3

907 81 3
                                    



"Lepaskan aku-"

"Lepaskan dia." Kata sesosok yang menjulang  di belakang penyerang Sehun.  Sang pemilik. Sir. Kepalan tangan Sehun yang mengepal segera terbuka saat kelegaan memenuhi dirinya.

"Setuju adalah kata yang berlaku di sini, dan dia tadi tidak menyetujuinya," kata Sir dengan suara yang begitu halus dan dalam.

Si brengsek itu berputar, masih memegangi  rambut Sehun. "Dia sudah setuju. Kau seharusnya melihatnya menonton cambukan itu. Dia menginginkannya."

"Sebenarnya, tidak. Dia tidak tertarik dicambuk dan tidak tertarik padamu." Tangan Sir Chanyeol melepaskan jari-jari yang  membungkus rambut Sehun, dan 
sedetik kemudian, Sehun terbebas.

Kaki Sehun terlalu gemetar parah untuk bisa berdiri sendiri. Ia pun meringkuk di tempatnya dan memeluk dirinya sendiri. Pria lain muncul dengan lencana kuning di rompi kulitnya. "Ada masalah di sini?"

Si brengsek menunjuk pada Sir.  "Dia mengganggu adeganku."

"Apakah kau baru saja menuduh Master Chanyeol menginterupsi suatu adegan?" Si tukang pukul itu terdengar kaget. "Master Chanyeol?"

"Dia tidak menginginkannya."  Chanyeol mengulurkan tangannya pada Sehun, dan Sehun pun menggenggamnya. Tangan Chanyeol begitu keras, berotot, dan Sir Chanyeol menariknya berdiri dengan mudah sehingga itu terasa menakutkan.  "Apakah kau baik-baik saja, little boy?"


Sehun menarik napas dan mengangguk.  Jika dia mencoba untuk berbicara,  suaranya pasti akan keluar rewel, jadi dia hanya menutup mulutnya.

"Kemarilah." Master Chanyeol melingkarkan lengannya di sekeliling Sehun,  menyelipkan tubuhnya ke sisinya. Pria ini sangat besar, sehingga Sehun merasa kecil di sebelahnya. Mungil, lembut.

Pukulan si brengsek itu pada Sehun dicegat oleh Master Chanyeol, dan kemudian tukang pukul itu memegang si gendut pada kerahnya.

"Tandai dia untuk penangguhan satu bulan dan ulangi seluruh kelas pelatihannya jika dia mau kembali setelah itu," Master Chanyeol memberi tahu tukang pukul itu. "Sepertinya dia tidak memperhatikan  waktu di sesi pelatihan."


"Dia bahkan tidak berbicara dengan pria itu dia tidak-" si brengsek itu memprotes.


Tukang pukul itu menyeretnya pergi dan berkata dengan suara kesal, "Master Chanyeol tidak hanya memiliki tempat ini, brengsek, tapi dia selalu tahu apa yang diinginkan sub. Selalu."
Sehun menggigil.  Pria itu memanggilnya  sub; itulah istilahnya  untuk suatu makhluk  yang selalu diperintah. Mengapa  Sehun memikirkan  istilah-istilah  itu sekarang? Sehun berhasil menarik napas, mulai bernapas lagi.  Sir memanggilnya sub.  Tidak mungkin Sehun seorang sub. Tuhan, ia perlu pulang ke rumah.

Sir tertawa kecil. "Hari yang berat, ya?" Ia memeluk Sehun, memegangnya dengan kuat. Tangannya menekan kepala Sehun ke cekungan bahunya. Menghibur Sehun. Dengan aman. Sehun setengah tertawa dan bergidik. "Dia akan m-men-mencambukku. Dan tidak ada yang akan menyadari... " Sehun meratakan suaranya. "Terima kasih."

"Sama-sama." Sir hanya berdiri di sana, memeluk Sehun, membiarkan orang-orang mengalir di sekitar mereka seperti air di  sekitar batu besar. Tidak  peduli. Tidak  ada  yang bisa mengganggu orang ini.

"Bagaimana  kau  tahu  aku  tidak  menginginkan  itu?  Bukankah  itu  hanya...  bermain  atau sesuatu? Kau tidak sungguh... tahu-"

"Aku  tahu,  kitten."  Suara  Sir bergemuruh  di  dadanya  saat  dia mengelus  rambut  Sehun. Dekapannya  mengharumkan- beraroma jeruk  muda  bercampur  dengan  musk unik pria membuat Sehun ingin semakin mendekat.

Club Shadowlands ( ChanHun )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang