Kenapa?

5 1 0
                                    

"Lepasin aja na, jangan ditahan" ucapnya.

Deggg.

________________

Aku terdiam membeku kala ucapan itu terdengar. "Seberapa banyak yang lo tau kak Glen?" tanyaku dalam hati. Aku masih enggan untuk membuka mulutku.

Kami terdiam. Menikmati apa yang ada di depan mataku. Tanpa sadar matahari pun mulai memudar. Perlahan aku mendekat ke arah laut, berjalan pelan menikmati suasana hening yang hanya terdengar derai ombak dan angin yang membelai lembut pipiku.

Tidak ada lagi sedih, tidak ada lagi yang ingin ku tangisi saat ini. Cukup melihat luasnya laut yang membuatku melupakan beban semua yang ada di pundakku. Melupakan sejenak semua yang sudah terjadi, semua yang belakangan ini menghantamku tanpa henti.

"Na, gue.. gue denger"
Ditengah bisingnya suara ombak juga angin Glen kembali bersuara. Sampai saat ini aku tidak tahu apa yang Glen maksud. Mataku yang tadinya terpejam, membuka perlahan. Melihat ke arah dimana Glen berada.

"Ha? Apa sih dari tadi, ga ngerti" mulutku yang enggan berbicara kini mengeluarkan suara, bertanya yang memang aku tidak tahu apa maksud dari ucapannya.

Glen masih menatap luasnya laut didepannya, sama sekali tidak melihat ke arahku.


Glen POV

"Na.. gu—"

Gwenna berjalan dengan penuh semangat kala melihat laut, Glen sudah tahu bahwa teman kecilnya ini suka sekali laut. Sejak mereka kecil mama Ina suka sekali mengajak mereka pergi atau bahkan bermain ke pantai, walau jaraknya lumayan jauh dari rumah tetapi mamanya selalu rutin untuk mengajak mereka kesana.

Glen mencoba mendekat, sejak tadi ia sangat ingin berbicara namun Nana terlalu fokus dengan laut. Perlahan ia mendekat, berdiri di samping Nana yang sedang melihat laut dengan tatapan yang Glen sendiri tidak mengerti.

"Lepasin aja na, jangan ditahan"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lepasin aja na, jangan ditahan"

Nana masih terdiam, tidak tahu dia mendengar atau tidak. Yang jelas ia hanya ingin menemani teman kecilnya. Beberapa jam yang lalu ia mendengar keributan dari arah rumah Nana.

Glen tahu sekali bahwa nana berpura-pura untuk tidak perduli. Dan Glen sangat tahu seperti apa Nana di perlakukan di rumahnya.

Glen pernah tidak sengaja mendengar kala Nana di maki, di marahi yang seharusnya bukan salahnya. Hanya tante Dinda yang selalu memperlakukan Nana dengan baik. Sering sekali makian itu keluar dari kakak laki-lakinya, juga dari papanya yang menganggap Nana layaknya pembantu di rumah.

Glen pernah mendengar Nana membantah, menolak untuk diperlakukan seperti itu dan berakhir hanya mendapat pukulan. Nana tidak seperti itu, dia tidak sengampang itu untuk membantah namun Glen yakin, Nana hanya capek selalu di perlakukan seperti itu.

Glen selama ini hanya mengamati, tanpa sengaja keluar rumah dan melihat Nana keluar lalu ke taman dan menangis disana. Glen juga tidak pernah bilang bahwa ia tahu dan melihat.

"Na, gue.. gue denger" ucapku lagi tanpa melihat ke arah Nana.

Iya, Glen mendengarnya lagi. Namun yang ia dengar hanya perkelahian mulut antara tante Dinda dan om Deo (papanya Nana). Saat itu Glen berpikir untuk mengajak Nana keluar dan berakhir dengan di pantai ini.

Nana terdiam. Glen tidak memaksa Nana untuk berbicara, tidak juga memaksa Nana untuk bercerita. Ia hanya menunggu Nana siap untuk cerita kepadanya, saat itu tiba ia hanya ingin Nana tahu bahwa ia tidak sendiri. Walau tidak bisa ia bohongin bahwa ia sering sekali ribut dengan Nana, namun Glen menyayangi Nana.

~~~~

"Ha? Apa sih dari tadi, ga ngerti"

"Gue denger tadi om Deo marah marah" ucapnya. Suranya memelan kala menyebutkan nama papa. Ya, papaku. Papaku yang sangat hobi sekali menyiksa batinku juga batin mama. Aku sempat bertanya ke mama kenapa papa seperti itu, kenapa hanya ke aku dan mama, dan kenapa aku anak yang paling di bencinya dan masih banyak lagi pertanyaanku kenapa, kenapa, dan kenapa. Namun aku tidak mendapat jawaban apapun dari mama.

"Ohh, gue juga denger" ucapku yang berusaha santai, aku tidak pernah cerita apapun masalah keluarga ke Glen. Walau Glen sahabatku tapi tetap saja enggan untuk bercerita masalah keluarga ke Glen.

"Sorry na gue ga bermaksud ikut campur" ucapnya. Aku hanya mengganggukan kepala tanda meng iyakan. Aku tersenyum kearahnya.

"Tumben... tumben ngajak kesini, udah lama banget kita ga kesini" kali ini aku yang bersuara, terakhir aku kesini sekitar dua tahun yang lalu.

"Iseng, trus keinget lo. Jadi ngajak lo deh"

"Pernah ga sih kak.. waktu lo ada masalah, pernah ga sih lo mikir kenapa harus gue yang dapet tu masalah" tanyaku yang tak lama disusul dengan sesak di dalam hati.

"Ga sih, kenapa? Lo lagi ada masalah kak?" Tanyanya balik.

Aku terdiam, bingung harus menjawab apa.

"Cerita aja Na" ucapnya lagi

"Entah" jawabku singkat.

Entah harus dari mana aku bercerita, entah untuk apa juga aku bercerita. Untuk apa berbagi beban? Tidak lagi ingin menyusahkan orang lain. Walaupun beberap orang selalu bilang cerita membuat kita sedikit lega.

"Siapa tau gue bisa bantu Na" lagi-lagi ia mengeluarkan suaranya.

"Gue gapapa kak, lo ga sakit kan?" Tanyaku sambil menempelkan tangku ke dahinya dengan sedikit menjinjit karna badanku yang pendek dengan badan Glen setinggi raksasa cukup menyulitkanku untuk menyentuh kepalanya.

"Dih, bener-bener ga bisa serius lo" ocehnya.

Aku tertawa pelan, lalu mengajak Glen untuk pulang karna sudah semakin gelap. Tanpa ia sadari perlahan langit mulai menggelap.







Haiiiiiiii semuaaaa!!!! ☺️
Aku kembali dengan ceritakuuuuu
Mohon kritik dan saran ya teman-teman. Dan jangan lupaa vote nya☺️

TERIMA KASIH!🤍

Ruang waktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang