2. Brother

119 22 1
                                    

"Apa yang oppa lakukan??" Teriakku sambil mendobrak pintu kamar Jimin oppa yang tidak dikunci.

"Apa maksudmu? Membuat kaget orang saja"

Bisa kulihat Jimin oppa terbangun dari tidur siangnya karena teriakanku barusan dan tentu saja karena perbuatanku yang mendobrak pintu kamarnya.

"Apa yang kau katakan pada teman temanmu? Ada cowok aneh yang mendekatiku dan memintaku menjadi temannya. Dasar gila"

"Aku tidak pernah mengatakan apapun. Teman-temanku kuliah saja tidak ada yang tahu aku punya adik, kecuali namjoon hyung. Tapi kau kan mengenalnya" Kata Jimin oppa sambil mengucek matanya dan beranjak dari kasur.

"Jika kau melakukan yang aneh-aneh. Aku akan membuka aibmu" Teriakku di depan mukanya dan berlari menuju kamarku.

"Dasar adik biadab"

.

Weekendku berjalan dengan lambat karena aku tidak ada kegiatan di apartemen selain melukis. Aku menyesal menolak ajakan Jimin oppa untuk ikut makan di luar. Setidaknya aku tidak akan mati gaya karena bosan di kamar.

Aku menghitung setiap goresan yang kuoleskan di kanvas dan mengalihkan pikiranku sambil mendengarkan musik rock yang baru dirilis. Musik rock bukan gayaku tapi dengan mendengarnya membuatku teralihkan. 2 jam mendengarnya berulang-ulang membuatku hafal dengan liriknya. Mungkin besok aku harus mencoba lagu hip hop rap.

"Selera musikmu lumayan juga". Sebuah suara yang familiar mengalihkan perhatianku. Dia lagi. Pria yang kulihat di toko alat lukis sedang berdiri di pintu kamarku yang terbuka.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanyaku defensif. Aku tidak suka melihat orang asing datang ke apartemenku dan melihat isi kamarku.

"Aku mengantar kakakmu karena mobilnya mogok di jalan. Oke see you" Katanya dan pergi begitu aja dari pandanganku.

Entah kenapa aku harus memarahi Jimin oppa lagi. Aku tidak suka jika ada temannya yang sok akrab denganku.

"Oppa melanggar aturan dengan membawa orang asing ke apartemen. Aku tidak suka" kataku menahan amarah. Kulihat Jimin oppa sedang mengambil air dingin di kulkas dan memicingkan matanya ketika aku bersuara.

"Ada apa denganmu? Kenapa sensitif sekali sih dengan jungkook? Dia tadi menceritakan kejadian kemarin ketika kau dengan tidak sopannya berbohong bahwa kamu bukan adikku dan bernama Sana. Kelakuan macam apa itu"

"Aku bahkan tidak tahu namanya jungkook dan aku tidak suka oppa melakukan hal-hal seperti itu. Aku bisa mencari temanku sendiri dan aku sudah merasa cukup berteman dengan mina jadi jangan ikut campur dengan urusan pertemananku. Oppa tau kan jika itu sangat menyebalkan" Teriakku menahan emosi.

Kejadian ini mengingatkanku ketika aku SD dan oppa mengajak teman-temannya berteman denganku karena kasihan aku hanya terus bersama Mina. Tapi tentu saja pada akhirnya mereka meninggalkan aku karena aku membosankan, tidak seperti Jimin oppa yang selalu disukai semua orang.

"Aku tidak pernah memberi tahu Jungkook jika kamu adalah adikku dan itu bukan salahku jika Jungkook tertarik padamu"

"Apa maksudmu tidak memberitahu dan Jungkook tertarik padaku"

"Well, aku tahu kamu tidak bodoh adik manis. Nikmati masa mudamu" kata Jimin oppa berlalu dan mencium pipiku dan masuk ke kamarnya.
'Damn it. Aku dalam masalah' Batinku.

.

TBC

FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang