Jung Hoseok | Aksara luka

43 9 2
                                    

“Aku telah kehabisan waktu untuk mencoba membuatmu tetap mencintaiku, kenyataannya diri ini tidaklah sekuat apa yang terlihat, aku tetaplah lemah tanpa dirimu.”
Aksara luka | Jung Hoseok

Dinginnya malam menyeruak menyapa setiap sendi yang terasa ngilu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dinginnya malam menyeruak menyapa setiap sendi yang terasa ngilu. Tepat pada jam dua dini hari, hujan turun membasahi bumi saat Jung Hoseok melangkah masuk ke dalam kediamannya. Ada perasaan yang aneh, biasanya rumah adalah tempat paling hangat di saat tubuhnya kuyup oleh air hujan. Namun kini rumahnya terasa begitu dingin bahkan hampir membuat kakinya membeku. Barangkali itu karena pasak rumahnya mulai goyah.

Suara decitan pintu bergema dari dinding ke dinding saat Hoseok mendorongnya. Susah payah ia meneguk air ludah karena takut penghuni lain──istrinya──terbangun gara-gara dirinya. Usai pintu terbuka menampilkan ruang tamu yang hanya diterangi oleh lampu redup, Hoseok tertegun melihat siapa yang duduk di sofa menunggu kedatangannya.

"Kau belum tidur, Jina?" sapa Hoseok lebih dahulu. Kemudian ia berjalan mendekat saat menyadari bahwa sang istri membawa sebuah handuk untuk membantunya mengeringkan rambut.

Bahkan dalam keadaan begini Jung Hoseok masih berani menampakkan diri di hadapan Im Jina. Rambut yang mulai memajang tak terurus itu basah oleh air hujan, bibir tipis itu juga nampak bergetar dan pucat. Kemejanya yang kusut karena tidak sempat disetrika pagi tadi juga basah dan mencetak badan atletisnya. Dalam kondisi seperti ini, Hoseok masih berani tersenyum, memperlihatkan deretan giginya seolah-olah hari ini telah terjadi sebuah hal ajaib.

"Kau tidak lihat?" Im Jina bertanya balik sembari beranjak dari tempatnya duduk, kemudian berdiri sambil berjinjit untuk menyetarakan tinggi badan sang suami agar ia bisa lebih mudah mengeringkan rambutnya. "Aku meletakkan surat di meja kerjamu, jangan lupa ditandatangani," ucap Jina masih dalam keadaan berjinjit, namun setelah kalimat tersebut terucap dari bibirnya, Hoseok langsung memegangi tangannya hingga wanita tersebut diam terkunci dalam tatapan Jung Hoseok yang menawan.

"Kenapa kau melakukan ini, Jina?" tanya Hoseok dengan suara yang direndahkan. Hoseok masih mencoba bersabar, ia tidak ingin memulai pertengkaran untuk yang kesekian kalinya. "Selama ini kita baik-baik saja, lalu apa yang mendasari keputusanmu ini, Jina?"

Hoseok melempar tanya dengan suaranya yang mulai bergetar gugup. Rasa sakit memenuhi dadanya.

Jina membantunya melepaskan kemeja yang sedikit basah, masih ada raut kekhawatiran yang terlukis di wajah wanita tersebut kendatipun beberapa bulan terakhir ia terlihat banyak merenung. "Aku sudah menyiapkan air hangat untukmu mandi. Kau baru saja kehujanan, nanti kau terkena flu." Lantas Jina beranjak melangkahkan kakinya untuk menjauh dari sang suami, namun sayangnya tangannya dicegat. "Aku ingin meletakkan handuk ini ke keranjang untuk mencucinya nanti, Hoseok. Tolong lepaskan tanganku." Namun sayangnya Hoseok memilih untuk tidak menghiraukan apa yang dikatakan sang istri kepadanya.

"Jina, emosionalmu sedang terganggu. Tolong jangan mengambil keputusan di saat seperti ini. Aku khawatir kau akan menyesali semua ini, Jina."

Hoseok menatap istri yang begitu dia cinta dengan sorot sendu. Sudah ada kristal yang menggantung di sudut pelupuk mata pria tersebut di kala hatinya kembali terasa sesak. "Jina... Aku mencintaimu." Suaranya tercekat tanpa mampu lanjut bicara lagi. Pilu menyapa, rongga dada pria Jung tersebut terasa menyempit sehingga napas yang tadi memburu mulai berubah menjadi isak.

Regret That Comes at The End [BTS Oneshot Collection]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang