#CHAPTER 12: OVER?

2 0 0
                                    

Banyuwangi

Awan mengetuk pintu kamar Ara pelan. Akhir-akhir ini kamar itu jarang dibuka semenjak pemiliknya pulang. Tidak hanya Awan, Mami juga ikut khawatir. Bukannya tidak ada usaha, semua sudah dilakukan untuk membujuk Ara agar keluar tapi semua usaha yang dikerahkan akan membawa dampak semakin buruk untuk Ara.

Ara pernah disuruh kuliah atau sekedar datang ke kampus agar ketemu teman-temannya dengan harapan mereka bisa menjadi penghibur Ara, tapi sebaliknya mereka malah memusuhi Ara karena menganggap Ara berhianat atau apa telah merebut Artis kebanggaan mereka dan beberapa mengutuk Ara karena menyebabkan Saverio terbaring di rumah sakit. Akhirnya Ara semakin terpuruk.

Tidak hanya itu, Awan juga pernah mengajak Ara makan di restaurant tapi siapa sangka di dalam restaurant banyak yang mengenali Ara sebagai penyebab Saverio masuk rumah sakit. Ara kembali tidak punya semangat. Dan sekarang Awan tidak tau apa yang harus dia lakukan selain membiarkan Ara sendiri. Karena pasti tidak ada yang bisa menghibur Ara selain berita sembuhnya Saverio. 

Berita terakhir Saverio dirawat di Singapore dan Rumi berhasil ditangkap dan ditetapkan sebagai tahanan. 

Clik

Awan tersentak dari lamunannya. Pintu di depannya terbuka. Ara muncul dari balik pintu dengan wajah segar habis mandi dan pakaian yang nggak acak-acakan seperti biasanya. Awan menatap Ara bingung.

" Mau kemana?" Tanya Awan, setelah semua ini terjadi Ara tidak pernah mau pergi selain di suruh.

" Ke toko buku." Sahutnya singkat.

" Mau mas anter?" Tanyanya, Ara menggeleng.

" Ara bisa sendiri," Sahutnya sambil berlalu melewati Awan. Menuruni anak tangga dan melewati meja makan.

" Mau sarapan dulu sayang?" Tanya Bunda penuh semangat yang sedang menata piring.

" Nanti aja bun, di jalan." Ara menyempatkan diri tersenyum sebelum akhirnya keluar rumah.

Ara duduk di sebuah dermaga sendirian. Menatap laut dan langit yang membiru seolah mereka bersekutu menciptakan panorama indah ini. Ara merasa bumi ini kosong, Hampa. Semenjak Saverio dikabarkan sedang dirawat di Singapore. 

Ara tidak menemukan artikel apapun lagi tentang Saverio dan Indra juga tidak pernah menghubunginya seperti yang dia janjikan sebelumnya, semua itu membuatnya sesak. Paru-parunya serasa lupa bagaimana cara menghirup udara.

Suara ombak terdengar berdentum menghantamkan diri pada karang. Ara menatap lurus ke arah karang tersebut yang mulai terkikis. Dan itu membuatnya teringat sesuatu.

" Ra...?".

Di tengah malam suara Saverio terdengar berat. Ara sudah hampir bermimpi namun Suara itu mau tidak mau membuatnya terbangun.

" hhhmmm?"

" Banyuwangi itu seperti apa?". tanyanya tanpa nada ingin tahu. Tapi Ara menjawabnya juga.

" Banyuwangi itu, dimana kamu bisa melihat SUNRISE yang mengagumkan, dimana kamu bisa melihat banyak Pantai yang lebih indah dari Bali, Udara yang masih segar dan di sana tidak ada macet" Kata Ara seolah bicara pada dirinya sendiri.

" Mana mungkin ada tempat tidak ada macet,,,," Sanggah Saverio.

" Apa kehidupanmu selalu di penuhi macet?" Sindir Ara. " di Banyuwangi tidak ada semacam itu kecuali ada karnaval Agustusan karena jalan raya dikuasai oleh para peserta karnaval."

Hening sejenak.

" Apa di sana ada ombak?" Tanya Saverio pelan.

" Sekedar info Banyuwangi salah satu pemilik ombak terbaik untuk surfer di seluruh dunia," Pamer Ara. Tidak ada sahutan. " Kenapa?"

Finding Mr. DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang