Bab 1 : Lemon Tea

3 0 0
                                    

"Satu ice lemon tea, kak," pesan seorang perempuan berjilbab soft pink kepada pelayanan sebuah kafe terkenal di kotanya.

Suasana sore hari yang menawan dan semilir angin sore yang sejuk membuat hati dan perasaan perempuan itu hanyut dalam lamunan, tentang kejadian tahun kemarin. Hari ketika semua harapannya pupus begitu saja. Harapan yang dibangun begitu lama dan tanpa diketahui orang kini telah hilang. Waktu itu, sore di pusat perbelanjaan buku di kota Solo, aku pergi untuk membeli sebuah buku. Namun, entah karena apa hari itu adalah hari terakhir aku dan dia.

"Ini mbak, satu ice tea lemon", suara pelayan berhasil membuyarkan lamunanku. "Iya, mas makasih".

Aku menikmati ice tea lemon pesananku tanpa banyak berfikir tentang kejadian itu. Tiba tiba, dengan suara cemprengnya Dista, teman terdekat ku datang dan mengagetkanku.

"Alisa....,kamu itu ya aku chat gak di bales, aku telfon gak diangkat, aku itu bingung cari kamu dimana. Kemarin kamu bilang nggak mau keluar rumah eh nyatanya kamu udah ada disini aja. Kamu tahu nggak, aku nunggu di rumah kamu lama banget, sampai basi aku duduk disana untung nggak dirubungi lalat", keluh Dista kepada ku dengan suara khasnya yang cempreng itu.

"Sorry, Dis, tadi aku gabut banget di rumah, makanya aku ke sini. Ehh, btw ngapain kamu cari aku, kangen aku ya", tanya ku sedikit menggoda Dista yang lagi cemberut.

"Ihhh, nggak juga kali, aku cuma pengen main aja sama kamu, bosen di rumah trus. Lagian ya, kita kan masih liburan semester, trus kita juga nggak ada kegiatan di sekolah gimana kalau kita pergi jalan jalan, itung itung buat menghibur hati yang tersakiti hahaha".

Aku hanya diam memperhatikan perkataan Dista, ingin rasanya aku tutup mulut nya dengan roti sandwich yang sedang aku nikmati. Kami berdua kembali bercengkrama berbagai hal mulai dari curahan hati hingga kejadian receh. Dista pun ikut memesan beberapa camilan di food court di Mall. Kami menghabiskan camilan ini diselingi candaan dan tawa yang tak jarang mengundang perhatian orang-orang disebelahku.

"Aku pulang dulu, ya, Dis, kapan-kapan kita jalan-jalan lagi," pamit ku setelah kita pergi jalan ke mall di kota ku. Walaupun kita ke sana bukan untuk shopping barang mahal dan bermerek, hanya membeli ice cream sambil muter-muter disana untuk sekedar menghabiskan senja. Setidaknya kegiatan itu berhasil membuatku satu langkah untuk melupakan bayang bayang kejadian setahun lalu.

____________☁

"Assalamualaikum, Bunda..."
"Waalaikumsalam, Sha", jawab bunda dari dapur. Seperti biasa , bunda selalu sibuk di waktu matahari terbenamnya. Entah apa yang dilakukan bunda di sana, hampir setiap hari waktu senja bunda hanya dihabiskan untuk berperang dengan bumbu-bumbu di dapur. Bunda memang suka sekali memasak, dan kali ini karena ayah pulang lebih awal makanya bunda sibuk banget mengurus berbagai bahan menjadi makanan yang lezat.

"Mau Alisa bantu Bun, agar cepet selesai?"

"Boleh, tolong siapkan piring di meja makan ya. Nanti setelah solat Maghrib kita makan bareng sama ayah, tadi pagi ayah bilang mau pulang lebih awal."

"Siap Bunda," jawabku sembari mengambil beberapa piring dan mangkuk di rak.

