Chapter 3

662 124 6
                                    


"Papa tidak berubah sama sekali."
Keira memegang erat kain yang ia pakai.

Sejak tadi dia berlari namun bukan kembali ke arah tempat dimana dia melompat dari kamar, melainkan langkah kakinya menuju pada mansion bagian barat.

Keira tidak mau memanjat ke atas. Jadi dia memutuskan untuk melewati mansion barat yang menyambung ke bagian timur.

Sekalian Keira ingin berkeliling lagi karena sudah lama tinggal di luar.

Setelah meninggalkan Papa di belakang, Keira memutari taman sebentar untuk melihat bunga-bunga mematikan.

Kebanyakan bunga disitu beracun.

Dan yang menyuruh menanam tanaman berbahaya disitu adalah mama.

Taman ini biasanya dipakai oleh papa dan mama jalan berdampingan.

Kalau dilihat, mereka seperti pasangan muda yang sedang berkencan. Apalagi dengan wajah mereka yang tidak berubah setiap tahunnya. Banyak yang keliru dengan umur mereka yang sebenarnya sudah empat puluh tahunan.

"Selamat pagi, nona Keira." Tukang kebun yang muncul di balik semak bunga mawar membungkuk dengan topi yang dia pegang di dada.

Keira mengangguk sekali.

Tukang kebun itu bergetar sesaat menghadapi Keira yang bersikap dingin.

Yah dari semua anggota keluarga tidak biasa ini, yang agak waras adalah sang nona kecil, Keira.

Jadi tukang kebun itu tidak terlalu merasa tertekan, tapi ia harus tetap menjaga sikap di depan nonanya. Kalau tidak, kepalanya akan terguling di lantai sebelum ia memohon ampun.

"Eh? kenapa ada darah di bunga ini?"

Keira melihat bercak darah pada kelopak mawar putih lalu mengambilnya dengan paksa.

Keira mengamatinya lebih dekat yang sepertinya sudah lama menempel di bunga putih itu.

Tukang kebun yang menunduk langsung mengangkat kepala, keringat dingin jatuh dari dahi,

"Saya..." Ia menarik nafas lalu ketika ia membuka mulut untuk berbicara-

"Tadi aku ingin memotong lengannya, tapi akhirnya aku hanya melukai dia sedikit karena aku langsung pergi menemuimu kemarin~"

Seperti papa, Benjamin datang tiba-tiba.

Keira yang terkejut menjatuhkan mawar yang ia pegang.

"Kakak tolong sapa aku dulu, aku lelah terkejut setiap kali bertemu kakak!"

Benjamin tertawa dengan keluhan Keira.

"Hahaha! sudah lama aku tidak melihatmu marah, coba lihat diri–OUCH!"

Keira menendang kaki Benjamin.

"Ow! ow! sakit..!" rintihnya.

Walaupun Benjamin memiliki tulang yang kuat, ia tetap merasakan perih di dalam.

"Berhenti membuatku kesal." Keira menyilangkan tangan.

Tuk tuk

"Keira! harusnya lebih keras lagi! lebih keras lagi...!"

Dari kejauhan, Lucas menepuk tangannya dari jendela.

"Cih, anak kurang ajar itu...!" Benjamin mengelus kakinya dan mencoba untuk menahan diri di depan Keira.

Karena sekalinya Benjamin mengeluarkan amarah, benda-benda yang ada di sekitar akan hancur akibat sihir yang besar.

Dan 'Keira tidak boleh terluka' sebagai peraturan keluarga.

[HIATUS!] | [opera sabun] Crossover FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang