Chapter 2

1K 88 1
                                    

Sinar matahari langsung menusuk ke mataku. Sayup-sayup kudengar ada seseorang yang sedang berbicara. Aku segera membuka mataku untuk mencari tahu sumber suara tersebut.

Ternyata itu adalah tv yang tidak kumatikan sejak semalam.

Segera aku membangunkan Kylie yang tertidur pulas di sebelahku. Ia merasa kesilauan ketika membuka mata dan sinar matahari sudah mencolok.

Aku pun membuka ponsel-ku dan mencoba menelpon Mom. Ia nampak belum pulang juga.

"Mom dimana?" Tanyaku spontan ketika nada sambung sudah berakhir.

"Mom sekarang sedang di kereta menuju rumah. Kereta baru aktif pagi tadi." Terdengar suara Mom yang sedikit samar akibat guncangan di kereta.

"Kalian pergi sekolah saja, tak perlu menunggu Mom. Nanti kita akan bertemu sepulang sekolah."

"Baiklah. Sampai jumpa." Kataku sambil mematikan sambungan telepon.

Bergegas aku masuk ke kamar mandi dan mulai merendamkan diriku di air hangat. Tetapi, tidak ada waktu untuk bersantai karena sebentar lagi sekolah pun akan dimulai.

Selesai mandi pun aku mengeringkan diriku dengan handuk, lalu menggunakan pakaian seadanya. Kulihat Kylie sedang dikamarnya dan bersiap-siap juga.

Aku keluar kamar membawa semua barang yang telah kubeli kemarin dan memakai mantelku.

"Kylie apa kau sudah siap?"
"Tentu saja. Tunggu aku."

Tak lama, Kylie pun keluar dari kamarnya dan menggunakan jaket kulitnya. Lalu kami pun berangkat bersama menuju sekolah.

"Untungnya aku belum telat." Batinku.

Kursi di kelas seni semuanya hampir penuh. Namun, aku melihat satu kursi kosong di sebelah teman baik-ku, Hailey.

"Hey Ken!" Tiba-tiba Hailey sudah berada di belakangku.

"Kau membuat tindikan?!" Seruku dan disambut oleh anggukan kecil darinya. Telinganya mendapat banyak sekali tindikan. Terdapat sayap, banteng, daun, salib, dan dua anting hitam polos. Lalu, Ia mulai membuat gerakan aneh dengan rambutnya. Ia mengibas rambutnya sehingga garis lehernya terlihat.

"ASTAGA! Kau membuat tattoo?!" Ia mengangguk kecil lagi. Tattoo bergambar burung-burung kecil terpampang jelas di garis lehernya ketika ia sedang menguncir rambutnya atau meletakan rambutnya di sebelah kiri bahunya.

"Apa kau dengar akan ada guru baru." Hailey tiba-tiba berbicara kepadaku.
"Kau bercanda? Kemana perginya Mr.Lyon?"
"Ia harus pindah keluar negeri untuk meneruskan S2-nya. Kalau tidak salah di Italy." Hailey berusaha menjelaskan kepadaku.

Aku sangat tidak ingin Mr.Lyon untuk pindah. Diajar dan dibimbing olehnya sangatlah mengasyikan. Dia tidak pernah merasa terintimidasi ketika kita melakukan tindakan yang brutal. Dia adalah sosok yang baik.

Rasa penasaran pun muncul di pikiranku. Apakah guru baru tersebut sosok yang baik? Apakah ia akan mengerti kita sebagai murid? Apakah ia sudah menikah? Bagaimana penampilannya? Apakah ia lebih tinggi daripada-ku? Apa warna matanya?

Sejenak itulah pertanyaan yang terlintas dipikiranku dan pasti sangat memakan banyak waktu untuk menjawab pertanyan tidak penting dariku.

"Kau sudah membeli peralatan untuk pentas seni?" Tiba-tiba Pyper menghampiriku dan menanyakan hal tersebut. Ia memasang wajah sinis terhadapku. Aku membalasnya dengan anggukan kecil.

Kurasa ia tidak menyukaiku. Semenjak kejadian yang terjadi diantara aku, Pyper, dan kekasihnya-Lucky, kita semua terpecah.

Lucky dan Pyper dulu sempat berpacaran. Lucky sebenarnya tidak ingin menjadi kekasih Pyper, karena kita semua tahu sifat Pyper yang suka memerintah dan mau menang sendiri.

Suatu ketika, Lucky dan aku mendapatkan tugas untuk menyelesaikan prakarya melukis di ruang seni. Ia membuka topik dengan membicarakan Pyper yang terlalu mengaturnya dan ia tidak menyukai itu. Aku terus mendengarkannya bercerita sambil meneruskan pekerjaanku. Percakapan itu terhenti seketika.

"Ken...."

Baru saja aku menoleh, tiba-tiba ia mendekatiku dan menciumku dengan penuh gairah. Aku pun tak sadar ketika ia telah menempelkan bibirnya di bibirku. Awalnya aku tidak ingin membalas ciumannya, namun aku merasakan getaran hebat di sekujur tubuhku dan aku menikmati itu. Aku membalas ciumannya yang cukup intens. Lidah kami beradu dengan cepat, membuatku sangat bergairah.

"What the fuck?" Ciuman penuh gairah itu pun terhenti ketika aku melihat Pyper sudah berada diruangan yang sama dengan kami. Ia terlihat geram dan mata memerah.

Lucky langsung melepas genggaman kuat di antara pundakku. Raut mukanya tampak ketakutan dan pucat.

"Well, aku sudah cukup melihat banyak." Dengan sedikit basa-basi, Pyper pun meninggalkan ruangan tersebut. Aku merasa bersalah atas kejadian itu.

Beberapa hari kemudian aku dikabarkan bahwa Lucky dan Pyper mengakhiri hubungannya. Perasaan bersalah tambah menggejolak di pikiranku. Tak seharusnya aku membalas ciumannya. Beberapa cara sudah kugunakan untuk menjelaskan apa yang terjadi. Akhirnya Pyper mau memaafkanku, tetapi ia tetap bersikap acuh kepadaku.

Tapi, aku tak ingin mengingat masa lalu. Aku berusaha melupakan kejadian memalukan itu.

Kepala sekolah masuk ke kelas seni. Semula mereka yang sedang berkumpul untuk bergosip pun kembali ke tempat masing-masing.

"Mr.Lyon memutuskan untuk meninggalkan sekolah ini untuk mengejar pendidikannya. Kita doakan yang terbaik untuk beliau."

Mungkin beberapa dari kami belum mengetahui tentang Mr.Lyon yang mengundurkan diri untuk kembali bersekolah mengejar S2-nya. Namun mayoritas siswa seni sudah mengetahuinya.

"Kalian akan dibimbing oleh guru baru. Ia masih muda dan kuharap kalian bisa mengertinya dan Ia bisa mengerti kalian. Akan kupersilahkan Ia mengenalkan diri." Sambung Kepala Sekolah kembali seraya meninggalkan ruangan kelas.

Pintu kelas kembali terbuka dengan bayangan seseorang. Sosok itu sekarang telah berdiri di depan kelas.

"Perkenalkan, saya adalah guru baru untuk membimbing kalian di kelas seni. Saya harap dapat membantu kalian."

Semua mata tertuju kepadanya.

"Oh, nama saya Harry Styles."

Aku terbujur kaku di tempat. Aku tak menyangka hal itu.

COMMENT AND VOTE GUYS!
HOPE YOU LIKE CHAPTER 2 OF MY STORY!

I'm In Love With Mr.StylesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang