Chapter 03

140 34 7
                                    

Kurasakan denyut nadiku berdetak lamban. Aku sedikit sulit berpikir dan kepalaku jadi pusing karena kini yang menjadi tersangka adalah Boruto.

Bukannya aku percaya padanya, tetapi, aku mungkin tak akan rela jika ia yang selama ini dekat denganku malah menjadi seseorang yang berkhianat.

Aku mengingat kata-kata Mr. Edward, pemimpin divisi kami di perusahaan NASA. Ketika aku dipilih sebagai kapten dalam misi ke luar angkasa ini, ia berbicara empat mata denganku. Katanya, ada satu masalah kecil yang dapat berdampak besar jika tak segera ditangani dengan benar.

Dan masalah itu, benar-benar terjadi hingga kini. Kata-kata Mr. Edward masih terngiang dalam pikiranku.

"Satu masalah ini mungkin mudah kita tangani sekarang juga, namun, jika kita tak menyelesaikannya sampai misimu dimulai nanti, kau dan teman-temanmu bisa saja menjadi korban dari seseorang yang berkhianat di sini."

Dan perkataannya benar.

Misi ini ditugaskan untuk lima belas orang. Kami di sini tidak saling mengenal, namun aku memang berteman dengan Boruto, Kawaki, Mitsuki, Chouchou dan Himawari. Selebihnya tidak. Kami baru saling kenal saat rapat perjalanan dua bulan lalu dan membahas segala macam hal yang diperlukan; mulai dari seragam berwarna yang berbeda-beda, lokasi misi, tujuan perjalanan, diskusi tentang pelatihan, tugas khusus seperti posisiku sebagai kapten dan juga tugas umum yang dilakukan tiap anggota di mana tugas mereka tak dapat saling diketahui satu sama lain. Hanya aku ketuanya yang mengetahuinya karena aku yang bertanggung jawab.

Sekarang, kembali pada keadaan di mana kami masih belum menemukan jawaban, siapakah pengkhianat asli yang telah membunuh tiga orang anggota dalam misi luar angkasa ini?

Aku berdeham untuk mengisi keheningan yang sejak tadi tercipta, membuat keadaan jadi makin mencekam entah mengapa.

"Boruto, kau duluan,"

Boruto yang duduk tak jauh dariku, hanya selisih dua tempat kini mengembuskan napas amat dalam. Ia mulai berbicara dengan suara kelewat santai, membuatku yakin kalau ia benar-benar mengatakan yang sejujurnya.

"Aku menyetujui perkataan Chouchou, karena itu memang benar. Dan aku juga sudah bilang tadi kalau aku yang terakhir bersama Namida sebelum pada akhirnya aku ke ruang dekontaminasi untuk ke ruang spesimen. Aku benar-benar masih bersama Namida dan ia masih baik-baik saja sampai aku meninggalkannya sendiri di sana. Aku bertemu dengan Inojin dan baru sebentar kapten sudah datang ke ruang spesimen,"

Aku mengangguk. Aku benar-benar yakin bukan Boruto pelakunya. Namun, yang lain sepertinya masih belum mempercayai ceritanya.

Setelah lima sekon menjeda, Boruto melanjutkan dengan tegas. "Aku tahu, kalian sulit mempercayaiku. Tapi, aku memang mengatakan yang sejujurnya. Aku bahkan sangat terkejut mendapati jasad Namida di atas mesin pemindai padahal baru beberapa menit aku meninggalkannya masih baik-baik saja." Ia menunduk sedikit, semua orang melihat ke arah matanya yang menyendu.

"Baiklah," kataku. "Sumire, kau bisa menjelaskan lebih detail lagi dari yang tadi sudah kaujelaskan?" Kuarahkan pandanganku penuh pada Sumire, anggota beseragam astronaut berwarna ungu, selaras dengan surai dan warna maniknya yang juga berwarna violet.

Semua orang juga memandanginya. Aku merasakan kalau ia tegang. Lekas batuk kecil karena gugup, ia mulai membuka suara dengan suara gamang, membuatku memicing curiga untuk kesekian kali padanya.

"Dari yang dikatakan Chouchou, konfirmasi Boruto juga penjelasan Shikadai ... aku benar-benar berkata jujur kalau setelah Shikadai dan Himawari pergi dari laboratorium, aku langsung ke ruang medis untuk memindai tubuh, karena tugasku di laboratorium sudah benar-benar selesai dan aku tak berniat kembali lagi ke sana kecuali jika ada sesuatu yang penting telah terjadi, dan ketika aku melangkah, kupikir sudah tak ada orang di sana, namun aku langsung terkejut mendapati bercak darah," Sumire berucap dengan nada ketakutan yang kentara sekali, "Spontan aku berjalan cepat untuk melihat keadaan di sana dan Namida sudah tak bernyawa dengan banyak luka tusuk di sekujur tubuhnya."

Di Antara KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang