JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENTARNYA YA.
" Keadaan sudah berubah sekarang, tapi perasaan ku untuk kamu masih sama."
~
Saat ini keduanya berada di kantin rumah sakit, duduk berhadapan dan terhalang oleh meja. Tadi sebenarnya Indri tidak mau bicara dengan Aidan dan bahkan gadis itu langsung ingin pergi saat bertemu Aidan di rooftop tadi. Tapi Aidan beralasan ingin bicara soal operasi ayahnya yang di ketahui Indri adalah salah satu dokter yang terlibat dalam operasi ayahnya nanti.
"Aku denger kamu yang akan operasi ayahku, bener ?"tanya Aidan lembut. Sementara Indri terus menunjukan wajah datar tapi gadis itu masih duduk di depan Aidan.
"Bukan saya. saya cuma bantu jalannya operasi"Ucap Indri dengan nada ketus.
Aidan menghela nafas diam-diam, dia tidak suka cara bicara Indri yang seperti orang asing padanya. Dia merasa seolah mereka adalah dua orang yang tidak pernah saling mengenal. Dan wajah Indri juga tidak menunjukan keramahan sama sekali. Tapi bukan kah pantas Aidan mendapatkan perlakuan seperti ini ?
"Tolong bantuannya, aku percaya kamu bakal melakukan yang terbaik buat kesembuhan ayahku"Kata Aidan masih dengan nada lembut.
Indri menoleh pada Aidan dengan memasang wajah dingin, "Anda fikir saya bakal bales dendam atas perlakuan ayah anda terhadap saya dulu dengan tidak menyelamatkan ayah anda saat operasi nanti ? tenang aja, saya dokter profesional."katanya dengan nada penuh sindiran.
Aidan gelagapan sendiri mendengar jawaban Indri, "Bukan begitu, maksud aku--
"Udah ngomongnya ?"Potong Indri. "Saya rasa udah cukup pembicaraan kita, saya harus kembali ke pekerjaan saya"Ucapnya lalu berdiri dan hendak pergi.
Aidan ikut berdiri dan dengan penuh keberanian dia menahan tangan Indri agar tidak pergi. "Tunggu"katanya dengan wajah penuh permohonan. "Aku masih mau ngomong sama kamu. Ada banyak yang mau aku omongin sama kamu, Dri"katanya.
"Mau ngomong apa kamu ? kamu mau cerita tentang hubungan kamu sama perempuan pilihan ayah kamu ? kamu mau cerita kehidupan kamu sama dia yang sekarang udah bahagia ? Gak Aidan. Aku terima kalau sekarang kamu udah bahagia sama dia, tapi aku gak mau denger !"katanya marah.
"Asal kamu tahu, aku juga udah bahagia dengan hidup aku sekarang"Lanjutnya. Gadis itu lalu berjalan pergi namun Aidan mengejarnya.
Aidan terus mengikuti Indri yang kembali berjalan memasuki area rumah sakit. beberapa perawat yang melihat keduanya di buat heran karna salah satu dokter mereka terlihat sedang di ikuti oleh seorang cowo tampan yang di ketahui seorang pengusaha sukses dan anak dari pasien VVIP mereka.
"Indri tunggu dulu,"Ucap Aidan yang masih terus berjalan di sampingnya. Hal itu membuat beberapa perawat melihat keduanya dengan wajah gemas, beberapa juga ada yang berbisik-bisik.
Indri benar-benar jengah dengan situasi seperti ini, tapi dirinya merasa dejavu saat Aidan terus berjalan di sampingnya sambil membujuk agar Indri mau berhenti dan mendengarkannya. Seperti waktu mereka SMA dulu. Ah, tidak boleh. Indri tidak mau mengingat semua moment itu.
Gadis itu berhenti berjalan saat seorang pasien yang sedang menggunakan kursi roda menyapanya, "Hallo dokter Indri"sapanya.
Indri tersenyum dan berjongkok di depan gadis kecil itu, dia sedang bersama sang ibu yang sedang mendorong kursi rodanya, "Hallo juga, Karina"sapa Indri ramah. Aidan yang masih di sana juga diam saja dan memperhatikan interaksi keduanya.
"Makasih dokter, kemarin dokter kasih aku banyak buah, aku suka !"Ucap gadis kecil itu dengan wajah ceria membuat Indri tersenyum melihatnya.
"Sama-sama. nanti kapan-kapan aku kasih buah lagi ya. "Ucap Indri. "Kepalanya masih suka sakit ?"tanya Indri pada sang ibu yang sedang memegangi kursi roda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesawat Kertas [TAMAT]
Teen FictionPacaran dengan Indri adalah salah satu harapan yang selalu Aidan ingin capai. Meski tau gadis itu sangat sulit di luluhkan, Aidan tidak pernah gentar untuk memperjuangkannya. Indri adalah gadis pintar, cantik dan perfectionist yang sangat Aidan kagu...