Let the Show Begin

365 44 7
                                    

Ketika kau mencintai, hanya ada dua kemungkinan yang akan kau dapatkan. Bahagia atau menderita...

(Jika ingin lebih menghayati bisa dengarkan lagunya)

Naruto © Masashi Kishimoto

.
.
.
.
.

Sebagian orang akan menggelung tubuh mereka dalam buaian selimut kala berada dalam fase patah hati. Menangis tiada henti dengan tisu yang berhamburan. Menolak untuk makan sehingga menimbulkan defisit kalori.

Namun, hal itu tidak berlaku bagi Hinata.

Meski sakit hati begitu menguasai relung jiwanya, Hinata tidak ingin- lebih tepatnya, berusaha untuk tidak membuang-buang waktu dengan melakukan hal-hal unfaedah tersebut. Lebih baik ia melakukan riset untuk menyelesaikan skripsinya. Toh direnungi seribu kali pun tetap tidak akan mengubah suasana. Justru dia yang akan merugi karena membuang waktu dengan sia-sia.

Mungkin Hinata terlihat biasa saja dengan melakukan rutinitasnya tanpa hambatan yang berarti. Orang-orang yang pada dasarnya cuek dan kurang teliti akan merasa jika gadis itu masih sama seperti sebelumnya. Hanya saja statusnya sekarang yang berbeda.

Namun, bagi Neji dan Hanabi yang sangat jeli, keduanya cukup khawatir dengan keadaan saudari mereka ini. Meski Hinata terlihat baik-baik saja, akan tetapi ada perubahan signifikan yang tidak disadari orang-orang.

Jika dulunya Hinata adalah gadis yang ceria namun cukup pemalu, Hinata yang sekarang justru bermetamorfosis menjadi seorang gadis minim ekspresi. Terkadang, Hinata akan pergi pagi-pagi sekali ke kampus, sekalipun perkuliahan tidak dimulai terlalu awal. Jika di rumah pun gadis itu hanya akan mengurung diri di kamar dan tidak akan keluar untuk hal-hal yang tidak penting.

Quality time yang biasanya mereka habiskan dengan bercengkrama di ruang tamu tak pernah terjadi lagi selama sebulan ini. Hinata seolah mengganti dunianya dengan hal-hal baru yang berlawanan 180 derajat dengan kehidupannya yang dulu.

Untuk itu, Neji dan Hanabi tak pernah melewatkan sedikitpun waktu untuk mengutuk Uzumaki Naruto atas apa yang telah dilakukannya pada sang Hime kesayangan keluarga Hyuga. Gara-gara si kuning bodoh itu, sang Hyuga Tengah kini bak gadis anti sosial yang menghindari dunia luar.

Pernah sekali Hanabi berusaha melabrak sang Tunggal Uzumaki dan memberinya beberapa 'pelajaran' berharga yang akan diingatnya hingga akhir hayat. Akan tetapi, tentu hal tersebut tidak pernah terwujud sebab Neji begitu hafal perangainya. Dan agaknya, hal itu juga yang membuat Hanabi sedikit mendendam pada si Sulung.

Hinata sendiri meski terlihat acuh, tetapi dirinya cukup merasa bersalah. Pasalnya, kedua saudaranya itu sangat berarti bagi dirinya. Bukannya Hinata tidak ingin membagi kesedihannya. Namun, jika dipikirkan lebih lanjut, apanya yang mau dibagi? Neji dan Hanabi tau semua ceritanya bahkan dari hal terdetail sekalipun. Ah, terimakasih pada si Uchiha brengsek Sasuke yang mau menceritakan seluruh kejadian dengan wajah berseri-seri.

Entahlah, mengingat pemuda pelit senyuman itu membuat hati Hinata langsung membara begitu saja. Bak tersulut api amarah menggebu yang hanya bisa dipadamkan jika ia mampu mengacak wajah rupawan yang sesekali memamerkan seringai memuakkan itu.

Padahal dalam hal ini Naruto yang paling bersalah. Tapi anehnya Hinata justru mendendam pada Si Uchiha.

Terlampau aneh dan diluar nalar.

Bukan tanpa alasan. Jelas-jelas pemuda tak tau diri itu yang mengompori hubungan antara dirinya dan Naruto. Jika saja tidak ada kejadian 'memergoki perselingkuhan sang kekasih' mungkin Hinata bisa berpisah secara baik-baik, walau mungkin hatinya tak akan siap dan rela.

Don't Know You AnymoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang