Hari ini aku resmi berumur 16 tahun. Dan sore nanti, Ibu akan mengadakan pesta kecil-kecilan untuk teman-teman sekolah dan keluargaku. Dan tentunya tetangga manisku, Nuraga.
"Kak Fardhan!" Aku menoleh kearah pintu dan spontan tersenyum saat melihat Nuraga yang semakin manis dengan kemeja dan dasi kupu-kupunya.
"Selamat ulang tahun!" Katanya dan menyodorkan sebuah kado yang dibungkus dengan ala kadarnya. Tawaku pecah. Oh Tuhan, Nuraga kecilku sangat manis. Bahkan, terlalu manis untuk ditangani oleh hatiku.
"Kakak! Kenapa ketawa? Kado dari Aga jelek ya?"
Aku menggelengkan kepalaku cepat dan tersenyum manis. "Kado kamu, manis banget. Kayak kamu."
Dia berpaling dengan wajah yang memerah seperti kepiting rebus dan jemari yang terasa sedingin es. Lihat, bahkan dia lebih manis ketika sedang malu.
"Kak Ardhan, ada Mbak Alya didepan." Nirin memasuki kamarku begitu saja tanpa mengetuk. Dasar tukang rusak suasana!
Sebentar, tadi dia bilang apa?
"Mbak Alya?" Aku melirik Nuraga. Duniaku seperti runtuh, warna merah cantik dari pipinya hilang seketika, dan tergantikan dengan alis mengkerut.
"Iya, Mbak Alya! Pacarnya Kak Fardhan, yang cantik banget itu! Dia udah dateng, dan lagi ngobrol sama Ayah dan Ibu dibawah. Ayah suruh Alya untuk panggil Kak Fardhan dan Nuraga."
"Kok, Kak Fardhan ga bilang si kalau punya pacar cantik?"
Sial, tolong jangan menatapku seperti itu Nuraga. Jangan terlihat seperti kamu tersakiti dengan fakta itu. Tolong, jangan.
"Aku lupa," Aku tidak lupa, aku hanya tidak ingin kamu tau. Aku tidak ingin kamu menatap ku seperti itu.
"Oh, okay. Ayo kita turun, dan temui pacar kak Fardhan yang cantik itu."