Saya disini!

14 4 0
                                    

Kalau ada typo, coba coment.

Jangan lupa vote demi kelangsungan cerita.

Xixixi, happy reading.

🍑

Asha masih diam di bangkunya. Entah mengapa hatinya masih ingin menunggu kedatangan siswa yang mengantarkannya tadi. Secara ia belum begitu kenal siswa-siswa yang ada di sini. Baru beberapa dari teman sekelas. Itupun bukan Asha yang memulai duluan.

"Asha, tidak ikut? Kita mau ke kantin."

Salah satunya Nesia Shandy. Gadis itu nampak ramah menyapa serta mengajaknya bergabung dengan kawan-kawannya, Adeena dan Citha.

Asha mengintip ke arah pintu. Memastikan kalau siswa tadi sudah datang atau belum.

"Nanti aku susul. Masih mau di sini dulu," jawabnya.

Ketukan keras dari pintu membuat perhatian siapa saja tertuju padanya. Seorang siswa-yang tadi mengantar Asha-sedang berdiri disana. Ia menyandarkan bahunya pada pintu, sambil mengikat tangan di depan dada. Senyum ramah nan manis ia umbar begitu saja. Membuat siapa saja yang melihatnya pasti terkesima dengannya.

"Waketos? Tumben mampir. Ada apa gerangan, nih?" Seorang laki-laki menghampirinya. Mereka berjabat tangan, nampak sangat akrab.

"Ketos sama wakilnya sama aja," cibir Adeena.

"Apa? Mereka anggota OSIS?" tanya Asha.

"Iya. Ketuanya Erza. Wakilnya Alegion." Nesia memberitahu sambil menunjuk dua orang yang berada di pintu itu.

Dan tiba-tiba, yang bernama Alegion itu menghampiri meja Asha, menyapanya dengan lambaian tangan pelan.

"Nyamperin pacar, ya? Pantesan," saut Erza yang masih berdiri di depan pintu.

"Bisa aja. Enggak kali," balasnya. Dia melirik Nesia dan kawan-kawannya. Lirikan tanpa arti, tapi bisa dipahami oleh orang-orang. Tanpa menunggu waktu lama, Nesia dan kawan-kawannya pergi meninggalkan Asha dan lelaki itu. Siswa-siswa yang tersisapun juga ikut keluar.

"Kenapa pada keluar?" tanya Asha dengan suara pelan, tapi masih bisa didengar lantaran kelas begitu sepi.

"Karena istirahat. Kamu enggak mau keluar apa?"

Asha melirik sesaat, lalu menunduk-memandang apapun dihadapannya.

"Enggak ada apa-apa kecuali angin lewat. Itupun enggak kelihatan," kata lelaki itu. Asha menyunggingkan senyumnya, tipis namun bisa kelihatan perbedaannya.

"Aku udah tepati janji, loh. Ayo keluar." Lelaki itu menarik tangan gadis itu. Entah ke mana dia akan membawanya. Yang jelas ia tidak protes. Tubuhnya juga seakan luluh hanya dengan senyuman ramah dan manis itu. Tanpa sadar senyumnya sangat lebar saat ini.

"Eh, kenapa senyum? Ada yang lucu?" tanya lelaki itu.

Seketika senyum itu hilang. Asha kembali diam. Terlebih juga mereka telah sampai di kantin. Ia sedikit terbantu, setidaknya ia tidak akan tersesat. Sekolah ini begitu besar, daripada sekolahnya sebelumnya.

"Mau makan apa?" tanya lelaki itu.

"Samain Kamu aja."

"Serius?"

astAshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang