Tirta terduduk pasrah dengan beberapa coretan lipstik di wajahnya. Malam ini remaja itu datang ke mansion kakaknya dan berujung diminta untuk menjaga keponakannya di kamar sang kakak.
Entah dari mana anak berumur 1 tahun itu mendapatkan lipstik sang ibu lalu terduduk di hadapannya dan memulai mencoretkan lipstik tersebut di area wajahnya. Sedangkan keponakannya yang laki-laki sedang ikut bersama sang ayah keluar untuk mencari jajanan katanya.
"Om Irta antik," ucap anak berumur satu tahun lebih itu sambil tertawa cekikikan. Tirta hanya bisa pasrah. Mungkin dia akan kena omel oleh kakak iparnya karena membiarkan anaknya menggunakan lipstik miliknya untuk menyoret-nyoret wajahnya.
Tak hanya wajah Tirta yang penuh merah, tangan anak itu dan bajunya pun penuh noda lipstik. Baiklah, pekerjaan Tirta selain menjaga anak ini akan diminta untuk mengantikan bajunya sekalian karena kotor.
"Udah ya main lipstiknya. Nanti om di marahin. Om ajak ke pasar malem yang ada di lapangan mau ngak? Kakak sama ayah lagi jajan di sana tau," bujuk Tirta pada sang keponakan. Dia yakin jika kakaknya itu sedang berada di sana dengan sang anak pertama. Kakaknya sengaja mengajak anak lelaki itu bersamanya karena pening mendengar ocehan jika keduanya bersama.
"Pasar?" tanya keponakannya itu sambil menatap Tirta polos.
"Iya. Nanti kamu bisa naik kincir angin yang tinggi banget. Liat bulan dari kincir. Sekarang om basuh kamu sama ganti baju kamu dulu. Cus! Kita ke kamar mandi," ajak Tirta sambil menggendong keponakannya dengan perlahan sambil mengubah gendongannya menjadi pesawat terbang dan mengayunkan keponakannya itu. Sang keponakan begitu senang sambil tertawa.
Tepat saat menayunkan dan membolak-balikkan sang keponakan, kakak iparnya masuk. Membulatkan mulutnya tak percaya saat melihat anaknya yang tangannya penuh akan noda lipstik dan wajah Tirta yang menjadi alas gambar sang anak.
"Astaga Alisya. Lipstik bunda kamu mainin?" tanya nya tak percaya lalu mengambil alih Alisya dari tangan Tirta.
"Mau ke pasar sama om," ucap Alisya begitu saja pada ibunya sambil menunjuk-nunjuk ke arah Tirta. Ibunya tahu jika sang anak tidak ingin di marahi dan mengalihkan segalanya.
"Pasar?" tanya ibu Alisya heran.
"Itu pasar malem. Dari pada gue jadi korban. Udah mandi tadi sekarang muka kue merah gini. BTW, lipstik lo potong," ucap Tirta lalu segera keluar dari kamar kakaknya itu sebelum dia menjadi sasaran.
Kakak iparnya yang mendengar itu memelototkan matanya tak percaya lalu melihat lipstik dior nya yang memang sudah potong karena digunakan anaknya. Padahal lipstik itu baru dia gunakan 5x.
"Yaampun Alisya. Kamu motongin lipstik bunda," gemasnya pada anaknya sambil mencubit pipi sang anak gemas.
Pekerjaannya membereskan dapur baru saja selesai, kini dia harus memandikan atau sekedar mengelap anak perempuannya ini yang cemong karena lipstik.
***
"Om om naik itu," ucap Alisya sambil menunjuk bianglala yang sedang berputar di hadapannya sambil memeluk bungkus permen kapas yang tadi dia beli.Tirta mengikuti arah pandang keponakannya. Anak itu ingin menaiki bianglala. Tentu saja pasti dia akan menuruti kemauan keponakannya. Jika tidak Alisya akan menangis kepadanya.
"Alisya mau liat bulan dari atas? Ayo kita naik," ucap Tirta penuh semangat. Jika bersama dengan anak kecil, sikap Tirta akan kekanak-kanakan.
Tirta mengantri hingga akhirnya dia bisa masuk ke dalam biang lala tersebut bersama dengan sang keponakan. Saat memasuki bianglala dan bianglala itu mulai bergerak, Alisya begitu bahagia melihat terangnya malam karena bulan dari atas sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Parelthón [Spin-off QOTD] (END)
Misteri / Thriller[FOLLOW DULU SEBELUM BACA] [JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT NYA] [PLAGIAT JAUH-JAUH DARI CERITA INI] #QOTD Series Masa lalu yang kembali diungkit. Masa lalu yang terulang kembali. Masalah yang sama kembali terulang. Vano Brenzano, seorang anak yang ing...