Kim Seokjin | Jejak kerinduan

144 19 95
                                    

Warning!
Cerita mengandung unsur kekerasan, bunuh diri, dan adegan dewasa. Diharapkan agar bijak dalam menanggapi alur cerita tanpa berkomentar kasar/menebarkan ujaran kebencian.

Silakan tinggalkan cerita ini jika merasa tidak sesuai atau tidak menyukai karakter.

■■

|Mulmed: Sebuah rasa by Agnes Monica|

"Malam-malam yang tak terhitung, aku gunakan untuk merindukanmu. Kupikul derita yang menyakitkan di malam gelap ini seorang diri, tanpa dirimu yang telah pergi dengan sejuta kenangan."
Kim Seokjin: Jejak kerinduan

Beribu-ribu malam yang terlewati bersama dengan janji-janji manis yang terucap kini mulai bertukar menjadi malam-malam penuh keresahan dan rindu penuh damba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Beribu-ribu malam yang terlewati bersama dengan janji-janji manis yang terucap kini mulai bertukar menjadi malam-malam penuh keresahan dan rindu penuh damba. Sepanjang malam terasa menakutkan dengan dingin yang menyelimuti. Bagaimana mungkin semua orang menutup mata mereka hingga tidak mampu melihat kenyataan pahit tentang apa yang sudah terjadi pada anak mereka. Siapa yang bisa disalahkan dan siapa pula yang harus bertanggungjawab.

Hujan dan petir di malam hari bukanlah pertanda yang baik. Malam yang buruk itulah yang menemani Kim Seokjin bersama dengan 'kegilaannya'. Kepalanya ikut membeku bersama-sama hawa dingin yang menerobos dari celah jendela kamarnya. Andai saja ada yang bisa merasakan apa yang tengah dialami Seokjin kini, dia ketakutan dan hampir gila karena melihat orang yang telah mati.

Dan kemudian pintu terbuka, sosok wanita paruh baya dengan apron muncul di ambang pintu dan menatap Seokjin, putra semata wayangnya yang kini duduk di pojok kamar. Beliau menatap dengan hati-hati dan kemudian berjalan mendekat. "Sekarang apa yang kau lihat, nak?" Ibu berkata lirih sembari mengelus surai kusut sang putra yang sudah dewasa.

Dengan mata yang menyorot tajam, Seokjin menangkap tangan ibu yang menghinggapi bahunya. "Seunji, Bu. Aku melihat Seunji. Dia ingin mengajakku pergi bersamanya, tapi kenapa sangat sakit?" Tatapan mata sendu nan teduh yang diberi Seokjin terasa kelewat menyakitkan di saat ibu melakukan kontak mata bersamanya selama beberapa detik. "Apa yang salah dariku, Bu? Kenapa mereka tidak ingin aku bersama Seunji?" Lagi, kalimat itu terasa kian menusuk lembutnya relung hati sang ibu.

Bagaimana beliau bisa tenang jika melihat sang anak semakin hancur dari hari ke hari. "Aku selalu melihat bayangan Seunji melompat di depan mataku secara berulang-ulang, Bu. Seunji berteriak, aku takut, Bu." Ada air mata yang mengalir di saat kalimat tersebut terlontar dari bibir Seokjin yang bergetar penuh ketakutan. "Mengapa ini harus terjadi di antara kami berdua? Apa yang salah dariku, Bu?"

Ada samudera yang luas dan begitu dalam tergambar di mata pria tersebut. Luka yang begitu dalam terlukis di sana menyisakan jejak air mata yang tak kunjung mengering. Batinnya yang kian hari semakin rapuh membawanya pada imajinasi di mana dalam kepalanya ia melihat Seunji, kekasihnya yang sudah tiada. "Kau ataupun Seunji sama-sama tidak bersalah, nak. Merekalah yang terlalu kejam karena sudah memaksa Seunji melakukan segalanya atas perintah mereka," bisik ibu di telinga Seokjin.

Regret That Comes at The End [BTS Oneshot Collection]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang