bab 7

9 0 0
                                    

Pagi itu di villa langit sedikit mendung, aku segera bangun dan bergegas ke dapur, aku ingat dari kemarin malam aku belum makan apapun .

Saat aku di dapur, ternyata semua sudah siap .

"Maaf nyonya , pagi-pagi saya sudah lancang masuk ke dapur dan memasak untuk nyonya dan tuan!"

Seorang wanita, mungkin seusia mamah ku, dia sangat sopan sekali, mencoba menjelaskan .

"Ah iya tidak perlu minta maaf, tapi terimakasih sekali sudah memasak untuk saya dan tuan Marcel, saya sangat lapar sekali!" Jawab ku dengan sedikit candaan.

"Silahkan nyonya, saya permisi dulu!"
Ucap wanita itu sambil berlalu.

Saat hendak menikmati sarapan ku, ternyata Marcel juga menyusul untuk sarapan.

"Aku sengaja menyuruh Bu Dina untuk memasak pagi-pagi sekali, karena aku tau kamu pasti kelaparan!" Ketus Marcel.

Wajah ku memerah karena malu, dia pasti tau semalam kami berdua membakar kalori bersama, pasti esoknya sangat kelaparan.

"Ah iya, ayo silahkan makan sarapan mu!"  sahut ku ,
Marcel pun duduk , dan memulai sarapan nya.

"Besok kita ke rumah orang tua mu!"
Ucapan Marcel langsung mengagetkan ku, bagaimana bisa tiba-tiba aku pulang membawa suami.

"Jangan ... Kita ke sana kalau aku sudah siap, untuk sekarang aku belum siap sama sekali!" Bantah ku.

"Baiklah, beri tahu aku kalau kamu sudah siap, bagaimana pun juga kita harus memberi tahu orang tua mu, walau semua ini hanya kontrak!"

Aku hanya mengangguk saat Marcel mengatakan semua itu.
Otak ku sudah mulai menyusun kata, bagaimana aku harus bilang ke orang tua ku.
Bagaimana reaksi orang tua ku, saat tahu anaknya menikah tanpa sepengetahuan mereka.
Bagaimana nanti amarah pak Jesen Aditama kalau tahu anak perempuan nya seperti ini.

Aku mulai membayangkan kejadian yang tidak-tidak .

"Kapan kita mulai kerja lagi Marc ?"
Tanya ku, untuk mengalihkan pikiran.

"Minggu depan aku mulai masuk kerja, semua sudah aku serahkan pada Jona , aku ingin agak bersantai!"

Jawab Marcel , dengan pandangan yang tidak beralih dari sarapan nya.
Tapi kenapa dia hanya menyebut dirinya saja yang kerja, bagaimana dengan aku.

"Jadi aku juga akan mulai bekerja Minggu depan ?" Tanya ku perlahan.

"Tidak, aku tidak mengatakan kalau kamu boleh bekerja, kamu di apartemen saja, setiap hari menunggu ku pulang!"

Lagi-lagi jawaban Marcel di luar perkiraan ku , apa maksud nya kalau aku tidak boleh bekerja.

"Lalu Marc, gimana kalau aku bosan?"

"Kamu bosan menunggu ku, atau bosan apa?" Ucap Marcel sambil melirik ke arah ku .

"Bukan itu maksud ku Marc, bagaimana kalau aku bosan saat tidak ada kegiatan, apalagi aku terbiasa bekerja!" Jelas ku.

"Kamu bisa pergi belanja, atau jalan-jalan, atau bisa pergi ke cafe sekedar minum kopi atau memesan cake!" Dengus Marcel.

Aku hanya bisa terdiam, dan memilih untuk kembali ke kamar, untuk melanjutkan hibernasi ku.

***********

Marcel POV

Bisa-bisa nya Aleya mau bekerja lagi , bagaimana aku bisa marah saat dia bilang bosan , aku marah kalau dia bosan menunggu ku.

Sebenarnya apa yang aku pikirkan, bagaimana bisa aku memiliki rasa marah itu .

Tapi jujur saat melihat nya pertama kali di bandara saat itu, aku mulai jatuh cinta padanya, dan lebih senang nya lagi ternyata dia bekerja di perusahaan ku.

Melihatnya sedikit mirip dengan almarhum Lili membuat ku penasaran dengan nya.

Akhirnya aku menyeting pernikahan ini saja, agar aku bisa menghilangkan rasa penasaran ku, dan sekalian aku bisa menyingkirkan wanita gila itu.

Bagaimana bisa Angel sangat terobsesi ingin memiliki ku, dan sangat yakin kalau itu anak ku, padahal sudah jelas bukti nya kalau dia cek in bersama Reza di hotel.

Dan lagi hari ini aku melihat Aleya kenapa dia sangat cantik dengan baju santai dan tanpa make up, aura nya sangat nyaman jika di lihat.

Ada apa dengan otak ku.

**********************************

"Marc, aku ingin pergi ke suatu tempat!" Ucap ku saat melihat Marcel sedikit bengong.

"Emmm, kamu ingin kemana? Apa perlu aku antar?"
Marcel menawarkan diri untuk mengantar ku.

"Tidak perlu Marc, aku hanya mau ke rumah kontrakan ku, merapikan beberapa barang!" Bantah ku, karena aku sedikit canggung kalau Marcel mengikuti ku kemana saja .

"Oke, biar pak Sofian yang mengantar mu!" Balas Marcel sambil meninggalkan meja makan.

"Baik, terimakasih!"

Setelah itu aku segera merapikan meja makan, tapi di halangi oleh Bu Dina,
"Biarkan saya saja yang merapikan nyonya, nanti Tuan Marcel marah kalau melihat nyonya yang merapikan!"

"Tidak apa Bu saya bantu, nanti saya yang bicara dengan Marcel supaya mengendalikan emosinya!"
Imbuh ku.

Bu Dina tersenyum dan membantu ku membersihkan meja makan.
Kami sedikit mengobrol, ternyata Bu Dina adalah istri pak Sofian.
Mereka berdua sudah berkerja sejak Marcel masih bayi .

Setelah semua bersih aku pergi ke kemar untuk bersiap keluar ke rumah kontrakan ku.

Tidak lama setelah itu akupun menelepon Marcel untuk berpamitan,

"Ada apa ?" Ucap Marcel datar
"Hm anu, aku berangkat dulu!" Jawab ku sedikit gagap,
"Baik, suruh pak Sofian mengantar mu!"
"Hm baik, terimakasih!"

Telepon langsung terputus, gila ternyata dia sedatar itu kalau di telepon, tapi bisa bringas saat di ranjang  .

Sepertinya aku harus menjalani kehidupan ku yang baru ini.
Berusaha untuk waras dan kuat aja kali ya, mimpi apa aku sebenarnya, kenapa bisa seperti ini .

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 15, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Proud HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang