"Gwennn sini deh" terdengar teriakan mama dari arah kamar nya"Iya maaa, sebentar" sahutku kala terdengar mama memanggilku. Beranjak dari tempat tidurku lalu berjalan ke arah suara yang tadi memanggilku
Mama langsung melihat ke arahku, lalu bercerita betapa ia kesal sekali hari ini dan semua bagaikan sebuah kebiasaan karna hanya aku anak yang dekat dengan mama, aku. Tiga bersaudara, mempunyai kakak laki-laki dan juga adik perempuan. Aku anak tengah, ya anak tengah yang katanya tak kalah sulit dengan anak perempuan pertama. Karena aku sedang berada diposisi itu.
Aku kesulitan. Sangat. Hari demi hari aku lewati seiring berjalannya waktu, karena suatu keadaan yang memaksaku harus tetap berada di rumah. Dimana tempat ternyamanku. Tapi itu dulu, tidak sekarang.
Aku berkuliah, baru masuk. Setelah lulus sekolah aku berencana untuk bekerja terlebih dahulu, sampai akhirnya aku bekerja kurang lebih setahun lalu berhenti dan aku berkuliah. Aku tidak merasa pintar, tetapi aku mendapatkan beasiswa 100%. Jenuh bukan hanya mendengar cerita tentangku saja. Ya, aku tidak pandai dalam berkata-kata namun, aku menulis hanya saja pikiran dan hatiku sudah tidak bisa menampung semuanya.
Kata andai selalu terucap berkali-kali dalam hati. Andai aku, andai saja, andai dan andai. Semua hanya hayalan yang ku harap akan terwujud.
Aku Gwenna, Gwenna Ciela Putri. semua orang memanggilku dengan sebutan 'Gwen' kecuali Glen, dia memanggilku dengan sebutan yang berbeda yaitu 'Na, Nana'. Anehhh sih tapi aku suka dipanggil dengan sebutan itu. Beda dari yang lain.
Ngomong-ngomong Glen itu tetanggaku, teman kecilku lebih tepatnya sahabatku. Kami bersahabat sejak kecil tepatnya sejak Glen pindah. Rumah kami pun hanya berjarak dua rumah. Aku dan Glen selisih 1 tahun. Walaupun hanya terpaut satu tahun namun aku memanggilnya kak. Dia kakak kelasku di sekolah, ngeselin sih karena dia itu nyebelin bangettttt. Pake bangettt!
Bahkan satu sekolah pun tahu kalau Glen dekat denganku. Dannnnnn ga cuma itu! Setiap cowo yang mencoba buat mendekatkan diri ke aku akan dapat seribu pertanyaan dari Glen, dari mulai pertanyaan wajar sampai ga wajar dia tanya. Mau aku kasih contohnya?
Okee!! Aku kasih contohnya.
-Flashback-
"Lo mau ngedeketin Nana?"
"Kelas brp?"
"Ngedeketin karena apa? Cantik? Bahh tu anak cantik kalau di sekolah aja"
"Yakin mau ngedeketin Nana?"
"Lo gatau kan Nana makannya banyak?"
"Tekor lo, ngedeketin dia"
"Udah sana, jangan deketin Nana. Kalau gue tau lo masih ngedeket gue cari lo."Dengan muka sok galaknya dia ngasih beribu pertanyaan kayak gitu, 'ga heran selama ini gue jomblo' batinku.
Jelas kan, Glen semenyebalkan itu!! Tapi karna adanya dia dihidupku, masalahku sedikit teralihkan walaupun dia ga pernah tau apa yang terjadi selama ini di rumah.
-Flashback end-
"Gwen" satu pesan masuk di ponselku dengan nama pengirim yang sudah terlihat jelas. 'Anak setan'. Dahiku mengerut. Ada apa? Aku bertanya dalam hati.
"??" Balasku.
"Kedepan. Cpt!"
Ha? Depan? Ngapain? Batinku terus bertanya. Aku segera beranjak dari kasur dan membuka sedikit horden lalu mengintip di balik sana. Terlihat sebuah motor besar yang ia yakini milik Glen. Pandanganku teralihkan lagi kala ponselku bergetar mendandakan sebuah pesan. Dapat tertebak siapa yang memberi pesan. Glen. Anak itu paling benci untuk menunggu.
Jemariku mengetik lincah.
"Ga ah!"
"Gue tgg, smpe lo lma gue minta tante buat panggilin lo" Ancemnya yang membuatku membulatkan mataku. Gemas sekali sama anak setan yang satu ini. Dengan langkah malas aku membuka pintu kamar dan melihat mama sedang duduk membelakangi ku dengan tangan menggenggam tissu. Aku langsung tahu bahwa mama sedang tidak baik-baik saja. Aku melangkah dengan ragu. Mengucapkan satu kalimat mamapun langsung meng anggukan kepalanya tanda mengiyakan.
Apa lagi yang sudah ku lewatkan? Batinku bertanya.
Tanpa sadar aku sudah menapakkan kaki di depan rumah. Mataku langsung bertemu dengan mata berwarna coklat terang itu, ya. Mata Glen sangat indah. namun lamunanku buyar kala mendengar suara "sttt" aku langsung menatapnya kesal. "Lo manggil siapa?" Tanyaku.Dia tidak menjawab, melainkan hanya memberi isyarat untuk aku segera mendekat ke arahnya. Akupun menurut.
Takk-
"Aww sakit kak" jeritku pelan.
Baru saja mendekat dia sudah mengibarkan bendera perang denganku."Lo apaan sih. Lagi males ribut" kataku sambil memberi muka kesal.
"Kalau di suruh cepet. Cepet. Sini naik cepet!" Perintahnya.
Kan. Kan benar kan kataku si anak setan ini nyebelin.
"Gamau" aku hendak memutar badanku namun tangan Glen tak kalah cepat meraih bajuku dan menarik. Tubuhku hampir saja kehilangan keseimbangan karnanya.
Kali ini aku sudah sangat kesal. Mau apa sih ni anak?
"Cepet na"
"Ish, kok maksa!?" Omelku.
"Gue ga bakal mau culik lo, cepet naik"
"Ga lama ya? Awas kalau lama" ancamku tak mau kalah.
Di sepanjang perjalanan yang sunyi tanpa adanya percakapan, entah kemana tujuannya. Kurasakan perlahan motor ini hanya melaju semakin cepat. Kulihat sekeliling hanyalah motor dan mobil, sampai pada akhirnya aku takjub saat melihat diujung jalan yang sudah kupastikan itu adalah tempat kesukaanku.
Ralattt. Aku sangat ingin kesana. Aku. Seketika semua kekesalan dan amarahku tadi meluap entah kemana.
Kakiku melangkah pelan, wajahku terbelai lembut oleh angin. Ujung bibirku ter angkat membentuk sebuah senyuman. Kurasakan Glen mendekat ke arahku.
"Lepasin aja na, jangan ditahan" ucapnya.
Degg
Aku mematung kala mendengar suara Glen. Tidak. Tidak karena suara. Melainkan perkataannya.
Haiiiiiiii semuaaaa!!!! ☺️
Aku kembali dengan ceritakuuuuu
Mohon kritik dan saran ya teman-teman. Dan jangan lupaa vote nya☺️TERIMA KASIH!🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang waktu
Novela Juvenil"Gitu aja capek" semua bagaikan kaset rusak yang terputar dalam kepala. Entah apa yang dirasa membuatnya capek. "Gwen lemah banget" "jangan jadi cewe yang cengeng" "ayo bangkit" batinku berteriak kencang. Namun semua terasa angin lalu. Entah pikiran...