Rahasia Allah (2)

4 4 0
                                    

DIJODOHKAN?

"Tapi abi, Nisa tidak punya apa-apa, Nisa tidak bisa apa-apa dan Nisa mungkin tidak sebaik apa yang abi umi pikirkan," sanggah Nisa.

"Jangan nerendahkan diri terlalu berlebihan Nisa. Umi tahu sifat dan sikap kamu dari beberapa tahun ini. Dan umi ingin sekali menjadikan kamu sebagai menantu kami. Iya kan abi?" ucap umi. Abi mengangguk setuju.

"Baik buruknya seseorang itu memang sudah ada pada diri setiap manusia. Jangan menganggap dirimu tidak baik, tapi berusahalah untuk menjadi lebih baik lagi dari yang kemarin," nasihat abi. Nisa mengangguk paham.

"Untuk masalah seperti ini, Nisa harus membicarakannya dulu pada ayah dan bunda Nisa, umi."

"Iya Nisa, memang harus seperti itu. Ini hal yang serius, jadi Nisa harus memberitahu orang tua Nisa terlebih dahulu." Nisa mengangguk.

"Tapi umi ingin bertanya pada Nisa, apakah Nisa mau dijodohkan dengan putra umi?" tanya umi.

"Jika memang itu yang terbaik menurut abi dan umi. In syaa Allah Nisa mau umi."

"Alhamdulillah." Ucapan hamdallah keluar dari bibir umi.

"Kalau begitu, Nisa izin untuk pulang ke rumah hari ini umi, abi," izin Nisa.

"Silahkan, abi mengizinkanmu nak," ucap abi.

"Kalau begitu, Nisa pamit. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum salam," jawab abi dan umi.

Setelah keluar dari rumah pemimpin pesantren, Nisa langsung pergi ke asrama putri dan membereskan barang-barangnya kemudian ia pulang ke rumahnya menaiki ojek yang mangkal dekat pesantren.

Sesudah Aira sampai di rumah...

"Assalamu'alaikum." Nisa mengetuk pintu.

"Wa'alaikum salam," jawaban salam dari dalam rumah.

Ceklek

Pintu terbuka menampilkan sosok seorang ibu yang sangat cantik dengan hijab warna hitamnya.

"Eh, Nisa. Kok kamu pulang? Ada apa? Kamu sakit atau uang kamu habis?" tanya bunda Nisa.

Biasanya jika Nisa pulang ke rumah karena alasan sakit atau kehabisan uang, tapi itupun jarang.

"Masuk dulu boleh nggak bun? Nisa berat nih bawa tas."

"Iya, iya. Ayo masuk."

"Ayah ada nggak bun?" tanya Nisa.

"Ada, kebetulan hari ini ayah lagi libur."

"Nisa langsung ke kamar aja ya bun, mau istirahat dulu. Nanti sehabis maghrib, Nisa mau bicara sesuatu sama ayah dan bunda."

"Iya, pasti kamu lelah di perjalanan. Nanti bunda kasih tahu ayah kalau kamu pulang."

"Iya bunda. Nisa ke kamar sekarang ya?" Bunda Nisa mengangguk.

*
*   *
*

"Ya Allah, bila memang ini adalah takdir yang sudah engkau tentukan, bantulah hamba untuk melupakan Alfin."

JOHAN | Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang