like the gift? no, you don't like it

46 9 0
                                    

seluruh tubuhku terasa sakit, seperti ada sesuatu yang berat menimpaku berkali-kali tidak mementingkan aku bila aku masih bernafas apa tidak.

tempat disini gelap sekali, aku tidak bisa melihat apapun.

aku tidak bisa bernafas, tidak ada udara atau angin apa kek disini? lembab sekali di sini.

apakah...hanya aku yang sendirian di sini?

tidak, aku tidak mau...

siapapun, tolong jawab aku!

tolong aku! tolong! Tolong! TOLONG! TOLONG AKU! KUMOHON TOLONG AKU!

TOLONG! HUGO, DIMANA KAMU?! KERAPAT KAMU HARUS SEL- VIVIAN, ALEX!? NAK?!

mereka harus selamat, kumohon siapapun yang mendengarkan doaku ini.

tolong...tolong...

kulihat sekelilingku dengan cepat, mata terus melihat ke sekitar ruangan hitam gulita ini. aku memaksakan kakiku untuk berlari, tanpa mengetahui arah kemana aku pergi.

ku berteriak, berbisik, hanya dibalas dengan gemahan hampa.

aku memanggil temanku, anak-anakku, keluargaku, siapapun untuk bisa mendengarku.

oy malaikat maut, kamukan yang bikin rusuh kematianku? cepat jalani tugasmu dengan benar!

siapapun, tolong dengarkan aku.

jangan biarkan aku sendirian di sini!

tolong...

aku melihatnya, cahaya yang terang benderang.

cahaya itukah yang harus ku ambil?

mungkin bila aku mengikuti cahaya itu maka, bisa saja...!

bagaimana dengan...?

persetan dengan yang lain, aku ingin keluar dari sini! mereka akan baik-baik saja.

biarkan aku lari, dan akan menangkap sekecil-kecilnya harapan.

tolong...kasihanilah diriku dan terimalah diriku yang memalukan untuk mendekat ke cahaya itu...

tolong...

ku mohon...

akhirnya, dia melewati cahaya itu.

dia membuka matanya, sangat pelan sekali sampai matanya harus berkedip-kedip untuk menyesuaikan cahaya, sebelum ia bisa menggerakkan tangannya, sedikit adanya rasa merintis oleh tangannya yang kaku sebelum ia diam seribu bahasa.

'...sakit? kenapa aku bisa merasakan sakit di alam baka?'

teringat dengan jelas robekan yang sampai memutuskan tubuhnya ini dengan pasti akan mengakhiri hidupnya, yang hidup hanyalah Hugo dan walaupun dia bisa menjadi dokter yang kompeten, tidak mungkin dia bisa hidup lama tanpa mesin pendukung.

munculnya satu lagi masalah, walau dia bisa dibilang kondisinya lemah, pendengarannya masih bagus untuk mendengar omongan orang tidak jelas didengar, suara detikan-detikan jarum yang bisa ditebak dari jam berada di salah satu dinding ruangan, dan terakhir, merasakan selang-selang yang berada di masing-masing lengannya yang menyambung ke mesin di samping kasur.

[Anchor]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang