Aku sebenarnya tidak ingin berpartisipasi dalam acara pentas seni sekolah. Kalau bukan karena aku ikut ekstrakurikuler seni juga aku tidak mau. Aku harus membeli semua alat untuk mendekorasi panggung.
"Akhirnya semuanya lengkap." desahku sambil membawa banyak sekali barang.
Aku bergegas menuju stasiun kereta bawah tanah. Barang bawaanku sangatlah banyak. Sekitar 10 tas belanja dan satu gulung karton besar.
Tiba-tiba seseorang menabrakku sehingga aku pun terjatuh. Semua barang bawaanku tercecer.
"Kalau jalan bisa menggunakan mata, tidak?" Suaraku meningkat setengah oktaf.
"Ma-maaf." Ucap pria tersebut dengan suara serak seraya membantuku mengambil semua barang-barangku yang jatuh. Dia langsung mengulurkan tangannya untuk membantuku. Sekilas terlihat tato di sekitar tangannya yang sedikit berotot.
Aku pun bertatap muka dengannya. Ia adalah seorang pria berusia sekitar 24 tahun dengan rambut ikal dan matanya yang hijau.
"Kau ingin menuju kemana?" Tanyanya. Aku tak menyangka dia berani menanyakan hal itu kepadaku.
"Downtown LA." Ucapku dingin.
"Aku juga akan menuju Downtown LA."Ternyata ia memiliki tujuan yang sama denganku.
"Harry." Ia langsung menyodorkan tangannya kepadaku. Rupanya Ia ingin mengetahui lebih banyak tentangku. Awalnya aku enggan menjawabnya, tetapi aku mencoba ramah.
"Kendall." Aku membalas jabatan tangannya. Kulitnya terasa dingin dan sedikit kasar. Aku merasa nyaman ketika tangannya berada di tanganku.
Apa yang kau pikirkan, Kendall!
Aku lalu bergegas menuju kereta dan meninggalkan pria yang bernama Harry tersebut sendirian. Sekilas aku melihat Ia tetap berdiri disitu. Namun aku tak peduli. Yang aku pedulikan sekarang adalah cara untuk mendapatkan kursi di kereta nanti. Mustahil aku membawa semua barang ini sampai ke Downtown LA dengan berdiri.
Kereta pun ternyata sudah datang 5 menit yang lalu. Ketika aku masuk, semua kursi sudah dipenuhi. Jika saja si pria bodoh itu tidak menabrakku, pasti aku akan mendapatkan kursi.
Tiba-tiba seseorang menyentuhku dari belakang. Sontak aku pun langsung menoleh ke belakang. Lagi-lagi pria tersebut.
"Kau mau duduk? Aku melihat kau sangat kerepotan." Ucapnya seraya bangkit berdiri dan mempersilahkanku duduk. Dengan segera aku langsung duduk.
"Terima kasih." Ucapku parau.
Perjalanan menuju Downtown LA memakan waktu sekitar setengah jam. Sesampainya disana, aku langsung berjalan kaki menuju rumahku. Tak perlu memakan banyak waktu untuk sampai kerumah karena jaraknya cukup dekat. Aku pun sampai di depan pintu rumahku dan merogoh saku untuk mengambil kunci rumah.
Ternyata kunciku tidak ada.
Pasti terjatuh saat tadi sosok misterius, yaitu Harry, yang telah menabrakku.
Angin berhembus dan udara dingin langsung menusukku. Aku lalu mengetuk pintu berharap bahwa Kylie atau Mom telah kembali. Yang berawal dari ketukan hingga gedoran keras. Untungnya selang beberapa waktu Kylie keluar untuk membukakan pintu.
"Kau beli keperluanmu di benua yang berbeda ya?" Ucapnya sambil menutup dan mengunci pintu. Ia mungkin telah melihatku kerepotan dengan semua barang ini.
Kylie adalah adik yang sangat perhatian, namun dingin. Ia tidak suka dimanja dan disayang. Hobinya adalah berpesta, namun nilai-nilainya disekolah sangat baik.
"Mom bilang keretanya tidak bisa bergerak karena salju. Kalau kau lapar, hangatkan saja makanan di kulkas."
Aku mengiyakan dan segera melepas mantel kotorku lalu bergerak menuju kamar mandi. Air hangat mengalir di sekujur tubuhku yang membuatku nyaman.
Sesudah mandi, aku membasuh tubuhku dengan handuk dan menggulung rambutku menggunakan handuk kecil.
"Kau mau makan?" Tawarku selagi menghangatkan makanan yang ada di kulkas. Ia hanya membalasnya dengan gelengan kecil yang menurutku sudah cukup untuk jawaban dari seorang Kylie.
Aku tahu jika Kylie belum makan. Persediaan makanan di kulkas tetap utuh dari aku berangkat hingga aku pulang.
"Kau tidak lapar?" Tanyaku lagi dan disambut oleh gelengan yang sangat cepat. Aku tidak ingin Kylie sakit atau berbagai penyakit karena terlambat makan kambuh.
"Hmmm...... Tampaknya enak. Wanginya lezat sekali." Aku menggodanya dan mendekatkan makanan itu di hidungnya.
"Baiklah, satu suap. Bahkan mungkin dua" ucapnya dengan tergelak.
Ketika selesai makan pun kami menghabiskan waktu untuk menonton acara tv favorit kami. Lalu kami berdua pun tertidur pulas di sofa.
COMMENT AND VOTE GUYS!
HOPE YOU LIKE MY STORY.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm In Love With Mr.Styles
FanfictionSeseorang menabrakku dengan keras sehingga aku pun terjatuh. Semua barang untuk keperluan pentas seni jatuh semua. Seseorang lalu membantuku. Ia adalah orang yang menabrakku. Cukup tampan ternyata. Dengan rambut ikal dan senyum indahnya, ia mengulur...