HARMONI | PART 9 + trailer

673 96 5
                                    

Seseorang tengah mengintip dari jendela kelas, melihat keadaan diluar yang lumayan sepi. Dia adalah orang yang aman saat ini bersama teman nya. Ia sudah beberapa jam disini berharap ada bantuan namun nyatanya tidak. Dia malah terjebak didalam kelas, hanya berdua saja.

"Sialan, lo gak ada makanan gitu? Gue laper banget!" Febri menghampiri gadis yang hanya diam.

"Aku gak bawa tapi coba cari deh, siapa tau dari tas mereka ada yang simpen makanan."

Febri mengangguk dia segera menggeledah tas setiap meja. Kemudian senyum nya mengembang ketika melihat satu roti di dalam tas salah satu siswa.

"Gue nemu satu, jadi ini milik gue ya?" ujar nya tak perduli pada Nara yang cemberut ketika tidak menemukan makanan lain di tas.

"Iya gak?" ulang Febri, meminta persetujuan. Lagipula dia sudah memakan roti tersebut tanpa mau berbagi dengan Nara.

"Yaudah deh, aku juga gak laper." Bohong, perut nya sudah berbunyi sedari tadi bahkan dia mengulum bibir ketika melihat Febri dengan nikmat menikmati roti tersebut.

"Abis ini kita keluar," ucap Febri dia melangkah mengambil sapu, guna untuk senjata.

"Kenapa keluar? Gak bisa disini aja, kita tunggu bantuan." mohon Nara memelas, dia takut untuk berhadapan dengan para zombie itu.

Febri merotasikan mata nya jengah, "mana ada yang tau keberadaan kita! Kalau lo gak mau ya udah disini aja sampai mati kelaparan!"

"Kita harus cari orang-orang tadi yang masih selamat."

Yang Febri maksud adalah sekumpulan orang-orang yang berlari melewati kelas nya dan menghajar para zombie itu. Ia berniat keluar namun mereka berlari begitu saja dan dibelakang ada banyak zombie yang mengejar membuat nya mengurungkan niat.

"Tapi kan kalau nanti ada zombie..."

"Kalau lo gak mau yaudah diem sini!" ucap Febri ketus.

Nara memegang lengan Febri yang hendak membuka pintu kelas. "Aku ikut!"

Febri melirik Nara datar, lalu mengangguk. "Ambil sapu buat senjata."

....

Kepercayaan tidak semudah itu didapat oleh Eraski. Walaupun tadi Ale membantu nya saat diserang zombie, ia tetap berjaga-jaga jika Ale sedang merencanakan sesuatu. Kini kedua nya berhasil pergi ke lantai lima. Disini cukup sepi sehingga membuat mereka dengan mudah berjalan mencari kelas—tempat Noze dan Beila bersembunyi.

"Eras!" teriak Beila membuat Eraski yang berdiri tak jauh dari nya menoleh, dia tersenyum kemudian berlari segera menghampiri Beila.

"Lo baik-baik aja?" tanya Eraski, mendongak sedikit sebab wajah Beila yang berada di jendela. Sedangkan Ale hanya diam melihat interaksi mereka.

"Woi!" Kedua nya menoleh ketika Noze membukakan pintu lalu menyuruh nya masuk. Kedua nya dengan segera masuk kedalam. Sesampai nya, Eraski langsung menghampiri Beila.

Bucin. Itulah yang langsung terlintas di batin Noze dan Ale. Kedua nya menatap Eraski yang begitu cemas dengan keadaan Beila.

"Tapi kaki lo gapapa, kan?" Eraski melihat pergelangan kaki Beila. Gadis itu sedikit mengangguk.

"Udah diurut sama Noze, tapi pas jalan masih agak ngilu."

"Mau digendong?" tawar Eraski yang tentu saja mendapat gelengan dari nya.

"Lo bawa tas aja ya, berat soalnya." Eraski menoleh kearah tas besar yang ia yakini itu berisi makanan.

Ale berjalan kearah busur panah lalu melirik Noze. "Lo bawa dua?"

Harmoni | RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang