"Hey teman-teman! Ada gosip hangat nih." Aku mendengar para anak lelaki sedang membicarakan sesuatu. Jarang-jarangnya mereka bergosip seperti ini. Sontak semuanya langsung mengerubungi sumber suara tersebut yang berasal dari Lucky. Aku lebih baik berdiam diri di tempat dan tidak mau ikut campur urusan mereka.
"Kalian tahu tidak ada sesuatu hal kecil mengenai Mr.Styles itu?" Lucky kembali membuka mulutnya.
Mataku membesar ketika mendengar nama Mr.Styles. Aku memasang telinga -ku lebar.
"Well, aku mendengar kabar ini dari Mr.Payne. Ia berkata bahwa Mr.Styles telah........" Suara Lucky sengaja diputus agar menimbulkan rasa penasaran dari semuanya. Termasuk aku.
"Ia telah menikah."
Pernyataan tersebut di sambut dengan suara kaget dari semua siswa di kelas seni. Aku pun terkejut mendengar hal itu. Mr.Styles masih sangat muda untuk menikah menurutku. Aku tak percaya jika ia sudah siap untuk menikah.
"Lalu, bagaimana dengan istrinya?" Seseorang bertanya dengan nada penasaran. Ia Belatrix. Gadis yang penampilannya agak nyentrik. Bahkan ia hendak mengubah namanya menjadi Trixie.
"Aku juga belum mendapatkan kepastian. Mungkin saja ia dan istrinya cerai karena Mr.Styles suka menggoda murid perempuan." Raut wajah merendahkan terlihat jelas dari muka Lucky.
"Bagaimana jika kita menanyakan langsung kepada Mr.Styles? Ini salahnya sendiri karena ia tidak memberi tahu kita dan membiarkan orang lain yang menyebarkannya."
Aku terperanjat dari kursiku mendengar rencana mereka. Mereka hendak membuat malu Mr.Styles. Ini tidak bisa dibiarkan. Aku mengangkat badanku dan langsung berlari menuju ruangan Mr.Styles untuk memberitahu rencana mereka. Aku tidak akan membiarkan mereka mempermalukan Mr.Styles.
"MR.STYLES! Aku mohon dengan sangat jangan menuju ke kelas...! Aku mohon!"
Mr.Styles mengerutkan keningnya. Ia tampak heran dengan sikapku yang aneh seperti ini.
"Memang ada apa?" Jawabnya tenang.
"Semuanya...! Semua siswa dikelas hendak menanyakan tentang istrimu. Mereka berkata bahwa kau diceraikan karena kau menggoda para siswi SMA. Mereka akan membuatmu malu!""Kau peduli terhadapku? Padahal ini bukan urusanmu." Tanyanya dengan sedikit senyum di ujung bibirnya. "Baiklah, sekarang aku ingin kau menunggu di unit kesehatan siswa atau dimanapun. Aku akan segera ke kelas."
Aku menuruti perintahnya untuk tidak masuk ke kelas. Tapi aku akan tetap berada tepat diluar kelas untuk mendengar semuanya.
Kulihat dari kejauhan Mr.Styles sudah memasuki kelas seni. Ia tampak santai dan tenang. Aku menyukai sikapnya yang seperti ini.
Kudengar samar-samar Lucky yang membuka pembicaraan kali ini.
-Mr.Styles' Pov-
Melihat reaksi Kendall yang begitu peduli denganku membuatku senang. Sudah lama aku tidak melihat orang yang sangat peduli kepadaku. Bahkan hal kecil pun ia masih memperhatikan.
Mau tidak mau aku harus menjalani ini semua. Ini adalah tanggung jawabku dan konsekuensi menjadi guru. Aku tahu ketika Kendall telah mengikutiku menuju kelas dan tidak menuju ke unit kesehatan siswa. Tapi aku membiarkannya jika ia ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Lucky membuka mulutnya ketika aku baru saja memasuki kelas. "Hey Mr.Styles! Kudengar kau sudah beristri ya? Kemana istrimu? Menceraikanmu karena kau sering menggoda para siswi SMA, ya?"
"Katakan yang sebenarnya saja! Biar anak-anak perempuan tidak akan menjadi korban dari tingkah lakumu, Mr.Styles."
Pertanyaan dan pernyataan itu disambut oleh gelak tawa para siswa. Tawa itu seakan-akan menggema di telingaku. Mataku membelalak dan memerah. Tak terasa, aku menggebrak meja dengan keras hingga kelas menjadi hening. Benar-benar hening. Semua terdiam di tempatnya dan tak ada satupun keluar dari mulut mereka.
"Ya, aku sudah memiliki istri. Ia meninggal karena ditabrak oleh sebuah mobil ketika hendak menyebrang. Kami tidak bercerai, namun dipisahkan oleh kematian. Apa kalian puas?"
Sejenak kuperhatikan mereka diam dan menundukkan kepala.
"Tolong bagi kelompok untuk karya melukis."
Lalu aku angkat kaki dari kelas.
-Kendall's Pov-
Tidak ada yang bisa kuperbuat lagi. Aku hanya bisa mendengarnya dari luar kelas. Aku pun sedikit tersentak ketika Mr.Styles menggebrak meja dan meninggikan suaranya. Rasa prihatin muncul dari diriku ketika mengetahui bahwa istri dari Mr.Styles telah meninggal dunia.
Pintu kelas terbuka dan aku segera menghapus air mataku. Mr.Styles keluar dengan tenang sama seperti ketika ia masuk ke kelas tadi.
"Kau sudah mengetahuinya, kan?" Ucapnya dihadapanku dan aku membalasnya dengan sedikit anggukan. Aku tidak berani menatap matanya.
"Ma-maafkan aku! A-aku tidak bermaksud!" Ucapku parau ketika Mr.Styles melewatiku.
Ia menoleh kepadaku dan menyunggingkan senyum simpul.
"Kau tak perlu meminta maaf. Sudah kubilang ini bukan urusanmu."
Lalu, ia benar-benar pergi. Meninggalkanku sendirian di lorong sekolah.
TO BE CONTINUED!
VOTE AND COMMENT GUYS! HOPE YOU LIKE CHAPTER 4 OF MY STROY!
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm In Love With Mr.Styles
FanfictionSeseorang menabrakku dengan keras sehingga aku pun terjatuh. Semua barang untuk keperluan pentas seni jatuh semua. Seseorang lalu membantuku. Ia adalah orang yang menabrakku. Cukup tampan ternyata. Dengan rambut ikal dan senyum indahnya, ia mengulur...