Jalan

616 37 0
                                    


Mata Asahi hampir keluar saking kagetnya karena membaca pesan dari kekasihnya itu. Jarang sekali, batinnya.

Asahi bergegas untuk berganti baju dan mengambil ponsel serta dompetnya. Ia berjalan turun ke lantai bawah dan berpamitan dengan bundanya.

“Bun, Asa mau jalan.” Pamitnya. Bunda yang merasa diajak mengobrol pun menengok kearah anaknya yang sudah rapi dari atas hingga bawah.

“Sama Junkyu?” Asahi mengangguk.

“Oh belum putus?” Itu lagi. Selalu saja pertanyaan itu yang dilontarkan oleh bundanya. Bundanya tidak suka ia berpacaran dengan Junkyu, saat ditanya apa alasannya, bundanya hanya menjawab,

“Kamu gak akan ngerti.”

“Bun, jangan tanya itu lagi.”

“Kapan sih kamu putus? Bunda gak suka kamu sama Junkyu.”

“Junkyu cowok baik. Junkyu yang ngajarin Asahi jadi seseorang yang lebih baik dari sebelumnya. Junkyu yang bikin Asahi jadi jarang bolos.

Lagian apasih yang ngebuat bunda ga suka sama Junkyu?”

“Bunda cuma ga suka sama dia.”

“Ga sukanya bunda itu ga beralasan.

Asaa pamit, bunda mau nitip apa?” Walaupun bundanya sudah berkata yang cukup menyakiti hati, Asahi tetap berbaik hati. Mau bagaimana lagi, itu bundanya.

“Bunda ga nitip apa-apa. Kamu hati-hati.”

“Ya.”

Tepat saat Asahi keluar dari rumah, Junkyu juga sudah sampai di depan rumahnya.

“Tumben banget ngajak jalan?” Tanya Asahi sambil memakai helm.

“Kata mama, malem Minggu itu ajak pacarnya jalan. Bukan belajar.”

“Mama kamu bener banget. Sering-sering ya ajak aku jalan.”

Junkyu mengangguk, mengiyakan permintaan sang kekasih.

“Iya deh.”

Setelah Asahi naik, Junkyu melajukan motornya meninggalkan kediaman Asahi. Ia berencana mengajak Asahi ke alun-alun.

Selama perjalanan mereka hanya diam. Asahi masih memikirkan ucapan bundanya, ia hanya heran. Apa alasan bundanya bertanya seperti itu? Apa alasan bundanya tidak menyukai Junkyu?

Sebagai seorang anak memang harus patuh pada perintah orangtua, tapi Asahi tidak bisa mengakhiri hubungan nya dengan Junkyu begitu saja. Ini menyangkut hati, ia sudah terlanjur jatuh. Jatuh sangat dalam pada Junkyu.

Karena terlalu asik dengan pikirannya sendiri, Asahi sampai tidak sadar kalau Junkyu sudah menyuruh nya turun dari tadi.

“Asa, are you okay?” Asahi mengangguk sebagai jawaban. Asahi tidak bisa mengatakan ini ke Junkyu, Asahi tidak mau Junkyu terluka.

Melihat Asahi yang hanya diam, Junkyu berinisiatif menggandeng tangan Asahi.

Asahi yang digandeng pun hanya diam, tidak bereaksi apa-apa. Junkyu semakin dibuat bingung karena diamnya Asahi.

Junkyu berasumsi bahwa Asahi—nya sedang tidak baik-baik saja. Pasti ada yang sedang disembunyikan oleh Asahi.

“Duduk.” Titah Junkyu. Asahi yang disuruh hanya menurut dan melihat kearah Junkyu. Wajah Junkyu tampak serius, Asahi jadi takut.

“Sa, aku tanya sekali lagi. Are you okay?” Asahi menunduk. Terkadang Junkyu itu terlalu peka.

“Actually, no.”

“Asa, kalo mau cerita ayo sini luapin aja. Aku siap dengerin apa yang ngebuat pikiran kamu keganggu. Jangan dipendem gitu.”

Asahi menarik nafas panjang, ia bingung. Bagaimana caranya ia mengatakan hal ini ke Junkyu. Asahi takut Junkyu terluka. Asahi tidak mau itu terjadi.

“Asahi,” panggil Junkyu lembut.

“Hum?”

“Kalo udah siap, cerita aja ya. Kamu disini dulu aku mau beli ronde.” Asahi mengangguk.

Junkyu melangkahkan kakinya menuju penjual ronde gerobakan. Asahi semakin bingung. Apakah ia harus membicarakan hal ini pada Junkyu?

Junkyu sudah kembali sambil membawa nampan berisi dua mangkok ronde. Ia memberikan satu untuk Asahi.

“Junkyu,” panggil Asahi ke Junkyu yang tengah menikmati wedang rondenya.

“Ya?”

“Bunda sebenernya ga suka aku pacaran sama kamu,” Mendengar penuturan Asahi, tangan Junkyu berhenti menyendok. Ia meletakkan mangkoknya dahulu.

“Jadi daritadi kamu mikirin ini?” Asahi mengangguk.

“Kamu jangan khawatir kalo aku bakal gimana-gimana. Kalo ada yang ganjel bilang ke aku.” Sekali lagi Asahi mengangguk.

“Jujur aja, aku udah pernah kepikiran hal itu. Kita pacaran gini, belum tentu semua setuju. Belum tentu semua suka sama hubungan kita ini.

Jangan terlalu dipikirin, mulai hari ini aku bakal berusaha ngambil hati bunda kamu, biar kita dapet restu.” Asahi mengangguk lagi. Ia tau Junkyu pasti bisa melakukan itu, tapi Asahi hanya memikirkan, bagaimana respon bundanya nanti?

“Tapi Junkyu, kalo respon bunda keliatan ga suka banget kamu pasti bakal sakit hati. Aku gamau.”

“Jangan khawatirin hal itu. Kita belum coba, kita belum ngelakuin. Biar waktu yang ngejawab semuanya. Biar waktu yang nentuin, kedepannya kita tetap bersama atau ngga.”

Asahi terdiam. Dalam hati ia banyak berharap pada sang waktu, dalam diamnya Asahi berharap banyak pada takdir.

Untuk sang waktu, beri Junkyu dan Asahi kebahagiaan ya? Tolong jangan pisahkan.

Dunia mereka akan kurang, dunia mereka akan hilang sebagian bila salah satunya pergi, bila keduanya dipisahkan.

Asahi memohon, sangat.

—end
Inspirasiontwitter
.
.
.
.
.
.
.
.
Jangan Lupa V.O.T.E Kritik dan saran silahkan tinggalkan di KOMENTAR

kyusahiiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang