Atha menghembuskan napasnya saat melihat Atan yang masih diam di ambang pintu. Atan hendak pergi ke kampus, tapi ia masih terlihat enggan meninggalkan Atha sendirian di rumah sakit. Sedikit demi sedikit Atan mulai memperhatikan Atha, ia ingin berusaha untuk menerima Atha, dan menyayangi Atha sepenuhnya. Atan tahu, selama ini walau Atha hanya diam dan tidak menuntut apapun dari dirinya maupun ayah, adiknya itu tetap menginginkan kasih sayang seutuhnya.
"Kakak!"
"Apa?"
Laskara mendelik tajam. "Cepetan berangkat. Kakak lupa? Skripsi kakak belum selesai," ujar Atha.
Atan terdiam sesaat lalu berdecak. "Pacar lo datang?" Tanya Atan yang praktis membuat Atha memperlihatkan layar ponselnya kepada Atan.
"Yeuh-yeuh tingali! Raja beneran datang, dia nggak kayak kak Atan yang tukang php," Atha mencabik dengan raut kesal khasnya. Mendengar itu, Atan melotot seraya menunjuk ke arah Atha yang menatapnya tak acuh.
"Awas kalau macam-macam!" Seru Atan sembari meninggalkan Atha. Tadi, Atha berhasil menangkap wajah kesal kakaknya dan hal itu membuat dirinya tertawa puas, baru kali ini ia berani menertawakan Atan.
Selang beberapa waktu suara ketukan pintu terdengar, disusul dengan pintu yang terbuka membuat Atha menoleh dan menemukan sosok Raja masuk ke dalam ruangannya. Raja berjalan cepat ke arah Atha lalu duduk di samping ranjang kekasihnya, laki-laki itu sama sekali tidak bicara. Tetapi, melihat sorot matanya saja Atha sudah dapat melihat khawatirkan yang begitu jelas dari Raja. Selanjutnya, Atha merengkuh tubuh Raja.
"Khawatir, ya?"
Raja mengangguk kemudian menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Atha. "Itu udah jelas. Maafin aku, ya? Aku baru bisa jenguk kamu sekarang," kata Raja. Atha hanya diam, ia memikirkan cara memberitahu Raja soal penyakitnya. Atha sebenarnya takut, takut Raja marah. Tetapi, bukanya Raja akan lebih marah jika tidak diberi tahu kebenarannya? Ah, kepala Atha sakit sekali.
"Atha kamu sakit apa?" Tanya Raja yang kini memangkas jaraknya dengan Atha. Atha menatap Raja takut-takut lalu tersenyum simpul.
"Cuma demam biasa, kok."
Raja terlihat menghembuskan napasnya lega, namun setelah itu hatinya masih saja tidak tenang seakan ada yang tidak ia ketahui. Melihat respon Raja, Atha menundukkan kepalanya.
"Raja, aku bosan. Ke taman, yu?"
Tanpa banyak bicara Raja langsung bangkit dan membantu Atha untuk turun dari tempat tidurnya. Keduanya menelusuri koridor tanpa banyak bicara seakan membiarkan hening yang mengendalikan suasana saat itu. Atha yang sibuk dengan pikirannya dan Raja yang sibuk juga dengan pikirannya. Banyak yang saat ini mereka pikirkan dan sepertinya mengungkapkan bukan sesuatu yang mereka pilih.
Tiba-tiba, Raja merangkul pundak Atha. Atha dapat merasakan tangan kekasihnya yang hangat hal itu membuatnya merasa bersalah tidak berkat jujur kepada Raja.
"Raja, kalau tiba-tiba aku hilang dari pandangan kamu, kamu nggak akan kenapa-kenapa, kan?"
Raja langsung mengerutkan alisnya begitu mendengar pertanyaan Atha barusan. Raja menggelengkan kepalanya enggan lalu berkata, "nggak akan kenapa-kenapa gimana? Jelas aku bakalan hancur kalau kamu tingalin." Atha kembali terdiam, jawaban Raja membuat hatinya sakit.
"Eum. Duduk, yu?" Ucap Atha kemudian menarik lembut tangan Raja untuk duduk di kursi kosong yang berada di bawah pohon besar, di taman rumah sakit.
Atha menutup matanya. Atha dapat mencium aroma semerbak bunga-bunga di sekitarnya yang terbawa oleh anila yang berhembus. Tanpa menoleh dan membuka matanya gadis itu bertanya kepada Raja, "Raja, kamu tau bunga dandelion?" Yang praktis membuat Raja menoleh ke arahnya. Raja terdiam sesaat, terpaku pada wajah cantik Atha. Kedua sudut bibir gadis itu terangkat begitu sempurna membuat lesung pipi kecil terlihat di bawah sudut bibirnya, bulu mata tebal dan lentik itu membuat Raja tidak berhenti mengagumi wajah Atha.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANATHANIA || Mark
FanfictionAnathania itu definisi manusia yang diciptakan Tuhan ketika sedang tersenyum karena setiap melihat Atha, siapapun akan merasa bahagia. "Raja, tertawa bukan berarti senang bisa saja tawa itu hanya untuk menutupi kesedihan, kan? Tapi Raja, saat aku te...