Si pemilik toko membenarkan letak kacamatanya. Memandang Hermione dengan remeh, "Ada. Di pojok bagian rak Q."
"Ya, terima kasih." Hermione membalas malas.
Dia berjalan ke bagian rak Q. Rak yang penuh informasi tentang waktu. Hermione berjinjit, hendak mengambil buku yang letaknya jauh di atasnya. Tapi tangannya menyenggol buku-buku lain dan buku-buku itu terjatuh mengenai kepala Hermione.
Hermione mengerang kesakitan. Dia memaki-maki buku yang jatuh dan menimpa kepalanya.
"Buku-buku sialan."
Tom Riddle di sisi lain mendengus geli. Sejak gadis itu pertama kali memasuki toko, Tom terganggu dengan gumamannya yang menyebalkan. Tom memperhatikannya dari celah-celah buku di balik rak. Rambut kusut, wajah lelah, tubuh kotor, dan celana? Wanita ini pasti gila.
Tom akhirnya berpindah ke rak lain. Sialnya si gadis berada di dekatnya lagi. Kali ini dia kesulitan mengambil buku yang letaknya melebihi tinggi badannya. Apa dia idiot? Dia penyihir. Apa gunanya tongkat sihirnya?
Sampai buku-buku itu jatuh mengenai kepalanya dan dia mengumpat. Tom tidak bisa menahan kekehannya.
Dia lucu. Tom tidak bisa menampik itu.
Wanita asing itu sering datang ke sini—hampir setiap hari. Dan Tom merasa ini sebuah keharusan untuk mengunjungi toko ini hampir setiap hari juga.
Hanya untuk memperhatikannya.