FINDING BINTANG
Suara roda kereta dorong yang membawa Saverio menuju ambulan terasa mengiris hatinya. Ara berlari mengikuti orang-orang yang membawa Saverio pergi. Ara ikut berlari di sisi kiri kereta dorong sambil menangis.
Saverio pingsan dengan kepala berdarah. Sekarang dia terkapar di atas kereta dorong. Ara ketakutan melihat wajah Saverio yang tidak sadarkan diri. Ara lebih takut Saverio seperti ini di banding Saverio mengomelinya. Sekarang Ara sudah merindukan Saverio yang melotot padanya.
" Saveeee bangunnnn!" Jerit Indra yang mendorong di seberang Ara," Bangunn saveeee...!".
Ara menatap panik Saverio, kalau dia tidak salah lihat, Saverio sedang menatapnya dengan mata sedikit terbuka. Ara terbelalak.
" Saveee... bertahanlah, bertahaaan!!!" Pekik Ara, namun detik berikutnya Saverio kembali terpejam. "Saveeeeee....!" Jerit Ara lebih keras, dia panik sepanik-paniknya. Semua orang panik.
Ara merasa pusing melihat begitu banyak orang yang sama takutnya dengan dia. Terdengar teriakan memanggil Saverio. Mata Ara sudah buram karena air mata. Para perawat mengangkatnya ke atas ambulan, beberapa orang menahannya melarang Ara ikut naik ke ambulan. Hingga pintu ambulan tertutup, Ara terkulai dengan lutut terjatuh di lantai. Tubuhnya lemas, kepalanya pusing, dia takut Saverio kenapa-napa. Tatapannya tadi membuat hatinya ngilu sengilu-ngilunya.
"ANDARA??" Ara mendengar suara yang memanggilnya, Ara memutar kepala untuk melihat siapa yang memanggilnya. Sosok lelaki dengan kemeja kotak-kotak dan headset di lehernya. Di tangan kanannya menggenggam kamera besar. Ara tidak bisa melihat dia dengan jelas karena matanya sudah penuh dengan air mata.
" Kamu ANDARA??" Lelaki itu datang mendekat, dia menghapus air mata Ara dan Ara bisa melihatnya dengan jelas sekarang. Namun, kepalanya terlalu pening.
" Kak Bintang?" Tanyanya, detik berikutnya Ara pingsan dan di tompang dengan cepat oleh Bintang.
#
Samar-samar Ara mendengar orang-orang mencibir dan mencaci makinya. "SEMUA INI SALAH GADIS ITU!". " GARA-GARA ANAK ITU SAVERIO JATUH". " GADIS ITU PEMBAWA SIAL". " SEMUA GARA-GARA DIA!". "SAVERIOOOO...!".
Ara membuka matanya perlahan, dia melihat sosok laki-laki duduk di sebelahnya. " Ara?" Ara menoleh ke pemilik suara. Bintang. Ternyata ini bukan mimpi, Bintang benar-benar nyata ada di depannya.
" Kak Bintang?" Ara ingin tersenyum, namun ingatannya kembali pada saat Saverio dibawa kereta dorong. Senyum Ara berubah menjadi isakan. " Saverio?"
" Dia sudah ditangani di rumah sakit." Sahut Bintang, Ara menatap Bintang penuh harap. Di sisi lain dia senang bertemu dengan Bintang, disisi lain dia memikirkan Saverio.
" Ini semua salahku" Ara kembali terisak, " Kalau saja aku nggak minta macam - macam, coba aja aku langsung pulang waktu itu..." Mulut Ara mengambang di udara, dia tidak mampu berkata-kata lagi. Semenjak dia datang ke Jakarta dia selalu membuat masalah untuk Saverio. Kalau saja dia nggak pernah hadir dalam hidup anak itu. Mungkin semuanya tidak akan pernah terjadi.
" Sudah ra,..tidak perlu disesali. Semua bukan salahmu. Aku dengar ada kesalahan teknis pada lampu sorot yang jatuh itu." Imbuhnya, Bintang menggapai kepala gadis itu. Sudah lama dia tidak bertemu dengannya.
" lama kita nggak jumpa ra."Bintang tersenyum menyapa Ara, namun Ara masih terisak. Baginya ini bukan saat yang tepat untuk tersenyum pada siapapun termasuk Bintang, tidak selama Saverio terbaring dan tidak sadarkan diri.
Ara yakin seratus persen, kejadian ini bukan murni kecelakaan tetapi disengaja. Bisa saja target utama orang tersebut adalah Ara bukan Bintang.
" Kak, aku harus ke rumah sakit sekarang." Ara bangkit dari bangku dan hendak berlari ke rumah sakit, hanya baru beberapa langkah dia sadar ini kota Jakarta bukan Banyuwangi. Ara berhenti kemudian menoleh pada Bintang. "Kak, boleh anterin nggak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Finding Mr. Destiny
Fiksi RemajaSeorang gadis nekat yang datang ke Jakarta dengan alasan mengambil hadiah kemenangan lomba menulis, padahal memiliki visi untuk mencari kekasih pujaannya. Andara yang gagal mendapat hadiah kemenangan gara-gara Saverio Agatha ternyata malah menemukan...