Part 07
Sinta mengantarkan Ali ke depan rumah sembari sesekali melambaikan tangan saat lelaki itu masuk ke dalam mobil, saat ini Ali akan berangkat bekerja, sedangkan Sinta masih tinggal di rumahnya untuk sementara. Saat mobil yang dikendarai Ali pergi, di saat itu lah Sinta berbalik dan kembali masuk ke dalam.
Rina yang berada di ruang keluarga tengah membantu Rian yang akan berangkat sekolah, dan seperti biasa bocah itu selalu patuh dan mau menuruti arahan Rina. Sinta yang berjalan melewatinya hanya melirik sebentar, lalu berjalan begitu saja ke kamar Ali.
Sedangkan Rina hanya diam dan berusaha mengabaikannya, meskipun sebenarnya ia merasa tak nyaman dengan kehadiran Sinta di sana. Wanita itu bersikap seolah-olah dia istrinya Ali, yang bisa bersikap seenaknya di rumah tersebut. Belum lagi cara bicaranya yang terkesan merendahkan, membuat Rina kian muak melihatnya.
"Ma. Tante itu kok masih ada di sini sih, Ma? Memangnya Tante itu enggak pulang tadi malam?" tanya Rian dengan nada heran, sedangkan Rina hanya bisa tersenyum untuk menutupi amarah di hatinya.
"Kebetulan Tante Sinta menginap di sini tadi malam."
"Oh, tapi kan Tante itu temannya Papa ya? Terus sekarang kenapa masih ada di sini? Kan Papa sudah pergi kerja?" tanya Rian lagi.
"Mama juga kurang tahu. Sudah ya, jangan bahas Tante itu lagi. Sekarang kita pergi ke sekolah ya? Biar enggak telat nanti." Rina berusaha mengalihkan pembicaraan sembari mengambil tas milik Rian lalu menggandeng tangan putranya itu.
"Iya, Ma." Rian menjawab polos, tanpa menyadari bagaimana Rina merasa sedih dengan pertanyaannya tadi. Seorang bocah yang tidak tahu apa-apa, namun harus melihat hal-hal yang tidak seharusnya dia lihat, sebagai seorang ibu tentu saja Rina merasa bersalah dan sangat menyayangkan sikap suaminya yang sudah sangat keterlaluan.
***
Setelah mengantarkan Rian ke sekolahnya, seperti biasa Rina pulang untuk membersihkan rumah dan mencuci pakaian putra dan suaminya. Saat ia selesai mengumpulkan pakaian kotor Rian dan miliknya, Rina memasukannya ke mesin cuci lalu membiarkannya di sana.
Setelah itu ia berjalan ke kamar Ali untuk mengambil pakaian kotor suaminya itu, namun sesampainya di depan pintu, Rina baru ingat bila di dalam masih ada Sinta yang entah kapan akan pulang. Rina yang sempat bingung untuk masuk atau tidak, hanya bisa menghembuskan nafas panjangnya dengan berpikir bila tidak seharusnya ia merasa tak nyaman karena seharusnya Sinta yang merasakannya.
Wanita itu hanya kekasih Ali, bisa dibilang selingkuhan suaminya yang dengan terang-terangan memperlihatkan wujudnya. Sedangkan Rina adalah istrinya, seharusnya ia merasa lebih berhak untuk masuk ke kamar suaminya kapan saja. Namun ingatan akan sikap kasar Ali terus terputar di otaknya, membuat Rina merasa sadar dibuatnya.
"Aku hanya harus mengambil baju-baju Mas Ali di dalam, jadi kenapa aku harus ragu masuk cuma karena ada wanita itu di sana." Rina bergumam tak habis pikir, lalu masuk begitu saja tanpa mau mengetuk pintu sebelumya.
"Astaga, Mbak. Kamu buat aku kaget aja, lain kali kalau mau masuk itu ketuk pintu dulu!" Sinta yang tengah asyik menonton televisi itu seketika menegakkan punggungnya saat melihat Rina tiba-tiba masuk begitu saja.
"Untuk apa aku melakukannya? Toh, enggak ada Mas Ali kan di sini." Rina menjawab tak acuh sembari berjalan ke arah tempat pakaian kotor, yang berada di dekat pintu kamar mandi.
"Oh ya aku lupa. Mbak kan kalau mau masuk ke kamar ini harus minta izin dulu atau pas saat enggak ada Mas Ali ya? Enggak kaya aku." Sinta menjawab dengan nada mengejek sedangkan Rina hanya mendiamkannya, ia hanya fokus dengan pakaian yang akan dibawanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu Arti Bahagia (TAMAT)
Romance"Kalau kamu enggak mau meninggalkan Sinta, aku akan memberitahu Papa semuanya, tentang semua sikap buruk kamu dan juga perselingkuhan kamu. Aku yakin, Papa akan marah besar dan enggak akan membiarkan kamu mendapatkan warisan." Rina berujar tak kalah...