Chapter 6

746 71 0
                                    

"Semua anak dari kelas seni harap memasuki bus nomor 6." Kata Mr.Payne dan semua murid dari kelas seni langsung masuk ke bus 6.

Kami semua hari ini akan melakukan trip ke berbagai tempat. Tujuan pertama kita adalah Museum of Modern Art dan tempat tersebut ditujukan untuk anak-anak dari kelas seni. Ini pertama kalinya kita melakukan trip hingga keluar kota. Perjalanan menuju New York sekitar dua-setengah-jam. Karena perjalanan tersebut cukup lama, kita semua memutuskan untuk membuat permainan kecil.

Truth or Dare.

Permainan ini cukup terkenal di kalangan remaja.

"Mr.Styles! Ayo ikut kami bermain!" Hailey mengusulkan ide yang cukup brilian. Kita semua berharap dapat mengenal Mr.Styles lebih dalam. Tentu saja, kita berharap bahwa Mr.Styles akan memilih truth.

Mr.Styles lalu menghampiri kami yang sedari tadi berkelompok di belakang bus. Ia terlihat sangat menawan dengan balutan kemeja berwarna hijau army.

"Okay. Sekarang kita ambil salah satu nama dari kotak ini, ya." Ujar Lucky kepada kita semua. Ia tampak merasa bersalah dengan kejadian pada waktu itu. Jadi ia membiarkan Mr.Styles ikut bermain bersama kita.

Lucky mengambil salah satu kertas yang tergulung dengan rapih dari kotak yang telah di siapkan. Lalu ia kembali menatap dengan tajam. Aku merasa gugup.

"Hailey!"

Semua menghelakan nafas kecuali Hailey. Namun, ia tetap tenang. Mungkin karena ia sering memainkan permainan ini.

"Truth or Dare?" Tanya Lucky kepada Hailey.

"Truth." Jawabnya dengan tegas.

"Siapa lelaki di kelas kita yang menurutmu paling hot?"

Aku terkejut dengan pertanyaan itu. Aku tak mau jika Hailey merasa di permalukan. Namun, aku melihat ada sesuatu yang aneh. Ia tampak tenang dan biasa saja menanggapi pertanyaan tersebut.

"Zayn. Ia cukup hot dengan aksen british-nya."

Sebenarnya, aku sudah mengetahui bahwa Hailey menyukai Zayn sejak lama. Namun, tidak terjadi apa-apa di antara mereka dan Hailey sendiri tidak mau 'melakukan'nya terlebih dahulu karena gengsi.

Jawaban Hailey di terima oleh semuanya. Lucky lalu mengambil salah satu kertas lagi dari kotak.

"Mr.Styles!"

Pun aku terkejut ketika Mr.Styles mendapatkan giliran.

"Truth or Dare?"

Lagi-lagi Mr.Styles tampak sangat tenang seolah-olah ia akan siap dengan pertanyaan apapun.

"Truth."

"Usia berapa ketika anda menikah?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut Lucky. Mungkin rasanya agak sedikit tidak sopan ketika kita menanyakan usia. Namun, Mr.Styles tidak merasa tersinggung dengan hal itu.

"25 tahun." Ujarnya dan semuanya menerima jawabannya.

***

Permainan terhenti ketika bus berhenti di depan bangunan besar yang cukup keren. Kita telah sampai di Museum of Modern Art. Satu per satu dari rombongan mulai turun dari bus dan langsung memasuki museum tersebut. Aku tentu saja selalu bersama Hailey.

"Kendall! Ayo kita berfoto!" Hailey mengajak-ku untuk berfoto di depan miniatur seorang samurai.

Ketika hendak menghampiri Hailey, sesuatu terjadi di perutku. Aku lalu berlari meninggalkan Hailey bersama rombongan yang lain.

"Huh. Baiklah kalau tidak mau." Samar-samar kudengar Hailey bergerutu.

-Harry's Pov-

Akhirnya kami semua sampai juga di Museum Of Modern Art. Udara di kota ini cukup segar. Aku sangat menikmatinya. Tapi aku tak boleh lengah dari pekerjaanku, yaitu mengurus anak-anak dari kelas seni. Mereka sebenarnya sudah SMA, namun tingkah laku mereka tetap saja konyol dan seperti anak SD. Pasti ada saja ulah mereka yang cukup bisa dibilang konyol.

Aku memasuki museum itu dan terdapat berbagai macam minatur yang sangat keren dan modern. Rasanya seperti berada di masa depan. Kulihat dari kejauhan, Hailey sedang berfoto-foto di depan miniatur samurai.

"Kendall pasti ada di sana." Batinku.

Aku langsung menghampiri mereka. Kendall tidak ada disana.

"Dimana Kendall? Dia tidak bersama kalian?" Tanyaku di sela-sela mereka yang sedang berpose peace.

"Tadi dia ada disini. Namun mendadak dia meninggalkan kita."

Sial. Aku tahu kemana ia akan pergi. Kenapa ia tidak bilang kepadaku sejak tadi? Sudah kuduga hanya dengan melihat wajahnya yang pucat, pasti akan terjadi sesuatu padanya.

Aku langsung berjalan menuju toilet terdekat. Benar saja. Kulihat Kendall yang sedang duduk lemas di depan lukisan abstrak-modern dekat toilet. Ia terus-terusan menutup mulut dengan tangannya.

"Kenapa kau tidak memberitahuku jika kau terkena mabuk darat?" Tanyaku lalu menarik tangannya hingga ke depan toilet perempuan.

"Keluarkan saja semuanya. Keluarkan apapun yang membuatmu mual."

Lalu ia masuk ke dalam toilet perempuan dan samar-samar ku dengar ia sedang mengeluarkan isi perutnya. Beberapa menit kemudian, ia keluar dan wajahnya masih sedikit pucat.

"Akan kuantar kau ke taman. Kau butuh udara segar."

-Kendall's Pov-

Tak kusangka Mr.Styles akan datang menghampiriku di saat aku sedang terkulai lemas di kursi dekat lukisan itu. Aku memang mengharapkannya terjadi.

Semua isi perutku sudah ku keluarkan sesuai sarannya. Perutku merasa lebih baik. Ia berkata bahwa aku membutuhkan udara segar dan langsung menarik tanganku menuju taman yang ada di museum itu.

Udara-nya sangatlah sejuk dan segar. Kurasakan darah kembali mengalir di sekitar wajahku.

"Sudah mendingan, kan?" Tanyanya kepadaku. Mengapa ia sungguh khawatir kepadaku? Aku membalasnya dengan anggukan kecil. Lalu, ia membalasnya dengan senyum simpul di sudut bibirnya.

Ia menunjuk salah satu kursi taman yang ada diantara sekelompok bunga berwarna putih. Aku tahu yang ia maksud dan langsung duduk disitu. Mr.Styles lalu duduk di sebelahku. Jantungku berdegup kencang. Aku tidak pernah sedekat ini dengan Mr.Styles. Aku mengintipnya dari sela-sela rambutku. Ia terlihat tenang dan ber-kharisma.

"Kau butuh istirahat. Sini tidur."

Jantungku kembali berdegup kencang. Aku tidak tahu apa yang harus di lakukan. Pun aku menuruti kata Mr.Styles dan merebahkan kepalaku di pahanya. Oh, sangat nyaman sekali. Mr.Styles dapat membuatku nyaman. Aroma yang di keluarkan dari tubuhnya juga membuatku nyaman. Mungkin itu efek dari parfum pria tetapi ber-aroma soft.

Aku menyadari bahwa sudah lebih dari 10 menit aku merebahkan kepalaku di paha Mr.Styles. Mungkin Mr.Styles juga menyadarinya.

"Mungkin sudah saatnya aku kembali melihat anak-anak yang lain."

Otomatis aku langsung bangun dan duduk bersender di kursi. Ia lalu bangkit berdiri.

"Te-terima kasih. Maaf merepotkanmu."

Ia melemparkan senyuman simpul lalu meninggalkanku sendiri di taman itu. Perasaan bahagia menyelimuti diriku yang hanya ditemani oleh sekumpulan berwarna-warni yang bergoyang seolah-olah ikut merasakan kebahagiaanku.

TO BE CONTINUED!

DON'T FORGET TO COMMENT AND VOTE GUYS!

SEE YOU AT CHAPTER 7!

I'm In Love With Mr.StylesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang