Masih di hari yang sama dgn chapter sblmnya.
Langit yang mulai menggelap tak mampu membuat Jo pulang sekalipun badannya terlampau lelah. Ini masih terlalu pagi untuknya pulang ke rumah. Sambil berjalan Jo berpikir, kemana ia harus pergi untuk menghabiskan waktu hingga tengah malam dan ia teringat Bian.
Bian🐵
Bi|
19.59
Read|Ngape mblo
20.00
ReadMonmaap, tolong berkaca ya mblo|
20.00
Read|Kenape Jo?
20.02
ReadLu dimana?|
Gabut nih|
Pen maen sama Mochi|
20.02
Read|Asem
|Kirain kenape
|Lu dimana? gue jemput
20.14
ReadJemput pake apa?|
20.14
Read|Motor
20.30
ReadOke|
Di Peachy Cafe|
20.30
Read|Otw
20.37
ReadTtdj|
20.38Gadis itu meletakan ponselnya dan menyeruput ice latte-nya sambil menunggu Bian datang.
Sementara di lain tempat, Bian yang sedang berkumpul dengan para sahabatnya, pamit terlebih dulu.
"Gue duluan ye,"
"Kemana lu? Masih pagi gini," kata lelaki dengan suara raspy.
"Yee, abis kalah masa langsung cabut," tutur Darren dengan pose bak putri duyung di karpet dan stik PS di pahanya.
"Gak ada hubungannya ya bambang," jawab Bian. "Gue kudu jemput monyet yang kabur dari ragunan," Bian menenggak air putihnya dan bergegas keluar dari rumah Jeremy sambil memakai jaket kulitnya.
"Hati-hati, jangan ampe nyium aspal," ucap Jeremy yang duduk disofa dengan stik PS di tangannya, ia sedang duel bersama Darren. Sedangkan Wira yang duduk di ujung sofa dengan kaki yang di tekuk juga chiki diantara pada dan perutnya hanya mengangkat tangannya dan mengucapkan 'bye'.
Hanya butuh sepuluh menit untuk Bian sampai ke Peachy Cafe, karena jarak antara rumah Jeremy dan kafe itu sedang-sedang saja. Jo yang sudah menunggu di luar langsung menaiki motor Bian dan berangkat.
"Mau kemana?"
"Hah?" Suara Bian yang terhalangi suara angin membuat Jo sedikit mencondongkan badannya kedepan.
"Mau kemana?" kali Bian mengatakannya lebih keras.
"Ke rumah lu aja, tapi mampir minimart bentar,"
°•°•°•°
Setelah memarkirkan motornya, Bian dan Jo masuk ke rumah Bian. Ada mama papa Bian di ruang tengah sedang menonton TV.
"Aku pulang,"
"Ehh, ada Sena," seru mama Bian senang. Ia menghampiri Jo dan memeluknya sebentar.
"Om, tante," sapa Jo.
"Masuk, masuk," Jo ikut bergabung di ruang tengah, sementara Bian melengos ke dapur untuk mengambil air.
"Apa kabar Sena? Makin cantik aja,"
"Baik tante. Tante sama om gimana kabarnya?"
"Baik, baik," jawab papa Bian. Kemudian Bian kembali ke ruang tengah dan memberikan segelas air dingin untuk Jo.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Silver Lining
General FictionSetelah ditinggalkan sang ibu untuk selama-lamanya, Sena Jovanka harus menerima kenyataan bahwa ayahnya memilih untuk menikahi wanita lain. Kecewa dengan sikap ayahnya setelah meikah lagi. Jo memilih untuk hidup mandiri di atas kakinya sendiri. Sela...