2

301 35 30
                                    

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is so difficult that I even stay up all night

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

You can't publish my story on another website without my permission because thinking about the plot is so difficult that I even stay up all night.

Tidak boleh publikasikan ceritaku di website lain tanpa seizinku karena memikirkan alur cerita itu sulit sekali bahkan aku sering begadang.

Happy reading

💜 Eita paling senang saat

Karena libur sekolah kami sekeluarga menikmati waktu liburan bersama-sama bahkan kulihat shouta malah berlari-larian kesana kemari dengan erika yang berada dalam gendongannya.

"Jangan berlarian shouta nanti jatuh." Nasihat Kaachan.

"Ei-chan mau berlarian biar seru katanya!" Pekik Shouta.

Shouta menggendong erika lalu kami membeli tiket masuk sementara erika masih betah dalam gendongan shouta.

"Jadi permainan pertama mau apa anak-anak?" Tanya Papa.

"Rumah hantu!" Pekik Shouta dan erika.

"Eh jangan!" Pekikku.

"Aniki takut hantu ya!" Ledek Shouta.

"Huh aniki lemah!" Ledek Erika.

"Bukan begitu!" Protesku.

"Sudah ayo ke rumah hantu yang ketakutan dapat hukuman ok." Ucap Papa.

"Ok!" Pekik Shouta dan erika.

Kami masuk arena rumah hantu dan aku hanya bersembunyi di belakang tubuh shouta.

"Aniki hantu!" Pekik Shouta.

"Eh!" Pekikku.

Aku langsung memeluk leher shouta dengan erat sementara aku mendengar tawa dari shouta.

"Kurang ajar kau!" Kesalku.

"Hahahaha." Tawa Shouta.

"Wajah aniki pucat sekali sangat ketakutan ya?" Tanya Erika.

"Bukan begitu." Ucapku.

"Aniki sini." Ucap Erika.

Aku mendekati erika dan erika memelukku membuat aku tersenyum tipis.

"Aniki bersembunyi saja ya." Ucap Erika.

"Eita kau ini sejak kecil masih saja takut hantu." Ucap Kaachan.

✔️ Semi Eita Twins (oc male reader) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang