Chapter 1

1K 170 10
                                    

Karena hujan yang lebat, seragam academy yang Keira pakai pun basah hingga sepatunya. Hujan deras yang tiba-tiba mengguyur semua badan membuat Keira merasa kesal.

Bangku yang ia duduki terasa dingin karena basah. Selama perjalanan pulang Keira hanya mengernyitkan alis. Pelayan pribadi untuknya terdiam ketakutan di bangku yang berlawanan arah dengan Keira.

Tok tok

Ketukan dari depan membangunkan Keira dari pikiran rumit yang dia pikirkan sejak awal keberangkatan.

"Nona, kita sudah sampai."

Kereta kudanya belum sampai ke pintu besar mansion namun kereta ini sudah terparkir ditempat yang membuat Keira semakin kesal.

"Kita belum sampai di pintu depan."

Keira mendengus kesal.

"I-itu... n-nona..." Suara kusir yang tadinya terdengar biasa berubah menjadi gagapan seakan ia melihat hantu.

"Memangnya kena- AHH!"

Keira memutar kepalanya ke kanan dikejutkan dengan sepasang mata merah dan sepasang mata berwarna ungu di balik jendela.

Wajah yang tidak asing lagi menyapa Keira dengan antusias.

"Hai."

Dua laki-laki dengan wajah senang menyapa sang adik.

Diluar sedang hujan deras, tetapi dua lelaki bersaudara itu tetap berdiri di depan jendela yang menghalangi tanpa peduli sama sekali.

"Kakak..."

Keira mengelus dadanya, tidak heran lagi dengan kelakuan kedua kakak yang membuat Keira prihatin.

Baru saja menenangkan jantungnya, tapi cahaya merah yang bersinar di luar jendela membuat jantung Keira berhenti seketika.

"Eh apa in-?"

Boom!

Suara ledakan yang terdengar bagaikan letusan gunung menutupi suara rintikan hujan deras untuk sesaat disitu.

***

"Jelaskan apa yang terjadi."

Dengan nada suara yang ditekan, Medeia ingin sekali memarahi anak pertama dan keduanya. Sedangkan Keira, yang berada di sampingnya menghela nafas.

"Kami hanya ingin melihat Keira."

"Lalu mengapa kalian harus menggunakan sihir peledak untuk membuka pintu? kalian bisa terluka, apalagi Keira yang ada di dalam." Omel Medeia.

"Umm, itu karena kami tidak sabar...?" Jawab Lucas dengan suara yang semakin menciut.

"Dan mengapa baju kalian basah kuyup begini?"

Lucas mengalihkan matanya ke samping dan menyenggol tangan Benjamin. Tetapi Benjamin hanya fokus ke arah lain. Lucas sekali lagi menyenggolnya menggunakan sikut, namun masih tidak ada jawaban dari kakaknya. Lucas yang sudah kesal, menginjak kaki milik Benjamin.

"anj**g!"

Tidak sengaja Benjamin berteriak kasar tepat didepan ibu.

Semua makhluk hidup yang berada di ruangan yang sama dengan mereka diam membeku. Wajah pelayan yang lewat pun ikut memucat seperti kehilangan semua darahnya.

Bahkan hujan badai di luar mansion semakin besar.

Booom!

Gemuruh petir membuat seluruh badan bergidik ngeri.

"Apa yang baru saja kau katakan?"

Medeia yang masih memasang muka dingin menatap Benjamin dengan tajam.

Oh, amarah seorang ibu lebih menyeramkan daripada mendapat nilai dibawah kkm.

Lucas yang berada di depan ibu ikut menahan nafas, rasanya juga seperti tercekik.

"Keira, kamu boleh istirahat ya, sayang?"

"Baik mama." Jawab Keira lalu mencium pipinya.

Keira seakan kabur dari kandang macan kumbang menatap kedua kakaknya dengan wajah menyedihkan. Lucas yang terlihat seperti tidak mempunyai darah lagi menatap kembali pada Keira dengan tatapan meminta pertolongan. Pada dua mata Lucas, Keira bisa melihat tanda SOS.

'Semoga beruntung, kakak.'

Sayangnya Keira hanya bisa membantu dengan doa.

***

"Masih sama." Keira bergumam sambil mengelilingi kamar yang ia pakai dari kecil hingga sekarang. Dan sekarang ia kembali lagi kesini setelah enam bulan tinggal di asrama academy.

"Nona, kami sudah menyiapkan airnya." Ucap pelayan menunduk.

"Terimakasih." Jawab Keira.

Telinga pelayan yang menduduk memerah. Saat itu Keira baru ingat kalau di lingkungan ini jarang ada yang berkata 'terimakasih'. Karena itu si pelayan tersipu malu.

"Aku ingin cepat-cepat tidur setelah mandi, bawakan aku lilin itu."

Pelayan yang tersipu malu tersebut langsung mengangguk sedangkan Keira masuk ke kamar mandi yang tersambung pada kamar.

Setelah berendam diri selama setengah jam, Keira terbaring di kasur yang bisa memuat empat orang dewasa. Tempat tidur ini terasa asing untuk sesaat, tapi perlahan Keira bisa merasakan kembali kehangatan kasur yang selalu ia pakai sejak kecil. Selimut yang hangat dan bantal yang empuk. Ditambah lagi dengan lilin wewangian yang menenangkan Keira.

Setelah mengosongkan pikiran, Keira mulai menutup matanya dan menarik selimut sampai ke dagu.

".... akhirnya aku pulang."

Dengan kalimat terakhir yang ia ucapkan, Keira masih harus menghadapi esok hari yang akan datang.


Klik..

Bunyi pintu terbuka seharusnya membangunkan Keira dari tidurnya. Tetapi karena Keira terlalu lelah, Keira tidak sama sekali bangun dan dirinya lebih memilih untuk menetap di alam mimpi.

"....."

Langkah kaki yang berat ditambah lagi dengan sepatu boot berjalan menuju tempat tidur dimana Keira sedang berbaring.

Mata merah seperti Lucas dan rambut hitam yang mirip dengan Keira, namun wajahnya sangat mirip dengan Benjamin, Bahkan Benjamin sering disebut sebagai kembarannya walau itu salah besar.

Ia menarik kursi dan duduk disamping kasur.

Tatapannya lebih tajam daripada ibu. Namun dia melembutkan tatapannya ketika melihat Keira yang tertidur lelap.

"Cantik..."

Dion, menghentikan gerakan tangannya yang sedang mengelus hati-hati kepala putrinya.

Ada bekas darah di telapak tangan yang belum dia bersihkan sehabis melakukan pekerjaan yang baru saja ia selesaikan.

Tangannya bergetar, Oh dia tidak tahu harus melakukan apa.

Dion ingin bekas darah itu hilang. Namun juga tidak ingin membangunkan putrinya.

Sudah lebih dari dua menit Dion mondar-mandir di kamar. Awalnya Dion hanya kebingungan tetapi semakin lama ia mulai panik.

".....??!!"

Dion adalah manusia yang jika kakinya terpotong dia akan baik-baik saja. Tetapi ketika anak perempuannya jatuh ke sesuatu hal yang buruk Dion akan panik. Dion akan melakukan apa pun untuk putrinya, jika pun itu harus membalikkan dunia.




[To be continued.]

---

Hoya hoya semuanya

klo ada yg salah penulisan/kurang bagus silahkan boleh boleh sarannya 🥺🏫

sy sebagai pacarnya ahin undur diri

oiya jgn lupa vote <3

[HIATUS!] | [opera sabun] Crossover FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang