Medeia, duduk di sofa ruang kerja suaminya.
Ia menyilangkan kaki sambil mengusap noda pada bilah pedang dan pisau-pisau belati.
Dion, yang tak mengenal ampun menggunakan pedang untuk mengoyak isi seseorang sampai nodanya pun susah dibersihkan, hingga memerlukan tiga kain lap lebar agar noda tersebut benar-benar hilang.
Ditambah baunya yang bisa membuat muntah, tetapi Medeia tidak menunjukkan tanda ketidaknyamanan sama sekali.
Alasannya sudah jelas, kalau dia sudah terbiasa.
Bunyi cicit usapan pada bilah logam yang mirip dengan bunyi saat mengusap kaca atau papan juga tidak membuat merinding.
Setiap kali Dion pulang membawa senjata yang kotor, sudah menjadi hobi Medeia untuk dia bersihkan sendiri.
Chiiit
Cicitan logam disertai hembusan nafas yang begitu dalam; Dion duduk di kursi meja kerja berbahan kayu mahoni sedang diam merenung.
Pasangan tersebut belum berbicara pada satu sama lain sejak Medeia memasuki ruangan sehabis puas menjewer kuping Lucas.
"Itu bukan apa-apa, Keira pasti akan mencucinya dengan bersih."-Kata Medeia memulai percakapan.
Ujarnya meyakinkan rambut Keira akan bersih kembali pada Dion yang masih menatap kosong.
"....."
Dion yang setengah mendengar ucapan sang istri hanya mengetuk-ngetuk meja.
Tap Tap Tap
"Tidak usah banyak berpikir, lagi pula ini bukan masalah besar, kan?"
Medeia, menaruh pedang yang selesai ia lap dan melangkah menuju Dion, kemudian mengecup pipinya singkat.
"Hmn."
Kecupan Medeia yang sangat efektif membuat suasana hati Dion langsung berubah.
Siapa sih yang gamau dicium Medeia di pipi...?
Meskipun Medeia adalah orang yang selalu serius, ia akan tetap memberikan kasih sayang pada suami maupun anaknya pada waktu tertentu.
Tapi, kalau pada Lucas... sepertinya.. ada pengecualian (?)
"Apa pekerjaan kemarin berat?"
Medeia duduk menyilang di meja kayu mahoni sama seperti di sofa tadi.
"Tidak."
"Lihat kulitmu," Medeia menarik ke atas lengan Dion yang menghitam. "Racunnya masih ada di dalam tubuh, kenapa belum dikeluarin?" Medeia menuntut jawaban.
Dion memang jarang memperhatikan badannya sendiri. Pernah jarinya hampir terpotong atau darah bercucuran dari kepala, Dion masih menganggap semua itu enteng.
Dia tidak pernah berpikir bahwa sikap cueknya dapat mencabut nyawa.
Untungnya Medeia menemukan cara menangani kebiasaan buruk Dion;
"Bagaimana jika Keira tidak bisa menemuimu lagi? apa reaksi Keira jika kau mati?"
"!!!"
Alhasil Dion kaget. Tetapi cara ini harus Medeia katakan ulang lagi karena Dion mudah lupa, mirip seperti putrinya.
"Aku lupa."
Jawabannya sama apa yang ada di benak Medeia namun bukan apa yang ia harapkan.
Sebagai ibu dari keluarga gila ini, Medeia sudah <Le-bal>, Lelah dan Kebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
[HIATUS!] | [opera sabun] Crossover Family
FanfictionKeira, putri satu-satunya dari keluarga yang tidak biasa ini. Kehidupan yang Keira miliki merupakan kehidupan yang melewati kata normal. Bersama dengan saudaranya, Lucas dan Benjamin yang menyukai keributan. Medeia sang ibu yang menyeramkan. Dan Dio...