Aku mendadak rajin mengamati dirimu akhir-akhir ini dan mendapati bahwa kau menyerupai sesuatu yang amat penting.
Kau terlihat seperti harapanku yang terpendam.
--dengan mengabaikan seberapa lama kau berada di bawah sana, terkubur dan tak pernah melintas di benak, akan segera kucetuskan dirimu sebagai harapanku yang bangkit dari kematian.
Akan.
Sejujurnya, gagasan ini menjebakku di antara dua pilihan membingungkan--membuatmu tetap berada di bawah sana atau menarikmu muncul ke atas permukaan--yang harus segera kuputuskan.
Dimana semestinya dirimu berada?
Layaknya permata, akankah kau menunggu untuk ditemukan? Kau tentu lebih bernilai jika berada di permukaan.
Atau layaknya benih pohon bambu, akankah terkubur bertahun-tahun menjadikanmu pohon yang kokoh? Kau tidak perlu ditarik ke permukaan untuk menjadi bernilai.
Demi malam-malamku yang kekurangan waktu tidur, aku menolak untuk memikirkanmu. Demi hari-hariku yang kekurangan darah, aku terus terpaku mengamatimu.
Kau berlarian di dalam kepalaku. Berisik tidak mau duduk diam.
Kebisingan itu begitu mengganggu, membuatku memutuskan untuk mengamatimu lebih cermat, lebih dekat.
Oh?
Ternyata kau punya senyuman yang luar biasa oke. Tutur katamu yang bijaksana dapat dirangkai menjadi sebuah kitab dari sekte baru yang kubentuk khusus untukmu.Astaga.
Sangat jelas dari jarak ini, kau tidak perlu untuk dikubur bertahun-tahun untuk berkembang bak pohon bambu yang kokoh, tidak pula ditarik jauh ke permukaan agar membuatmu bernilai bak permata.
Tugasku seharusnya amat mudah, aku hanya perlu datang padamu suaru hari kelak.
Kelak akan kuberitahu padamu bahwa...
di tiap hari-hariku yang kelam,
kau menyerupai harapanku yang terpendam
27th August 2022
A
uthor's note :
Aku bikin tulisan ini pas ultah, yep di tgl 27 agustus! I'm happy to getting older...
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebelum Padam
Non-FictionAda yang ingin kusampaikan sebelum ingatanku mengenaimu, kupadamkan.