"Oh iya, Sha", aku langsung mengangkat kepala ku dan menoleh ke arah bunda "tadi, Dista kesini cari in kamu, kamu udah ketemu sama dia?"

"Udah Bun, tadi sekalian pergi jalan-jalan sama Dista", jawabku pendek sambil menuangkan sup ayam ke mangkuk.

"Alhamdulilah kalau gitu, kok dia bisa tau kamu di Mall."

"Haha, aku juga bingung, Bun, padahal aku ga kasih tau dia kalau lagi di Mall," jawabku sembari berjalan menghampiri Bunda yang sedang menuangkan tempe goreng ke piring, "Mungkin ikatan batin sahabat, Bun."

"Bisa jadi sih, kan kalian udah sahabat sejak SMP hingga SMA."

Aku dan Dista emang udah sahabatan dari SMP. Awal pertemuan kita pun cenderung aneh dan tanpa sengaja. Kadang aku juga heran bisa sahabatan dengan cewek bersuara cempreng itu. Kejadian itu dimulai saat kita masih masa PPDK atau pengenalan lingkungan sekolah. Di hari senin yang sangat cerah itu, upacara pertama di lapangan SMP negeri 1 Hanacaraka sebagai siswa di sekolah tersebut. Pemimpin upacara sudah memasuki lapangan dan semua siswa sudah bersiap mengikuti upacara. Tiba-tiba ada seseorang yang menyenggol tubuhku dari belakang.

"Eh, maaf, bisa minta tolong ga? kata anak yang menyenggol ku ketika aku menoleh kebelakang. Sepertinya dia juga siswa baru, kataku dalam hati.

'Boleh, mau minta toloong apa?" Jawabku.

"Aku baris didepanmu, ya, aku telat masuk nih. Takut dihukum sama guru."

"Ohh, oke, silahkan."

Aku membiarkan dia baris depanku sehingga sekarang aku dibarisan paling belakang.  Aku tidak bermaksud melindungi orang yang berbuat salah, hanya saja aku tidak tega. Cewek di depanku ini terlihat sangat lelah, mungkin dia lari. Rambut sebahunya terlihat sedikit basah oleh keringat.

"Makasih, ya," kata cewek berambut sebahu itu sambil menoleh ke belakang.

"Sama-sama."

Upacara masih berlanjut hingga pukul 07.30 WIB. Semua siswa akhirnya pergi ke kelas masing-masing. Hari ini adalah hari pertamaku masuk sekolah. Siswa baru akan mendapatkan arahan tentang kegiatan PPDK yang akan dilaksanakan mulai minggu depan.

__________☁

"Kamu masih libur sha?" tanya ayah ketika kami makan malam setelah kami solat Maghrib berjamaah di rumah. Karena kali ini, ayah pulang lebih awal makanya kita dapat solat berjamaah.

"Iya yah", jawabku pendek sambil memasukkan sendok berisi nasi ke mulut.

"Ayah, juga ada libur selama 3 hari. Bagaimana kalau kita liburan?"

Ayahku bernama Himawan, seorang manager keuangan di Hotel Grand Batik di Kota Solo. Istri bapak Himawan adalah Bunda Nisa, seorang ibu rumah tangga yang luar biasa. Terkadang bunda juga menyediakan jasa catering jika ada pesanan. Bundaku memang pintar memasak. Katanya beliau belajar memasak sejak kelas 5 Sekolah Dasar.  Dan namaku adalah Alisha Putri Himawan, seorang anak kelas 10 SMA Pancasila.

"Boleh yah, mau liburan kemana, nanti bunda pesan kan tiketnya kalau butuh tiket."

"Ke Jogja aja gimana? Kan deket juga. nanti kita nginep di hotel deket Malioboro," usulku.

"Baiklah, kalau itu kemauan putri ayah," balas lelaki di depanku itu.





___________________________

Selamat Membaca

SwastamitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang