CHAPTER 1

60 44 32
                                    

Sorry for typo!
Budidayakan meninggalkan jejak setelah membaca 😁
   







                          **~~**~~**

       " Daevan, papa mau ngomong sama kamu!". Terdengar suara berat yang memanggil namanya dari arah belakang, Evan yang mendengarnya terpaksa menghentikan langkahnya. Ia hanya memutar bola matanya malas dan menatap papanya jengah.
       " Papa mau minta izin kamu , papa akan menikah dengan Tante Zora " . Lontaran dari mulut papanya mampu menciptakan smirk disudut bibir Evan, ia menatap tajam manik mata papanya.
       "Terus kenapa izin ke aku , bukannya itu gak penting' . Sarkasnya dingin.
        " Daev-. "
        " Adanya izin atau tidaknya dari aku, papa pasti akan tetap nikah sama janda itu!".
   
         " Jaga ucapanmu Evan! dia akan jadi mamamu".
         " Nggak akan pernah!"
          "Kamu juga harus akur sama dia, dia akan jadi abangmu ".
          " Gue nggak Sudi punya saudara kayak anjing kayak dia!". Teriak Evan lantang, matanya memerah menahan emosinya yang sudah tersulut oleh amarah.
         " Dasar anak pembangkang!"
Semprot pak Alvito Galaxy tak kalah keras, kini keduanya saling melemparkan tatapan tak suka .
Pandangan Evan kemudian turun, memutus kontak mata antar papanya. Sebuah tawa sendu terdengar dari mulutnya. Terlihat jari jemarinya menggenggam erat hodie yang ia kenakan.

           " CK... Anak pembangkang katamu ! Apa pernah papa ngertiin perasaan aku, pernah papa peduli sama hidup Evan, pernah nggak!  Terus sekarang papa dengan seenak jidat bilang kalo Evan anak pembangkang?".
          " Daevan !! Sejak kapan papa ngajarin kamu buat jadi anak pembantah seperti ini!" . Pekik pak Alvito lantang, mata Evan naik menatap mata papanya. Napasnya masih naik turun tak beraturan. Kini tatapan tajamnya tergantikan dengan sebutan tatapan sendu. Sebuah senyum miring terukir disudut bibirnya.

          
          "Emang papa nggak pernah ngajarin aku kayak gini, karena yang papa ajarin ke aku hanyalah sebuah tuntutan!
      Evan menggantungkan ucapannya,
dan menatap dalam papanya.
         
          Bahkan aku udah lupa kapan terakhir kalinya papa peduli sama aku" .
      
       Evan segera menyambar helm dan jaket kebanggaannya dan segera menuju ke motor ninjanya . Dengan pikiran yang kalut dan bara emosi dihatinya , ia melajukan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata . Bahkan terlihat seperti seorang pemabuk.
         " Daevan!!".

                        **~~**~~**

         " Gue anggep ikatan hubungan ini adalah sebuah permainan sandiwara dalam drama".
         " Bajingan lho!"
         
         " Kita akan sama-sama bermain sebuah drama , anggap aja kalo kita adalah seorang aktor dan kita lihat , siapa yang lebih pintar memainkan perannya dan-
         Cowok itu menggantungkan kalimatnya. Senyum miring tercetak jelas di wajah antagonisnya.

          " Dan siapa yang akan terlihat jadi peran antagonisnya disini. Lo atau gue?".
  
          Evan mendengkus geli mendengar pernyataan orang didepannya. Sungguh, jika orang didepannya adalah babi , ia akan langsung menonjok Wajah orang didepannya.

        " CK ... Jadi aktor sja bangga Lo asu! , Nggak tahu aja kalo aktor tu cuma babu berbayar, cuma modal tampang sama mulut sampah! Bisanya ngikutin alur" .

        " Lo- ". Ucapan orang itu terhenti ketika telunjuk Evan memberi isyarat untuk diam .

        " Sssttt.... Gue belum selesai ngomong babydog! Ya.... Sebuah drama ngga akan berjalan tanpa adanya sebuah alur, dan sebuah alur ngga ada tanpa si penulis. Dan Lo tau gue akan jadi apa di drama ini, hmm?" . Tanyanya dingin, ia menaikkan sebelah alisnya. Tangannya terlipat didepan dadanya. Dan sudah dipastikan sudut bibirnya sudah terangkat memperlihatkan sebuah seringaian . Sebuah damage yang nggak main-main.
 
        " Gue akan jadi nya, jadi tunggu aja alur apa yang harus Lo mainin!" .

         "Shirt!!".

         "Dan satu lagi , Lo yang memulai
Jadi Lo juga yang harus ikut mengakhiri drama itu".

DAEVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang