HARI PERNIKAHAN
Dari waktu subuh, Nisa sudah didandani oleh penata rias WO dan barulah 3 jam kemudian selesai.
Nisa tampak cantik dengan gaun putih panjangnya yang dipadukan dengan kerudung syar'inya dan tak lupa dengan mahkota yang tersemat di atas kepalanya.
"Masyaa Allah, anak ayah cantik sekali," kata ayah.
"Anak bunda juga, yah," peringat bunda.
"Iya, anak kita berdua." Nisa tersenyum mendengar pertengkaran kecil kedua orang tuanya.
"Sekarang anak bunda udah besar, udah mau jadi istri orang."
"Perasaan, baru aja kemarin Nisa nangis minta digendong sama ayah."
"Ayah, bunda. Walaupun nanti Nisa akan menjadi istrinya mas Zeyyin, tapi kan Nisa masih tetep jadi anaknya ayah dan bunda."
"Mungkin ini memang saatnya Nisa untuk belajar hidup mandiri bersama seorang pendamping hidup layaknya ayah sama bunda." Nisa memandangi wajah kedua orang tuanya. "Menjalankan ibadah yang paling lama bersama seorang suami, tapi pastinya Nisa tidak akan melupakan semua jasa ayah dan bunda. Hanya saja, Nisa tidak bisa membalasnya," ucap Nisa sambil berusaha untuk tidak menangis.
"Sudah,sudah. Jangan sampai air mata kamu ini jatuh." Bunda memberikan tisu pada Nisa.
"Bunda pergi ke depan ya, mau nerima tamu."
"Ayah juga. Nanti Seva sama Sarah bakal kesini buat nemenin kamu." Nisa mengangguk.
Setelah ayah dan bunda pergi, datanglah Seva dan Sarah bermaksud menemani Nisa sampai ijab qabul selesai.
"Qobiltu nikahaha watazwijaha bil mahril madzkur halan."
"Alhamdulillah," ucap semua orang yang ada di sana.
"Silahkan kepada pengantin perempuan untuk di bawa keluar kamar, melihat sang suami dengan gagahnya mengucapkan ijab qabul dengan satu kali tarikan nafas," ucap MC.
Nisa tersenyum mendengar ucapan MC. Ya, kini dirinya sudah memiliki suami yang berarti kini statusnya beralih menjadi seorang istri.
Nisa berjalan diiringi oleh Seva dan Sarah di sampingnya menuju keberadaan sang suami.
Sedangkan Zeyyin memasang senyum yang tak pernah luntur dari wajahnya. Ia sudah tak sabar ingin melihat kekagetan sang istri. Istri? Ya, ijab qabul tadi telah merubah statusnya.
Saat berjalan, Nisa senantiasa menundukkan pandangannya, rasanya belum siap melihat suaminya.
"Angkat pandanganmu," suruh Seva berbisik. Nisa tersenyum malu, perlahan-lahan ia mengangkat kepalanya.
"Alfin?" gumam Nisa tak percaya. Yang disebut Alfin, dia tersenyum melihat kekagetan Nisa.
"Silahkan untuk pengantin pria memakaikan cincin pada pengantin wanita." Zeyyin memakaikan cincin pada Nisa. Nisa hampir menangis karena bahagia. Setelah Zeyyin selesai memakaikan cincin, Nisa menyalami tangan Zeyyin kemudian menciumnya. Zeyyin mendekatkan wajahnya pada telinga Nisa.
"Jangan nangis, Alfinmu sudah menepati janji," bisik Zeyyin sambil tersenyum. Nisa pun membalasnya dengan senyuman juga. Para santriyah yang ikut menjadi tamu berteriak histeris karena baper.
Setelah semua acara selesai, Alfin dan Nisa pergi ke kamar pengantin, tepatnya kamar Nisa.
"Nis, kamu mandi duluan ya! Nanti aku belakangan." Nisa hanya mengangguk. Kan dia suaminya, jadi harus patuh. Mereka berdua bergantian masuk kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
JOHAN | Short Story
Kısa HikayeJOHAN (Jodoh di tangan tuhan) Buat yang suka short story, sini gabung! Lapak ini terdiri dari beberapa cerita pendek yang berkaitan dengan jodoh. Coba deh di baca, siapa tahu suka dan malah ketagihan, daripada penasaran ya kan? Yakin nih gak mau b...