07. Putusnya senar biola Kanya

22 8 3
                                    

Waktu telah menunjukkan pukul 10 malam dan Raja masih ada di rumah sakit menemani Atha. Baik Raja maupun Atha masih terjaga karena tidak tahu mengapa mata keduanya tidak kunjung digerayangi kantuk.

"Kak Atan baru aja sampai di rumah sakit. Maafin aku ya kamu jadi di sini seharian," ucap Atha begitu mendapat pesan singkat dari kakaknya.

Raja menyunggingkan senyum ke arah Atha, tangannya bergerak hanya untuk memberikan tepukan kusut di puncak kepala Atha.

"Jangankan seharian, selamanya aja aku sanggup kalau sama kamu," ujar Raja dengan suara jenaka membuat Atha terkekeh geli.

Raja tidak main-main dengan ucapannya barusan, sungguh, dia benar-benar jujur. Melihat Atha seharian mungkin akan berdampak baik pada dirinya karena wajah, suara, dan perilaku gadis itu ubahnya seperti obat lelah bagi Raja.

"Belajar dari mana kamu gombal begitu?" Tanya Atha.

Raja mengerutkan alisnya, berlagak sok bingung yang berhasil menyulut gelak tawa Atha.

"Aku nggak berguru dari siapapun, sayang, itu spontan dari hatiku untukmu."

Perkataan Raja membuat tawa Atha semakin pecah, keduanya sampai tidak sadar kalau Atan telah memasuki ruangan bersama seorang perempuan di belakang punggungnya.

"Ekhem!" Atan berdeham dengan sengaja membuat Raja dan Atha praktis menoleh.

Raja menatap Atan lalu melirik Atha. "Kakak kamu?" Tanya Raja yang langsung diangguki oleh Atha.

"Lebih muda dari aku atuh. Lo Atandra, presiden kampus almamater biru tua yang waktu demo nubruk polisi sampai ngajengkang masuk ke got, kan?" Ucap Raja sembari menunjuk Atan yang terlihat geming di tempatnya.

Atha dan seorang perempuan yang berdiri di samping Atan langsung tergelak mengingat lagi kejadian dua tahun lalu saat mereka mengikuti demo. Waktu itu, dengan gagahnya Atan melangkahkan kakinya membelah kerumunan mahasiswa yang sedang menyuarakan keadilan di depan gedung DPR, dengan gerakan tenang Atan mendorong para polisi yang tengah berjaga tepat di depan gerbang gedung DPR, saat usahanya tidak membuahkan hasil, Atan menarik riot sheild yang dipertahankan kuat oleh seorang polisi yang ia kenal.

"Kak, saya itu calon adik ipar Kakak loh, masa nggak mau kasih saya jalan?" Bujuk Atan tanpa ekspresi kepada Kakak Kanya.

Bukannya memberikan jalan kepada Atan, Kakak dari Kanya mendorong tubuh Atan hingga tubuh laki-laki yang sedang lemah itu terhuyung ke belakang, apesnya lagi dari arah kiri seorang anak STM ngabrut ke arahnya membuat keseimbangan Atan tidak dapat ia pertahankan lagi, dan Atan berakhir masuk kedalam got. Nasib baiknya Tuhan masih baik kepada Atan hari itu, karena dia masuk ke dalam got yang menampung air jernih. Kejadian itu benar-benar menggemparkan seantero depan gedung DPR. Jadi, tak heran kalau Raja juga mengetahuinya.

"Niat memanfaatkan kakakku malah berakhir dikhianati," ujar Kanya-- perempuan di samping Atan.

Kanya Arunika namanya. Perempuan berparas cantik dengan kain yang selalu menutupi kepalanya, mahasiswa jurusan kedokteran, berasal dari Surabaya, pacar Atan. Siapa sangka laki-laki sedingin Atan memiliki pacar, kan? Atha juga awalnya tidak menyangka kalau Atandra Fakhry Mahendra memiliki pacar, secara laki-laki itu dingin, kasar, dan seenaknya mana bisa jatuh hati. Eits... Jangan salah sedingin, sekasar, dan seenaknya apapun dia, seorang Atandra pernah jatuh hati dua kali kepada bidadari dari Jakarta dan terakhir kepada bidadari tercantik, terimut, ter-ter... dari Surabaya, yaitu Kanya Arunika yang satu fakultas dengannya.

Pertemuan pertama waktu itu seperti pertemuan sederhana yang tidak di sengaja dan terlihat tidak akan berbuntut panjang. Saat itu, Atan sudah memasuki semester 3, Kanya pun sama. Suatu hari Atan yang menjabat sebagai presiden kampus sekaligus ketua himpunan mengunjungi kelas tetangganya untuk menemui Reno-- sahabatnya, saat itulah ia bertemu Kanya yang tengah duduk di kursi paling belakang dekat dengan kursi Reno sembari membenarkan senar biolanya yang tampak kendor.

ANATHANIA || MarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang