Wasabi menyebutkan bahwa di ruang oksigen sebelumnya ada empat orang. Chouchou, Tsubaki, Inojin dan Kawaki. Itu berarti seharusnya—jika empat orang tadi masih di tempat yang sama, di kafetaria harus ada sisanya.
Mitsuki, Iwabe, Himawari, Sumire dan Shikadai. Jika benar, mereka harusnya ada di sana, bukan? Dalam keadaan baik-baik saja tentunya. Itulah yang kuharapkan hingga langkah kami bertiga membawa kami menuju ruang kafetaria pesawat Mira HQ yang sunyi ini.
Terpaku. Pandanganku refleks memutar ke seluruh penjuru ruangan. Tidak ada siapa pun. Ke mana mereka semua?!
"Tidak ada orang? Di mana mereka?" Wasabi bergumam dan berjalan ke pintu otomatis di ujung dan kembali lagi di pintu sebelahnya.
Di gudang samping juga tidak ada. Boruto baru saja dari situ. Aneh. Kemudian aku mengangguk pada mereka untuk segera ke ruang oksigen. Bisa saja empat orang tadi masih di sana. Kendati kemungkinan tersebut juga tak mungkin sebab tugas mereka pastinya tak hanya di sana. Banyak yang harus diperbaiki, bisa saja mereka atau beberapa dari mereka ada di Launchpad. Jadi, untuk memastikan lebih jelas, ketika langkah tegang ini membawa kami ke ruang oksigen, hasilnya semua tak dapat ditemukan di sisi mana pun.
"Jadi, mereka semua tidak di sini?" gumamku, lalu dengan cepat aku berlari ke ruang administrasi di samping, guna melihat ke mesin pelacak. Bodoh sekali aku sedaritadi tak memikirkan hal sederhana ini. Pikiranku terlalu kalut hingga lupa dengan ini.
Dan di sana, terpampang jelas ada sembilan orang berkumpul di Landasan Peluncuran. Aku menghela napas lega, namun langsung terpaku lagi ketika sadar bahwa belum tentu yang terlihat ada pula dalam keadaan yang baik-baik saja. Aku merasakan jantungku berdetak begitu cepat.
"Lebih baik kita ke sana untuk memastikan." kata Wasabi, saat dia melihat layar pelacak.
Kami bertiga berjalan pelan-pelan menuju Launchpad. Aku berdoa untuk keselamatan kami semua di sini. Jantungku mulai berdegup tak normal saat kami melewati ruang medis kemudian berbelok ke kanan.
Aku melirik tegang pada beberapa figura yang menghiasi dinding koridor dan kurasakan Wasabi tengah melirikku hati-hati. Aku memelankan langkahku sebab rasanya kedua kaki-kaki ini seolah tak dapat dibuat lagi berjalan. Lemas. Oh, Tuhan, aku benar-benar cemas dan sudah tidak bisa berharap lagi untuk semua kemungkinan karena tampaknya ketika langkah kami hampir sampai di LaunchPad, aku sudah benar-benar ikhlas atas apa pun yang menimpa semua anggotaku dalam misi luar angkasa ini.
"Ah, kalian! Ternyata kalian di sini."
Aku terpana, seruan Boruto membuatku berani buka mata. Di hadapan kami, tepat semua orang berdiri membuat lingkaran dan menatap pada kami bertiga. Aku mengernyit, "Kenapa kalian di sini? Kalian tidak datang saat reaktor disabotase?" tanyaku.
Semua tidak menjawab. Shikadai yang berdiri tepat di dekat kami hanya menunduk dan mengembuskan napas panjang. "Kapten, maafkan kami. Tapi ..."
Aku menunggu, namun Shikadai tak kunjung bersuara kembali. Aku merasakan hawa tidak menyenangkan dari tatapan semua orang. Kulirik Boruto dan Wasabi yang tampaknya juga merasakan hal yang sama. Kemudian pandanganku bertemu dengan iris violet Sumire—yang langsung berpaling dariku sedetik setelah aku menyipitkan mata padanya.
"Kapten ...," Shikadai lagi-lagi membuatku penasaran.
"Sebenarnya ada apa? Mengapa kalian diam saja? Banyak tugas yang belum diselesaikan." kataku, sedikit lebih tegas.
Lalu Mitsuki mendekat. "Kapten, ada yang harus kami katakan padamu," bisiknya, tepat di depan wajahku. Aku merinding. Jujur, Mitsuki berubah jadi mengerikan ketika dia membuat raut serius. "Bisa kau ikut aku dan Shikadai sebentar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Antara Kita
FanfictionNASA memberikan tugas untuk lima belas orang pergi ke luar angkasa. Sarada Uchiha terpilih menjadi seorang kapten tim. Mereka bekerja untuk dunia dan semuanya berjalan mulus hingga kasus pembunuhan terjadi berkali-kali di tiap tempat, membuat Sarada...