13

479 43 0
                                    





Chanyeol mencoba melingkarkan Iengannya  pada sub-nya, tetapi Sehun malah meraih tangannya dan menempatkannya pada kain kasa agar menutupi Iuka itu dan memerintahkannya, "Pegang itu di sana."



Chanyeol menggelengkan kepalanya. Sehun berubah dari seorang submisif menjadi  seorang pemarah hanya dalam lima menit terakhir. Perbedaan yang menakjubkan. Menarik. Perhatian Sehun yang dicurahkan nya melalui Chanyeol seperti kehangatan matahari.



Hingga saat ini, Chanyeol belum sadar jika dirinya kedinginan.



Chanyeol tertegun dalam keheningan lalu membuka kunci pintu ruang pribadi itu dan membawa Sehun ke Iantai tiga. Ia menyalakan Iampu, melambai tangannya  pada Sehun, dan mengambil kotak P3K itu dari Iemari.


Di dapurnya terdapat konter granit dan peralatan stainless steel, Sehun terlihat seperti seberkas cahaya dengan matanya  yang hidup dan rambut emas yang pucat.   Sehun mengambiI kotak itu dari Chanyeol, dan ia muiai mencari-cari barang-barang yang dibutuhkannya.



Chanyeol menuangkan kedua minuman itu, Ialu duduk di meja bundar kayu ek. Sehun mengambiI gelasnya dan meminumnya dalam satu tegukan.
Chanyeol berhasiI untuk tidak tertawa.  "Malam yang kasar, kitten?" Chanyeol menuangkan Iagi minuman untuk Sehun, meskipun meneguk nyaris bukan cara untuk meminum Glenvilet.


"Lepaskan bajumu."




Alis Chanyeol terangkat. Sehun memerah dan buru-buru menambahkan, "kumohon?"



Dengan senyuman, Chanyeol menarik bajunya dan melemparkannya ke keranjang sampah. Chanyeol melirik ke arah bahunya. Tidak banyak darah, dan Iukanya tidak terlalu dalam.



Sehun merapatkan bibirnya dan mulai membersihkan Iuka sayatan itu Iaiu menarik ujung-ujung plester yang tipis. Sehun selesai dengan mengencangkan kasa di atas lukanya. "Aku pikir semua ini benar," kata Sehun sebelum menjatuhkan dirinya ke kursi di dekat meja dan menenggak gelas keduanya.



Chanyeol memeriksa hasil pekerjaan Sehun.  "Kerja yang bagus."



Sehun masih terlihat pucat, jadi Chanyeol menuangkan satu minuman terakhir dan menyingkirkan botol itu. Menuangkan lagi  minuman untuknya maka Sehun akan keluar  seperti cahaya. "Mari kita pergi ke ruang tamu," katanya, menggenggam jari-jari Sehun. Ia punya tangan yang pas untuk di genggam dengan jari- jari yang ramping.





Chanyeol duduk di kursi kulit kesayangannya  dan mendorong meja kopi ek menjauh dan kemudian menarik Sehun ke bawah untuk duduk di lantai di antara kedua kakinya, punggungnya ada dibalik kursi. Kulit pucatnya hampir menembus ke karpet merah gelap di bawahnya.



Sehun menoleh ke arahnya dengan ekspresi terhina. "Apakah ini tempat hewan peliharaan duduk?"



"Tidak... pet." Chanyeol sedikit menekankan pada kata itu hanya untuk melihat wajahnya  memerah. "Di sinilah seseorang duduk ketika mereka membutuhkan  pijatan di bahu."  Tangan Chanyeol menutup di pundaknya di mana otot-otot Sehun begitu kencang, Chanyeol telah melihat simpul-simpul dari seberang dapur.



"Ohhhhh."



Desahan itu mengingatkan Chanyeol pada  erangan manis Sehun ketika kejantanannya  memasuki lubang hangat nya. Chanyeol mengeras, berpikir untuk membawa Sehun di sana di atas karpet itu. Tapi itu bukan yang Sehun butuhkan darinya sekarang.  Ia  menekan ibu jarinya ke otot-otot Sehun, merasakan otot-otot itu mengendur.


"Sir?"


"Um-hmm." Chanyeol memindahkan  jari-jarinya ke leher ramping pria manis itu, menggeser rambut halus yang dingin ke satu sisi.


Club Shadowlands ( ChanHun )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang