Non-editing. Hati-hati typo
Naruto © Masashi Kishimoto
Saat kesadaran mulai mendera, Hinata mengerjapkan kedua matanya guna untuk menyesuaikan retinanya dengan cahaya. Kepalanya terasa sakit dan penglihatannya sedikit mengabur. Sedikit memijit kepalanya untuk menghilangkan rasa sakit yang menderanya, Hinata bangun lalu berniat untuk ke dapur.
Saat sadar jika sebuah beban berada di atas perutnya, Hinata berniat mencari tahu benda apa itu. Namun, alangkah terkejutnya ia ketika mendapati sebuah tangan kekar yang tadi berada di perutnya berpindah ke pangkuannya lantaran gad– wanita itu mengubah posisinya. Lebih terkejut lagi ketika ia mendapati keduanya sama-sama dalam keadaan telanjang.
Dengan keterkejutan luar biasa dan perasaan gugup yang menguasainya, Hinata perlahan menengok kan kepalanya ke samping, melihat siapa gerangan yang sudah merebut kesuciannya.
Hinata terbelalak diiringi dengan beberapa tetes cairan bening yang berlompatan keluar dari matanya. Salah satu laki-laki yang dibencinya sedang tertidur sembari memeluknya.
Wajah itu, wajah yang Hinata harap tidak akan ia lihat seumur hidup kini terpampang nyata di dekatnya, tertidur pulas seolah dirinya baru saja mengalami hal yang luar biasa.
Hinata kecewa, marah, dan semakin membenci laki-laki itu. Rasa bencinya kini begitu menumpuk di sanubari.
Tak ingin berlama-lama di tempat yang Hinata fikir adalah apartemen laki-laki ini, Hinata segera memindai ruangan untuk mencari pakaiannya. Terlihat seluruh pakaiannya berserakan di lantai. Dengan tergesa Hinata ingin mengambilnya. Namun, baru saja menurunkan kakinya, rasa sakit yang mendera pangkal tubuhnya membuang Hinata terkesiap dan merintih kesakitan.
"Akh.." Pekiknya saat merasakan perih yang luar biasa di selangkangan. Tak hanya itu, pinggulnya rupanya membiru, seperti bekas cengkaraman yang begitu hebatnya. Seluruh badannya sakit dan pegal, namun rasa sakit itu tak sebanding dengan sakit hatinya.
Sedikit terisak, Hinata perlahan memunguti pakaiannya. Celana dalam dan bra nya nampak baik, tapi tidak dengan dress-nya. Pakaian itu terlihat robek di bagian lengan dan zippernya. Meski begitu, Hinata tak terlalu banyak berfikir untuk segera mengenakan baju tak layak pakai itu. Dirinya harus segera keluar dari hunian laki-laki ini.
Setelah berpakaian dan menemukan tasnya, Hinata tanpa fikir panjang keluar dari kamar, menyisakan bungsu Uchiha yang masih terlelap.
Dengan tertatih Hinata berjalan mencari pintu keluar. Saat berada di ruang utama, Hinata melihat jam dinding. Jam menunjukkan pukul 03:20, yang artinya Hinata telah berada di luar rumah untuk waktu yang lama. Mungkin Neji dan Hiashi akan khawatir dengan dirinya.
Terlihat sebuah pintu yang cukup besar di kedua matanya. Dengan menahan sakit Hinata bergegas menuju pintu yang ia yakini sebagai pintu keluar tersebut.
Saat memutar kenop pintu, tak ada sedikitpun celah yang terbentuk. Pintu tersebut terkunci rapat, dan Hinata tidak dapat membukanya.
Sembari terisak Hinata mencoba memutar-mutar kenop tersebut, berharap pintu sialan ini akan terbuka sehingga Hinata dapat kembali dan belajar melupakan 'kecelakaan' ini.
"Buka..." Lirihnya, masih dengan usahanya untuk membuka pintu tersebut.
"Ku mohon buka.." isakannya mulai membesar serta gerakan tangannya yang mulai tak sabaran.
"Kubilang buka!" Teriaknya frustasi. Tangisnya semakin pecah seiring waktu.
Tak berapa lama Sasuke datang hanya dengan bokser yang menutup bagian vital tubuhnya. Mungkin teriakan dan isakan Hinata membangunkan dirinya yang tengah mengarungi indahnya mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Know You Anymore
RandomPermainan takdir begitu sulit untuk difahami. Hari ini kita membenci, boleh jadi besok kita terobsesi. Hari ini kita tidak merasakan apa-apa, bisa saja esoknya tergila-gila. Lucu sekali, bukan? "Kau tidak bisa merebut kembali sesuatu yang telah kau...