1. Knowing

257 27 3
                                    

Sudah 2 tahun aku merantau ke kota lain untuk kuliah. Aku mengambil kuliah jurusan kedokteran hewan. Beberapa teman dan kenalan orang tuaku menebak aku memilih jurusan itu karena aku cinta binatang tapi itu salah, aku memilihnya karena aku tidak menyukainya. Aku merasa takut jika melakukan sesuatu karena alasan suka.

Bagaimana jika nanti tiba-tiba aku bosan? Kemudian ingin berhenti. Jadi, aku lebih memilih sesuatu yang tidak kusukai dan belajar untuk menyukainya walaupun challenging tapi akan lebih mudah seperti itu. Bingung kan? Ya kadang aku juga bingung dengan cara kerja otakku.

Aku sangat bersyukur karena sahabat terbaikku dari aku TK juga satu jurusan denganku. God, aku tidak tahu jika tidak ada Mina dalam hidupku. Manusia introvert dan ansos sepertiku tentu akan sangat jauh tertinggal jika tidak ada dia.

"Kau begadang lagi hari ini?" Tanya Mina sambil menarik catatanku.

"Yups, ini bulan Februari. Kau tau apa yang kulakukan setiap bulan Februari?"

"Tentu, melakukan ritual nonton marathon series gilmore girls. Membosankan" kata Mina sambil mengamati orang-orang yang masuk ke kelas.

"Heii jangan bilang seperti itu. Lorelay sudah seperti dewi bagiku"

"Dasar idiot. Pantas betah sekali sendiri. Buka matamu Hyo, Eunwoo terlalu manis untuk kau sia-siakan" kata Mina sambil menjitak kepalaku.

"Awwww... berisik! Ngaca dong, sampe kapan kamu mau jadi pengecut untuk ngga confess perasaanmu ke Jimin oppa?"

"Aku takut Jimin oppa menjauhiku. Aku rasa dia hanya mengganggapku seperti adiknya karena aku adalah teman dekatmu dan kita sudah berteman sejak kecil" Mina menelungkupkan kepalanya di meja.

Aku tahu dia sangat sensitif dengan masalah Jimin oppa. Walaupun dia temanku dan Jimin oppa adalah kakakku, aku tidak bisa melakukan apa-apa jika Mina tidak mau mencoba to do something dan Jimin oppa tidak mencoba untuk peka dengan lingkungan sekitar.

Jimin oppa hanya memperdulikan urusannya. Pikiranku teralihkan ketika dosenku memulai kelas anatomi terapan karena salah satu teman sekelasku yang tertawa seperti tante-tante centil yang mendapat hadiah baru.

"Gila cakep banget! Tau ga sih selain dia anak berprestasi tahun ini di jurusan manajemen ekonomi, dia juga pemenang lomba debat di luar negeri. Kudengar dia juga anak orang kaya" obrolan mereka sampai ke telingaku. Pasti membahas cowok ganteng nan tajir.

.

Selesai kuliah aku memutuskan untuk membeli kuas baru karena kuas lamaku sudah rusak. Aku ingin menghabiskan waktu weekendku dengan melukis karena aku suka melukis tapi alasan utamanya adalah agar aku bisa menolak ajakan Mina untuk hangout bareng.

Ya, aku melihatnya berdiri di jejeran rak kanvas dan pallet memakai kaus hitam panjang dengan celana panjang berwarna senada sedang melihat-lihat kanvas mana yang akan dia beli. Aku harus selalu sadar kalau mataku sangat pandai menangkap radar orang tampan dan itu akan sangat merepotkan. Aku mengabaikannya dan mencari kuas yang kubutuhkan.

"Heii, kau Jihyo kan?" Kata seseorang sambil menepuk bahuku yang akan meraih kuas ukuran kecil di rak atas. Aku agak kaget saat menyadari orang yang bertanya padaku adalah cowok yang di depan rak kanvas tadi.

"Maaf anda siapa?"

"Kau sangat suka bertanya daripada menjawab pertanyaan ya" kekehnya.

"Maaf, mamaku selalu mengatakan untuk tidak ngobrol dengan orang asing"

"Well, kita sedang melakukannya sekarang" dia menatapku dengan pandangan yang sulit diartikan dan itu membuatku jengah dan ingin segera pergi.

"Kakakmu menyuruhku untuk menyapamu ketika aku bertemu denganmu dan mengajakmu berteman" katanya lagi sambil mengambil kuas di rak atas dan memberikannya padaku.

"Maaf, apa maksudmu?"

"Jimin adalah temanku dan dia kakakmu. Dia menyuruhku untuk menyapa ketika kita bertemu dan mengajakmu berteman. Got it?"

Sial, apa yang dilakukan Jimin oppa. Apa dia mengatakan hal seperti itu ke setiap temannya. 'Hai aku punya adik perempuan bernama Jihyo. Sapalah dia jika bertemu dan ajak dia bermain' suara cemprengnya sudah bisa kubayangkan.

"Sepertinya kamu salah orang. Aku tidak punya kakak dan namaku bukan Jihyo. Namaku Sana, permisi"

Dengan langkah tergesa, aku berjalan ke arah meja kasir dan segera pergi dari toko itu. Nama Sana terlintas di kepalaku karena dia cewek paling famous di angkatanku. Well, bodo amat jika dia tahu aku bohong. Aku tidak akan berurusan dengan pria lagi karena mereka sangat merepotkan.

.

TBC

FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang