6. Sing

89 17 3
                                    

Suasana siang ini di fakultas bisnis manajemen sangat ramai. Iya, aku diam-diam datang di acara dies natalis FEB untuk melihat dia menyanyi. Tentu aku berharap dia tidak tahu jika aku datang. Bisa malu aku.

"Jihyoooo kan?"

"Hai Eunwoo" aku kaget karena menemukan Eunwoo ada di sebelahku.

"Apa kau akan melihat band oppamu tampil?"

"Tentu" jawabku sambil tersenyum.

Eunwoo adalah teman SMAku dulu dan kini kami satu univ walaupun berbeda fakultas. Dia satu fakultas dengan Jimin oppa. Aku heran kenapa dia tidak lelah mengejarku.

"Ayo kita harus berada di baris depan agar kamu bisa melihat Jimin oppa dengan baik" kata Eunwoo sambil menarik tanganku menuju deretan depan.

Posisi di depan panggung membuatku khawatir. Pasti aku akan ketauan datang.

Sorakan mulai terdengar di sekelilingku saat "Blueband" dipanggil oleh MC. Aku tidak terkejut saat melihat Sana dan Nancy, cewek paling hits di fakultasku berada di samping kiriku. Well, mereka pasti langsung berlari ke FEB setelah praktikum patologi. Just like me :).

Aku melihatnya berjalan beriringan dengan Jimin oppa. Dengan senyuman khasnya dia memegang mic yang sudah berdiri di panggung.

"Hi, kami dari blueband akan membawakan satu lagu yang kami produksi sendiri. Hope you enjoy it guys!" Katanya sambil menunjukkan smirk khasnya.

Suaranya mengalun dengan halus diiringi suara gitar oppaku. Dia benar-benar berbakat. Aku bahkan sampai menangis mendengarkan tiap lirik yang dia nyanyikan. Perasaan orang yang merindu dan ingin bertemu.

"Jihyo kamu menangis?" Suara Eunwoo menyadarkanku.

"Ah aku jadi malu" Jawabku sambil mengusap air mata.

"Sini kubantu" Tangan Eunwoo tiba-tiba sudah berada di pipiku bersamaan dengan selesainya lagu yang dibawakan oleh blueband.

"Jangan menangis Jihyo. Aku tidak suka melihatmu menangis"

"Hahaha Eunwoo aku hanya terharu mendengarkan lagunya. Kurasa oppaku dan temannya berbakat membuat lagu" jawabku sambil menurunkan tangan Eunwoo di pipiku.

.

Aku menarik nafas lega setelah berusaha keras memisahkan diri dari Eunwoo. Dia benar-benar mengikutiku kemana pun aku pergi. Huftt padahal aku ingin datang ke stan makanan dengan bebas tanpa ada orang yang selalu mengekor di belakangku. Aku duduk di bangku bawah pohon yang berada persis di depan perpustakaan FEB. Dering ponselku membuatku kaget.

"Jihyooo aku membencimuuu" suara teriakan Mina langsung menyerang gendang telingaku.

"Hah? Aku salah apa?"

"Jangan pura-pura bego kamu. Aku tau kamu sedang melihat Jimin oppa perform di pensi dies natalis FEB. Aku melihatmu di story Sana. Kenapa tidak mengajakku ha? Kamu masih mau hidup kan?"

Ah galak sekali temanku ini. Walaupun aku menonton pensinya, mataku tidak melihat Jimin oppa. Jadi tidak bisa dihitung aku melihat perform Jimin oppa karena aku tidak benar-benar melihatnya.

"Kau kan tadi bilang diajak mamamu ke mall membeli hadiah untuk kelahiran anaknya Jinyoung oppa dan Jisoo Eonni" jelasku.

"Kalo kamu bilang, aku pasti membatalkan ajakan mamaku" seru Mina.

"Udah deh nggausah teriak. Nanti aku minta Jimin oppa menyanyikan lagu. Aku rekam dan kirim ke kamu"

"Oke. Kali ini aku terima. Besok, jika tidak mengabariku apapun tentang Jimin oppa cukup sekian persahabatan kita" ancam Mina dan klik terputus.

Huft seram sekali punya teman yang dimabuk cinta. Ingin sekali aku menyatukan keduanya agar hidupku tidak susah seperti ini. Tapi ada baiknya jika mereka melakukannya sendiri. Mina bodoh gara-gara cinta.

"Bukankah kau kemarin bilang hanya akan datang jika aku menarikan lagu BTS?" Sebuah suara familiar mengagetkanku.

"Makanya aku datang untuk memastikan" jawabku sambil melihat Jungkook yang menenteng tas gitar yang kuduga punya Jimin oppa.

"Jadi kamu kenal Eunwoo?" Tanyanya.

"Maksudmu Cha Eunwoo?"

"Kau benar-benar suka menjawab pertanyaan dengan pertanyaan ya" kata Jungkook sambil duduk di sebelahku. Dia menaruh tas gitar begitu saja di rumput. Aku yakin Jimin oppa akan marah jika melihatnya.

"Aku kan cuma memastikan tidak salah orang"

"Oke aku ulangi. Apakah kamu kenal Cha Eunwoo yang tadi membelai pipimu di depan panggung Jihyo?" Tanyanya lagi dengan muka yang sulit diartikan.

"Apa maksudmu membelai? Dia hanya membantuku mengusap air mataku"

"Sepertinya semakin besar kita, semakin susah untuk mengobrol santai tanpa saling emosi ya" desahnya.

"Kau yang emosian" kataku santai.

"Baik aku kalah. Aku pergi Jihyo"

Jungkook benar-benar pergi dengan menenteng tas gitar milik Jimin oppa. Aku memikirkan kata-kataku apakah ada yang melukai hatinya. Ah benar-benar sensitif sekali manusia satu itu. Bukankah dulu ketika masih kecil dia sangat lucu dan menggemaskan. Aku masih ingat betapa manisnya doe eyes miliknya.

.

"Jadi sekarang kamu sudah menerima Eunwoo?"

"Bisa tidak mengetuk kamarku dulu sebelum masuk?" Jawabku sambil duduk dari kasur dan menatap tajam Jimin oppa yang masuk kamarku tanpa mengetuk.

"Satu sama sekarang. Jawab pertanyaan oppa"

"Menerima apa sih? Jangan ngomong yang nonsense deh oppa. Mending oppa ngerjain skripsi daripada kebanyakan ngomong ga jelas" jawabku skeptis.

"Wah bener-bener ya kamu. Nggausah minta tolong oppa kalo kamu ada masalah" kata Jimin oppa sambil menutup pintu kamarku dengan keras.

Kenapa semua orang emosian sekali hari ini? Apalagi Jimin oppa dan kata skripsi. Satu hal yang membuatku bingung. Kenapa semua orang menanyakan Eunwoo hari ini? Well, bukan semua orang sih tapi dua orang.
.

TBC

Hi guys, aku bikin cerita ini buat seru-seruan aja dan ngisi waktu pas aku lagi gabut. Makasih yang udah nunggu cerita ini dan maaf upnya lama karena lagi hectic dengan perduniawian. Maaf juga karena cerita ini masih banyak kurangnya. Semoga kalian yang baca suka❤️

FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang