01

22.2K 235 6
                                    

Semua murid kelas 12 Ips 1 sudah memasuki kelas dan duduk di bangku masing-masing, Caramel duduk di bangku paling depan, di barisan paling ujung di dekat pintu masuk, sedangkan Lut berada di barisan ketiga dari meja guru, dan bangku nomor tiga.

Lut dan Caramel memang tipe orang yang kalem, sama-sama jarang berbicara, hanya saja pergaulan Lut begitu luas, sangat berbeda sekali dengan Caramel yang hanya anak rumahan, saking jarangnya keluar rumah, Caramel bahkan sering di bilang anti sosial oleh orang di sekitarnya, padahal kenyataanya tidak seperti itu, ia hanya malas basa-basi dan lebih memilih tenggelam di dalam dunia cerita fiksinya.

Caramel mempunyai tubuh yang lumayan tinggi, dengan tinggi badan sekitar 155 cm, sedangkan Lut sekitar 170 cm, dan bertubuh besar, sedikit kekar, dengan rahang tegas, dan tatapan yang sangat tajam, membuat beberapa orang sedikit segan jika ingin berurusan dengan Lut. Tapi, Lut sangat populer, mempunyai banyak golongan teman, ia berteman dengan siapa saja.

"Selamat pagi!" sapa bu Omy guru bahasa indonesia, bertubuh gendut dan berkulit putih.

"Pagi bu!" jawab semua murid.

"Hari ini kita latihan di buku LKS, halaman 20, kerjakan pilihan ganda 10 soal dan 5 esay!" ucap bu Omy panjang lebar.

"Baik bu!" balas anak-anak kelas, mereka memilih patuh, takut di jemur di bawah tiang bendera jika melangar aturan bu Omy.

Semua murid sangat khusuk mengerjakan soal-soal, diam-diam Lut melirik ke arah Caramel, cewek bertubuh sedikit berisi itu membuatnya resah setelah kejadian di perpustakaan tiga hari yang lalu.

Lut bisa merasakan jika ada yang berbeda dengan Caramel, gadis itu seperti menghindar, tidak pernah lagi berusaha berada di dekatnya, dulu ia sangat sering duduk di bangku yang ada di depannya, tapi sekarang? Seolah tidak ingin berada dekat dengan jangkauan matanya.

Walau tetap saja, Lut masih bisa melihatnya dari bangkunya, tetapi ia hanya bisa melihat sebatas punggungnya saja, tidak lebih, biasanya ia akan selalu melihat wajah baby face itu.

Apakah penolakannya waktu itu membuat Caramel sakit hati? Entahlah, Lut juga tidak peduli, yang penting untuk kedepannya, hidupnya tidak direcoki lagi.

Saat bel jam istirahat berbunyi, semua murid dengan tergesa-gesa mengumpulkan tugasnya, saat melihat bu Omy sudah mulai beranjak ingin meninggalkan kelas.

Para siswa siswi mulai berjalan keluar kelas munuju kantin, begitu juga dengan Lut, sedangkan Caramel berjalan ke arah berlawanan dengan teman sekelasnya ke kiri, ia memilih arah kanan, ke perpustakaan, ingin melanjutkan bacaannya.

**

Karena kebelet ingin buang air kecil, Caramel lantas berjalan ke toilet padahal bel masuk sudah berdering.

"Aduh!" pekik Caramel saat keningnya terbentuk benda keras saat belokan di dekat toilet sekolah, saat mendongkak, Caramel menegang, melihat orang yang ia tabrak ternyata adalah Lut.

"Maaf." ucap Caramel pelan dan segara berjalan cepat memasuki toilet perempuan.

Di tempatnya Lut mengerutkan dahinya, merasa aneh dengan sikap Caramel, seakan takut dengan dirinya.

Memilih abai, Lut lanjut berjalan menuju kelas.

Di dalam toilet, Caramel merutuki dirinya yang harus muncul di depan Lut, ia malu dan takut, setelah kejadian tiga hari yang lalu, ia tidak mau bertatap muka dengan Lut, sebisa mungkin mencari celah agar mereka tak saling pandang.

Bagaimana mungkin ia berani muncul di depan Lut setelah penolakan itu yang sangat membekas dibenaknya. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan tangapan Lut atas kelancangannya meminta hal intim seperti itu, karena mereka tidak begitu kenal dekat, hanya saja hasrat di dalam dirinya tak bisa diajak kerja sama, ia selalu bereaksi tak wajar jika berada di dekat Lut.

Reaksi tubuhnya sangat berbahaya, ia tahu persis apa itu, karena Caramel bukan gadis polos, ia paham apa maksud semua itu. Suhu tubuh panas dengan tubuh bagian bawah sedikit bergetar, fix ia bergairah terhadap Lut.

Perasaan itu begitu mengebu-gebu, sudah sangat lama, sejak kelas 11, pertama kali melihat cowok itu pindah ke sekolahnya, semua murid membicarakannya, karena ia begitu tampan dan maskulin, membuatnya begitu mendamba.

Caramel pikir perasaan itu hanya sementara, tetapi ia salah, puncaknya saat ia nekat mengambil resiko dengan menyentuh kulit tubuh Lut dengan tangannya, reaksi tubuhnya begitu aneh dan menginginkan lebih, membuatnya hampir gila.

Ini sangat berbahaya, Caramel bisa saja membiarkan perasaannya dan akan berusaha, tapi setelah penolakan tak terduga itu, ia memilih mundur, takut, sangat takut akan kenyataan yang menamparnya.

Setelah urusan di toilet selesai, Caramel berjalan keluar, ke kelasnya yang berada di dekat kantin sekolah.

**

CARAMELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang