Penyesalan

42 3 0
                                    

SELFISHNEES LOVE

~Chapter 16~
--------------

Vote, comment and read
Ok enjoy it..
===============

*****

Mobil Esa berhenti tepat di depan gang rumah Rama yang sudah lengang. Esa menatap Rama yang sedang melepas sabuk pengamannya.

"Makasih.." ujar Rama pelan, dia mendorong pintu mobil tanpa sedikitpun menoleh pada Esa.

"Tunggu babe.." cegah Esa sambil menangkap tangan rama.

Rama pun kembali duduk, tak ada satu patah katapun yang keluar dari bibirnya dan matanya masih tetap enggan untuk hinggap di wajah Esa.

Esa mengerutkan alisnya
"Babe.. kamu marah sama aku" tanyanya lirih.

Rama tetap diam. Matanya menatap kosong kedepan dan wajahnya masih datar dan pucat.

Melihat ekspresi Rama, Esa benar-benar merasa tidak enak. Ia menghela nafas sejenak dan dengan hati-hati ia sentuh dagu Rama dan ia palingkan wajah Rama ke arahnya. Bahkan saat wajah mereka saling berhadapan, mata Rama masih mencari focus selain wajah Esa. Esa membelai lembut pipi Rama dan ia dekatkan wajahnya ke wajah Rama.

"Babe.. plis liat mata aku babe" pintanya lembut.

Dengan ragu, akhirnya mata Rama bergerak menuju mata Esa. Esa terhenyak sesaat. Mata Rama, sama seperti sebelum mereka berteman dekat. Mata yang sendu, hitam gelap dan sarat dengan kepedihan. Mata yang mengiris hati itu dulu pernah bercahaya dan ceria seperti pelangi. Kini semua kembali menjadi hitam.

"Kamu marah sama aku?" Tanya Esa, suaranya bergetar lirih.

Rama tidak segera menjawab pertanyaan Esa. Matanya tampak bergerak-gerak menatap wajah Esa.

"Nggak babe.." ujar rama tipis.

Bibir Esa tampak melengkung tipis, entah kenapa dia tersenyum meski hatinya pedih karena tahu, jika Rama berbohong.

"Maaf babe aku mohon kamu mau ngerti" Esa berkata dengan mengiba, berharap Rama dapat luluh hatinya. Sementara Rama masih menatapnya dengan diam. Lalu ia mendekati wajah Esa lalu mencium dahinya sesaat.

"Iya, aku ngerti" ujarnya singkat lalu beranjak dari mobil itu.

Esa terpaku dan matanya bergerak mengikuti sosok Rama yang berjalan melewati gang. Ciuman hambar yang baru saja Rama berikan justru menambah sakit di dada Esa. Sambil menahan tangis, Esa mencoba untuk tersenyum pada dirinya sendiri, lalu melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu.

Sementara itu, Rama masih berjalan dengan gontai menuju rumahnya. Sesal, kesal dan sedih semua bercampur aduk di dada Rama. Dia menyesal telah berjanji pada Esa. Dia kesal karena telah diperdaya dan dipermainkan oleh Esa. Dia sedih karena harus jauh dari Nara! Kalau bisa sebenarnya Rama ingin berteriak sekencang-kencangnya menyesali nasib. Kalau saja Rama khilaf, dia bisa saja memukul wajah Esa tadi.

Dia muak! Dia kecewa dengan sifat asli Esa. Dia bahkan sudah malas untuk melihat wajahnya. Rama menghembuskan nafas panjang. Dia mencoba untuk mendinginkan hatinya. Bagaimanapun, Rama tidak mampu melakukan itu. Entah kenapa Rama tidak bisa untuk membenci Esa. Esa sudah ia anggap seperti adiknya sendiri. Kini orang yang ia anggap adik itu telah mengkhianatinya. Rama menengadahkan wajahnya ke langit malam. Langit hitam yang berawan kelabu. Dengan ditemani ribuan bintang temaram, sang bulan tampak bercahaya lembut, membasuh wajah sedih Rama.

'Nara.. maafkan aku Nara"

Di tempat lain di waktu yang sama, Nara sedang duduk sendiri di kursi tempat Rama duduk tadi. Keramaian pesta tak mampu mengganggu kehikmatannya malam itu. Ia tersenyum simpul melihat sebuah pin berbentuk penguin berwarna biru di tangannya. Ia genggam erat pin itu dengan kedua tangannya dan ia menengadah ke langit, memandang bulan yang sama yang Rama pandang saat ini.

SELFISH OF LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang