Setelah menaiki lift untuk mengunjungi lantai atas rumah sakit, Cherin melangkah dengan cepat untuk menuju ke sebuah kamar khusus didalam rumah sakit itu.
Kamar itu adalah kamar khusus yang digunakan untuk merawat pasien ganguan jiwa yang dirawat jangka panjang didalam rumah sakit itu.
Tangan kecilnya memutar daun pintu ruangan yang dituju nya dengan pelan.
Setelah pintu itu terbuka, sosok wanita berambut hitam terlihat duduk diam dengan wajah yang kosong seperti patung.
Tidak ada aura kehidupannya yang terpancar diwajahnya. Wajah itu terlihat seperti wajah orang yang sudah mati.
Cherin memaksakan dirinya untuk tersenyum dan terlihat ceria.
“ibu!” Cherin memanggil ibunya dengan nada semangat yang dibuat-buat. Sambil berlari kecil kearahnya. “aku rindu padamu.”
Tangan kecil Cherin meraih telapak tangan ibunya yang sekarang telah dipenuhi garis halus.
Wajah ibunya masih terlihat kosong. Kedua matanya menatap ke sudut ruangan yang ditempatinya. Walaupun Cherin sekarang sedang menggenggam tangannya dan memanggilnya. Wanita itu tetap tidak memalingkan pandangannya.
Wanita yang dipanggil dengan sebutan 'ibu' oleh Cherin masih terlihat seperti patung yang sempurna.
Tidak berbicara
Tidak bergerak
Seakan dunia disekitarnya telah berhenti.
Wanita itu memperlakukan Cherin seperti udara.
“Ibu... Aku telah melewati hari yang berat akhir-akhir ini.” Cherin tetap melanjutkan perkataanya, sambil duduk di kursi samping tempat tidur ibunya. “Apa ibu bisa mengatakan kepadaku, bahwa aku telah melewatinya semua ini dengan kuat?”
Cherin menyandarkan kepalanya keatas telapak tangan ibunya, yang sekarang masih digenggamnya.
“Ibu...” Suara Cherin terdengar sedih, walaupun dirinya berusaha menutupinya dengan berpura-pura ceria, tampaknya kesedihan yang dirasakan olehnya saat ini tetap berhasil menguasainya. “aku pasti akan baik-baik saja bukan? Aku pasti tidak akan menjadi seperti ibu bukan...?”
Pertanyaan itu terdengar seperti sedang meyakinkan dirinya sendiri.
‘Iya aku pasti tidak akan seperti ibu.’
Cherin mengangkat kepalanya untuk menatap wajah ibunya. Wanita yang telah menjadi ibunya ini telah menempati ruangan ini sejak lama.
Mungkin ibunya masih akan tetap menempati ruangan ini sampai akhir hidupnya.
Terlintas didalam pikirannya, kejadian yang terjadi didalam keluarganya disaat dia berusia 8 tahun.
Saat itu anggota keluarga yang dimilikinya tidak hanya ibunya seorang, tetapi dia juga memiliki seorang ayah.
Keluarga sempurna seperti yang digambarkan oleh semua orang.
Keluarga yang terdiri dari ibu, ayah dan anak.
Namun cangkang yang terlihat sempurna dari luar itu, sama sekali jauh dari kata sempurna.
“Aaaaa... Maafkan aku... Aku sudah salah. Maafkan aku.”
Suara tangisan ibunya memenuhi seisi rumahnya. Tubuh ibunya yang dipenuhi memar serta suara tangisan yang menyayat hati, selalu menjadi pemandangan normal untuknya.
Ayahnya hari ini memukul tubuh ibunya lagi.
Kadang kala Cherin bertanya didalam hatinya, kenapa ibunya harus meminta maaf?
Ibunya tidak melakukan kesalahan apapun. Bahkan ibunya terlihat sempurna dimatanya.
Tetapi setiap kali tangan ayahnya memukul tubuh ibunya dengan keras hingga tubuh lemahnya terjatuh keatas lantai, ibunya selalu menangis dan meminta maaf.
'Ah... Mungkin ibu melakukan itu karena ingin pukulan ayah berhenti.’
Lelaki tua yang dipanggilnya ayah itu lebih mirip dengan binatang dari pada manusia.
Setiap kali dia mengalami tekanan ditempat kerja, ayahnya selalu memukul ibunya untuk melampiaskan tekanan yang dirasakannya.
Tidak jarang Cherin bersembunyi didalam lemari pakaian lamanya, agar ayahnya tidak dapat melihatnya.
Jika ayahnya melihat wajah anak perempuannya, pasti ayahnya tidak akan membiarkannya lewat begitu saja.
Demi keamanan tubuhnya, Cherin selalu bersembunyi dari pandangan mata ayahnya.
Ini adalah keseharian ‘normal' yang dilewatinya di masa kecil.
Kelakuan ayahnya tidak hanya berhenti sampai disitu saja, ayahnya bahkan berselingkuh dengan wanita sekantor nya yang lebih muda.
Perselingkuhan dan penghianatan. Semua itu telah membuat hidup Cherin dan ibunya terasa seperti neraka.
Kondisi kejiwaan ibunya juga semakin terganggu, hingga ibunya kehilangan kemampuannya untuk berpikir dengan normal.
Setelah memukul dan menyiksa kejiwaan ibunya hingga ibunya menjadi gila, ayahnya membuang dia dan ibunya begitu saja, Seakan-akan mereka hanyalah sampah yang tidak berharga bagi ayahnya.
Cherin yang masih berusia 14 tahun, akhirnya harus hidup bersama neneknya dan ibunya harus dirawat didalam rumah sakit jiwa hingga saat ini.
Cherin dewasa yang sekarang sedang duduk disamping ibunya, hanya dapat mengenggam tangan ibunya dengan erat.
“Ibu... Aku akan baik-baik saja... Aku tidak akan seperti ibu.” Lelaki yang dipanggilnya ayah itu, telah merusak ibunya dan meninggalkan luka untuknya seperti sekarang ini.
Ibunya dirawat dirumah sakit jiwa, sedangkan ayahnya dapat hidup bahagia bersama istri barunya.
“Ibu... Bukankah hidup ini tidak adil?” suara Cherin terdengar dingin “kenapa pihak yang menghancurkan hidup kita dapat menjalani hidupnya dengan tenang? Sedangkan kita harus hidup sambil menanggung mimpi buruk yang telah dia berikan?”
Benar! Itu semua tidak adil!
Dia tidak akan seperti ibunya, dia akan memastikan bahwa Jacky akan merasakan sakit yang sama seperti yang dia rasakan.
Dia akan menghancurkan semuanya.
Reputasi, kepercayaan bahkan masa depan Jacky. Sehingga lelaki itu hancur berkeping-keping dan tidak dapat bangkit lagi.
Mata coklatnya berkilau dengan berbahaya.
‘Selingkuhlah dengan baik Jacky.... Kau harus terus selingkuh agar aku dapat mengumpulkan bukti untuk menghancurkan hidupmu!’
Notes:
Apa kalian suka ceritanya?
Novel ini udah author tulis sampai ending. Bakal di update sekali seminggu, jangan lupa terus vote agar author bisa update terus dan semangat.
Have a nice day🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
my perfect revenge (End)
RomanceApa yang akan kau lakukan jika ternyata semua kebahagiaan mu adalah kebohongan semata? Cherin, wanita yang mengalami trauma masa lalu, sama sekali tidak menyangka bahwa tunangannya Jacky akan berselingkuh darinya. Semua itu berawal dari isi chat yan...