2

422 8 0
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 4 sore, tetapi Alena masih betah duduk di halte depan sekolahnya. Alena tidak tinggal dengan keluarga, dia mempunyai apartemen yang akan dia tempati selama di Bandung ini. Keluarganya berada di Surabaya karena urusan pekerjaan papanya.

Alena belum ingin pulang, dia terduduk mengamati kendaraan berlalu lalang. Dia berencana membeli makanan sebelum pulang, dan Alena sedang memikirkan kali ini apa yang akan dia beli.

Clara sudah pulang terlebih dahulu, sempat menawari Alena untuk pulang bersama tapi ditolak Alena dengan alasan tidak mau merepotkan. Karena jarak apartemen dengan sekolahnya tidak begitu jauh. Jalan kaki pun masih terbilang dekat.

Motor sport berwarna hitam itu dengan tiba-tiba berhenti di depan Alena membuat dirinya bingung.
Cowok tersebut melepas helm yang ia kenakan.
"lo Alena anak baru IPS 2?"

Alena terkejut karena cowok didepannya ini yang sempat debat beberapa jam lalu dengan dirinya dikantin. Masih merasa kesal karena sikap cowok tersebut, Alena memilih diam tidak menanggapi ucapan cowok itu.

"lo bisu? Tapi tadi lo sempat debat sama gue dikantin. Yakali langsung bisu" ucap cowok itu. Kaisar.

Alena tidak habis pikir dengan ucapan cowok didepannya ini. Dia teringat ucapan Clara.
"Kaisar Sadana, ketua geng verenor. Suka seenaknya, sering tawuran sama SMA lain, gak pernah tertib. Murid lain lebih memilih tidak berurusan dengan mereka, terutama dengan Kaisar"

Alih-alih menjawab, Alena malah memperhatikan tubuh Kaisar dengan tatapan seperti menilai.
Kaisar yang ditatap Alena itu pun merasa terganggu.
"Ngapain lo liatin gue begitu? naksir lo?" dengan pedenya Kaisar bertanya.

Alena menatap Kaisar tidak percaya. Memang untuk standar muka Kaisar tidak terlalu rendah, bahkan sangat tampan. Tapi tetap saja sifatnya membuat Alena kesal dan tidak ingin berdekatan dengan sosok cowok didepannya itu.

"Mau ngapain?" tanya Alena masih sabar menghadapi Kaisar.

Kaisar turun dari motornya, berjalan mendekat ke arah Alena dan langsung menyodorkan tangannya.
"Kaisar Sadana, keren gak nama gue?"

'Wah, bener-bener nih cowo' batin Alena tidak percaya.

"Tangan gue jangan dianggurin, pegel nih" ujar Kaisar lagi yang tidak mendapat respon dari Alena.

Dengan malas Alena membalas uluran tangan Kaisar itu.
"Alena Jeovanna" setelah menyebutkan namanya, Alena langsung menarik tangannya dari genggaman Kaisar.

Senyum lebar tercipta dari bibir Kaisar yang hampir menenggelamkan matanya itu.
"Gue denger-denger lo pindahan dari Surabaya?" tanya Kaisar memastikan.

Alena mengangguk membenarkan. Sebenarnya Alena tidak paham dengan Kaisar. Saat dikantin dia terlihat sangat tidak ramah, tapi kenapa tiba-tiba sekarang mengajak bicara dirinya seakan mereka sudah akrab.

"Gue IPS 3, sebelahan sama kelas lo, kalo mau apel gampang jadinya"
Alena menatap Kaisar kesal.

"WOI SAR, GUE CARIIN MALAH PACARAN DISINI"
Teriakan cowok tersebut membuat Alena dan Kaisar menoleh ke sumber suara.

"Tuh anak ganggu orang aja" gumam Kaisar yang masih bisa didengar Alena.

"Oke gue cabut dulu, kapan-kapan aja pulang barengnya"
Setelah mengatakan itu Kaisar bergegas mengendarai motornya menyusul cowok yang diseberang jalan.

***

Kaisar mengendarai motornya membelah senja dikota Bandung, jam menunjukkan pukul 6 petang. Kaisar mengendarai motornya menuju basecamp tempat dirinya dan teman-temannya berkumpul.

Kaisar memasuki ruangan yang sudah dipenuhi asap rokok dengan teman-temannya itu. Sebenarnya Kaisar juga merokok, tetapi tidak sebanyak teman yang lain.

"Pet, mana stiker skate yang gue nitip di lo?" Kaisar terduduk di sebalah cowo dengan rambut kucir belakang. Petra.

"Nyebat lah sini Sar, datang-datang main nagih mulu" ujar Petra dengan rokok bertengger ditangannya.

"Udah barusan sama Alan didepan. Lo pada gak maen?" tanya Kaisar yang sedang sibuk mengotak-atik skateboard miliknya.

Selain anak motor, Verenor juga mempunyai anggota yang sering bermain skate termasuk Kaisar sendiri. Tujuan bermain skate untuk mengisi waktu-waktunya yang kosong, atau hanya sebagai hiburan saja.

"btw Marcell sama Dipta mana? gue belom lihat daritadi" tanya Kaisar yang tidak melihat keberadaan kedua temannya itu.

"Acell pergi beli camilan, Dipta pergi sama cewenya biasa bucin" jelas Petra.

Kaisar hanya menghela napas mengetahui kegiatan kedua cowok tersebut.
"Sar lo tadi ngomong sama anak baru itu?"

Alan melontarkan pertanyaan membuat Kaisar menolehkan kepalanya ke arah Alan.
"Alena namanya, pindahan dari Surabaya. Tapi galak banget" ujar Kaisar dengan kekehannya.

"Gak heran si, soalnya ngomongnya sama lo" sambung Petra dengan mendorong kecil bahu Kaisar.

"diem anjing, gue lagi benerin skate" jengah Kaisar merasa terganggu.

"cantik banget Sar orangnya" ujar Alan, sedaritadi hanya memainkan ponselnya.

"gak usah jadi brengsek lo Lan" ingat Kaisar yang sudah paham dengan sifat Alan.

Alan tertawa kecil mendengar ucapan Kaisar.
"Ampun bos" ujar Alan.

Kaisar berdiri menuju tempat bermain skateboard, dia ingin melatih skill bermainnya agar lebih lancar. Mungkin soal skateboard dia tidak sehebat teman-temannya yang lain, tapi soal berkelahi jangan diragukan lagi.

Saat memasuki tempat bermain skate,  Kaisar terheran dengan anggota gengnya yang terduduk dipojok ruangan.
"woi Bim lo ngapain disitu?" panggil Kaisar.

Kaisar terheran melihat cowok tersebut sedang duduk dipojok dengan kaki di tekuk dan kepala tertunduk. Kaisar mendekati cowo tersebut dan menepuk bahunya.
"mikirin apaan?"

Cowok bernama Bima tersebut hanya menggelengkan kepalanya.
"gapenting banget tapi gue sedih Sar, sumpah" 

"gapapa cerita aja gue dengerin" bujuk Kaisar tidak tega melihat raut wajah Bima.

"lo tau kucing gue yang oren kan? tadi emak gue telfon kalo temon kucing gue mati" jelas Bima membuat Kaisar menatapnya tidak percaya.

"anjing gue kira masalah serius, muka lo gak banget tau gak!" kesal Kaisar lalu meninggalkan Bima yang masih berduka atas kematian kucingnya itu.

KAALEWhere stories live. Discover now