"Jadi apa yang kau lakukan di akhir pekan?" Tanya Mina membuka suara setelah setengah jam kami di dalam perpustakaan mencari literatur mengenai penanganan inflammatory bowel disease pada kucing.
"Seperti biasa melukis"
"Dan apa yang dilakukan Jimin oppa?" Tanya Mina menutup buku yang dia baca.
"Aku tahu kau akan menanyakannya" Jawabku ikut menutup buku dan mengarahkan atensiku pada Mina.
"Kau tahu aku selalu menanyakannya ini tiap minggu. Hufft andai saja dia sedikit peka"
"You're so pathetic. Make a move dong. Buat oppaku sadar kalo kamu tuh exist di muka bumi ini"
"Talk is cheap kawan. Aku tahu kamu juga melakukan hal sama sepertiku in your entire life. Setidaknya aku tidak pernah membohongi diriku sendiri jika aku menyukai seseorang" Kata mina dengan suara cepat yang membuatku terkena serangan panik karena apa yang dia katakan tidak salah.
"Okay, lets move to another topics. Menurutmu gimana kucing bisa terserang IBD? Aku tidak mendapat literatur yang cocok untuk tugas Prof Simon"
"Go to the hell jihyo. Aku sedang tidak mood mengerjakan tugas ini. Lets chill out for a while. Aku benar-benar sudah tidak tahan, aku ingin Jimin oppa"
"Okay, whats going on here? Kenapa kamu tiba-tiba merengek-rengek seperti ini? Ini sangat bukan Mina"
"Aku melihat Jimin oppa kencan dengan cewek akhir pekan ini. Aku yakin itu pacar barunya" kata Mina mulai menangis.
"Kamu tahu dia tidak akan bertahan selama 2 minggu dengan siapapun itu. Tidak usah diambil pusing"
"Tapi tetap saja dia punya pacar baru" suara Mina makin terisak. Dia selalu menjadi drama queen ketika Jimin oppa punya pacar baru dan menjadi queen of joy ketika Jimin oppa putus dengan pacarnya.
"Dia tidak pergi berdua dengan pacarnya tapi dengan teman-temannya dan kata 'teman-teman' itu jamak Mina and itu artinya bukan kencan" kataku berusaha menghiburnya.
"And how did you know? Kamu ngobrol dengan kakakmu saja bisa dihitung jari dalam sehari dan tidak mungkin kakakmu menceritakan kesehariannya di akhir pekan ini kepada dirimu yang tidak pernah menganggapnya kakak"
"I just know" suaraku tersendat karena teringat cowok tampan di toko lukisan yang juga teman Jimin oppa.
.
Sore harinya aku harus mengumpulkan tugas makalah mengenai sesuatu tentang penyakit di hewan-hewan eksotis ke ruang Prof. Junho. Makalah yang kubuat hampir setebal novel the 100-year-old man who climbed out of the window and disappeared. Aku berharap Prof. Junho benar-benar membaca tugas makalahku ketika meninjaunya.
"Hai Jihyo" suara yang kian lama menjadi familiar di kepalaku. Aku melihatnya lagi sedang duduk di hadapan Prof. Junho ketika aku membuka pintu dan seluruh tubuhku freezing.
Aku tahu cowok ini memiliki daya pikat yang tinggi dan entah kenapa aku seperti mengenalnya. Wajahnya sangat tampak familiar. Aku tersadar dari lamunanku dan mencoba untuk mengabaikan keberadaannya. Aku berhasil mengumpulkan tugas makalahku dan keluar dari ruangan Prof. Junho dengan aman dan utuh.
"Kau tahu, kau harus menjawab ketika orang menyapamu" Kata suara di belakangku saat aku mulai berjalan di lorong.
"Oh hai juga" Jawabku dengan senyum terpaksa.
"Kenapa kau menghindariku?"
"I am not" Jawabku skeptis.
"Aku bisa tahu. Kita teman, right?"
"Well, Jungkook-shi kita baru bertemu kemarin dan orang yang baru bertemu tidak akan langsung menjadi teman"
"Jihyo-shi kita bukan orang asing lagi dan pertemuan kemarin bukanlah yang pertama. Kau tidak ingat ice skate di Jepang saat berumur 10 tahun. We make a friend and promises" Suara Jungkook menarikku ke ingatan masa kecilku.
Tentu aku ingat anak kecil yang saling berjanji untuk menjadi teman selama-lamanya. Tapi karena itu short trip holiday bersama keluargaku, aku harus pergi meninggalkannya. Bahkan aku lupa nama anak kecil itu yang ternyata adalah Jungkook.
"Are you kidding? Aku ingat namanya bukan Jungkook tapi misoo" Kataku mengelak.
"Misoo adalah nama yang kau berikan padaku karena kau suka ramen dengan kuah misoo"
"Okay, you win"
"Hahaha kau masih sangat menggemaskan jihyo" Katanya sambil mengusap rambutku. Ada sesuatu yang bergeleyar di perutku ketika dia melakukannya.
"Jungkook. Maaf membuatmu menunggu lama" Suara seorang cewek menghentikan usapan Jungkook di kepalaku. Okay, aku kecanduan dengan sentuhannya apalagi dia adalah salah satu orang yang datang dari masa kecilku yang suram dan turn out into pria tampan dan manis. Wow sangat bukan tipeku tapi aku menjadi sangat tertarik.
"Its fine honey" Jawab Jungkook membuatku terpaku dan memperhatikan cewek yang mendatangi kami. Dia adalah Nancy, salah satu teman seangkatanku yang sangat terkenal selain Sana.
'Okay, its make sense kenapa Jungkook berada di fakultasku' Batinku walaupun keberadaannya di ruang Prof. Junho masih menjadi teka-teki bagiku.
.
TBC