Hinata masih terisak ketika Sasuke membersihkan lukanya dengan alkohol. Setelah luka itu bersih ia kemudian mengoleskan betadine dan membalutnya dengan kain kasa. Tangan besar itu beralih pada pucuk indigo yang terlihat berantakan, mengusapnya perlahan dengan lembut.
"Sudah, ya. Berhentilah menangis karena nanti matamu akan membengkak. Itu akan menyulitkanmu untuk membaca. Bukankah besok kau ada kuis?"
Hinata tidak tau kenapa Sasuke bisa mengetahui jika besok dia ada kuis dari Prof. Yamato. Tapi dia mengabaikan itu. Luka dihatinya terlalu sakit hingga dia tidak mempedulikan hal-hal disekitarnya lagi.
"Aku tau ini berat bagimu. Tapi penghianatan bukan hal yang patut kau tangisi, Hinata."
"Lalu bagaimana dengan dirimu!?" Hinata berteriak dengan lantang ditengah isakannya. Matanya memerah karena tak henti menangis, begitu juga hidungnya.
"Kau memghianati Haruno-san sehingga dia merebut Naruto-kun dariku. Kau dan Naruto-kun tidak ada bedanya."
"Kau salah"
Hinata terdiam, ia memandang Sasuke lekat dengan sorot bingung.
"Apa yang salah?"
"Kau salah." Sasuke menatap Hinata dengan tatapan dingin. Hal itu membuat Hinata sedikit takut. "Kau pikir kenapa aku mengakhiri hubunganku dengan Sakura? Itu karena aku tidak ingin dia terjebak dalam angan bahwa suatu saat aku akan mencintai dirinya. Sama seperti dirimu yang begitu menginginkan hal yang sama bukan?"
Hinata terdiam dengan perasaan campur aduk.
"Aku tidak ingin memberikan harapan palsu padanya dan aku tak pernah mencintainya. Karena itulah sejak pertama Naruto mengenalkanmu padaku, aku langsung mengakhiri hubungan yang cacat itu karena aku merasa saat itu aku jatuh cinta padamu."
Hinata terkejut, tentu saja. Siapa yang tidak akan kaget mendengar fakta seperti itu?
Tatapan Sasuke berubah lembut. Perlahan diraihnya tubuh mungil itu dan dipeluknya dengan begitu erat. Menciumi aroma tubuh penuh afeksi yang begitu didambanya.
"Aku tidak tau apa yang membuatku jatuh cinta padamu. Entah itu wajahmu yang manis, matamu yang indah, atau senyummu yang begitu menawan. Hingga saat ini aku tidak tau apa alasannya. Tetapi perasaan cinta ini, aku tidak akan ragu mengatakan jika aku mencintaimu."
Lidah Hinata kelu. Entah apa yang harus ia katakan pada laki-laki ini. Kepalanya seketika kosong memikirkan segala fakta yang terungkap hari ini. Tidak disangkanya jika perasaan menggebu yang akhir-akhir ini dia rasakan akan berakhir begitu cepat. Dan tidak disangkanya juga jika Uchiha Sasuke, laki-laki paling berpengaruh di Universitas Konoha ini menaruh hati padanya. Semua ini tidak ada sedikitpun terbesit dalam fikirannya.
Entah Hinata yang terlalu mengagungkan cinta atau dia memang bodoh hingga dapat dikhianati dengan mudah. Gadis itu tidak memikirkan segala kemungkinan yang terjadi jika dia menjalin hubungan dengan orang yang terjebak dalam cinta sepihak.
Bodoh, bukan?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Sepanjang jalan Naruto terlihat gelisah. Setelah mengantar Sakura ke rumahnya dia langsung kembali tancap gas menuju kediaman Hyūga. Entah apa yang akan dia katakan pada Neji tentang kejadian tadi sore. Mungkin Neji akan memukulinya hingga babak belur atau yang lebih parah kepala dan badannya akan terpisah dengan bantuan Kusanagi legendaris milik Klan Hyuga.
Naruto bergidik ngeri membayangkan hal itu. Itulah akibat jika membuat adik kesayangan Hyuga Neji terluka.
Tapi, bukankah Naruto harus menyelesaikan ini? Dia harus menjelaskan segalanya pada Hinata, meski dia sendiri bingung harus memulai dari mana. Dan tentunya dia juga tidak tega melukai gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Know You Anymore
RandomPermainan takdir begitu sulit untuk difahami. Hari ini kita membenci, boleh jadi besok kita terobsesi. Hari ini kita tidak merasakan apa-apa, bisa saja esoknya tergila-gila. Lucu sekali, bukan? "Kau tidak bisa merebut kembali sesuatu yang telah kau...