Prolog

3.4K 240 4
                                    

Fanfiction ini adalah spin off dari judul "Dear Atsumu"
Jadi, author merekomendasikan untuk membaca judul tersebut sebelum membaca Dear Osamu.
Oiya, kalau nemuin kata-kata yang typo atau terbalik, tolong direvisi ya...
Hihihi...
Selamat membaca dan
Terimakasih
° ---------- °


Dear Osamu - Prolog

Sudut pandang Miya Atsumu

Kontraktur Depuytren, kondisi dimana terjadi penebalan bertahap dan pengetatan jaringan dibawah kulit pada tangan. Paling sering mempengaruhi jari kelingking dan manis.

Itu adalah diagnosa yang aku dapatkan setelah mendesak keluargaku untuk segera membawaku kerumah sakit. Butuh perjuangan saat meyakinkan mereka, bahkan aku harus mengorbankan wajahku yang sempat menerima kerasnya pukulan tangan Papah.

"Hari ini Papah sama Mamah habis dipanggil sama guru BK kamu." Suara Papah berasal dari ruang tamu. Aku yang tadinya ingin segera menaiki tangga mendadak turun dan segera menghampirinya.

"Ngapain?" Tanyaku dihadapan Papah.

"Loh, sadar dong, Tsumu... Kamu ini selalu aja buat onar." Kata Papah hingga urat-urat pada dahinya menegang.

"Oh, palingan anak basket tukang ngadu." Komentarku tak perduli.

Beberapa waktu yang lalu, aku memang sempat berkelahi dengan Club Basket. Lagipula yang berkelahi kan semua Club volly dan basket, kenapa hanya aku yang dilaporkan ke BK? Sangat tidak adil.

"Coba sesekali lakuin hal yang berguna, bikin Papah bangga." Papah memijat pelipisnya sembari memejamkan mata. Beliau seolah-olah sudah muak melihatku masuk kedalam area pengelihatannya.

"Aku menang volly tingkat provinsi, juara umum band, dan masih banyak lainnya. Prestasi macam apa yang harus aku tunjukkin supaya Papah mandang aku kayak anak kandung?" Aku semakin menggertak Papah. Sangat tidak menyenangkan ketika penghargaan yang diterima seolah-olah dinilai mempermalukan keluarga.

"Tiga semester berturut-turut, dan nilaimu semakin hancur, Tsumu!!" Bentak Papah.

Aku menyerngit, aku tahu kalau nilai akhir yang kudapatkan tidak sesuai dengan keinginan Papah. Tapi apakah adil jika ia mengabaikan segala pencapaianku hanya karena itu.

"Nilai Tsumu ngepas KKM kok, nggak usah dilebih-lebihin deh, Pah." Jawabku sambil memandang Papah dingin.

"Nilai hancur, langganan BK pula. Kamu tau, Tsumu... Kalo kamu begitu terus, kamu bakal di D.O" Kata Papah sambil melemparkan pandangan masam.

"Cepat atau lambat aku juga bakal di D.O, kan? Aku cuma mempermudah prosesnya aja." Balasku yang langsung beranjak dari sana.

Begitu sampai di lantai dua, aku berhenti tepat dihadapan pintu kamar Osamu. Dari lubang ventilasi terlihat cahaya lampu yang masih menyala, itu artinya Osamu masih terjaga.

Jemariku masih berdenyut-denyut, aku tidak bisa merasakan kedamaian semenjak tanggal operasi ditentukan. Ditambah Papah malah menambah beban pikiranku, semuanya begitu membebani kepalaku.

Untuk malam ini, kurasa- aku akan bermalam di kamar Osamu. Terbesit didalam pikiranku untuk berbagi cerita mengenai percakapan antara aku dan Papah. Tapi akhirnya aku menepis pikiran tersebut, sebab Osamu tidak mungkin membelaku bukan?

Aku menghela nafas sejenak. Aneh karena aku merasa ragu untuk mengetuk pintu kamar Osamu.

"Sam...? Udah tidur, ya?" Awalnya tidak ada jawaban, tapi kemudian terdengar suara langkah kaki dari sana- kemudian pintunya terbuka.

Osamu menatapku bingung.

"Gw tidur disini ya, hehe.." aku terkekeh.

"Ada apaan tiba-tiba mau tidur disini?" Tanya Osamu. Ia menatapku yang sudah menyamankan posisi diatas ranjang miliknya.

Aku berpikir sejenak.

"Takut, hehe..." Aku tidak tahu harus menjawab apalagi. Yang membuatku terkejut, Osamu tidak berkomentar apapun dan langsung mengangguki apa yang kuminta.

Untuk malam ini, sepertinya aku bisa tetap tidur nyenyak karena ada Osamu yang menemaniku. Mungkin aku akan berbincang-bincang sedikit dengannya sebelum tidur.

.
.
.
.
To be continued

Dear Osamu [ END ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang