•NINE•

3.1K 196 34
                                    

Happy Reading

“Ibu dan anak tetap sama,” dengus Jelita di depan Dewi.

Falisa sekarang menangis. Ia berusaha untuk bertahan dengan keadaan ini. Lebih baik dia pergi dari rumah besar ini. Falisa sadar jika semuanya akan hancur jika ia tetap menginginkan Ettan untuk bertanggung jawab atas bayi ini.

“Asal Tante tahu tentang ini. Bayi yang saya kandung adalah darah daging Ettan. Tak berguna untuk bohong tentang ini. Saya tahu, saya miskin tapi saya tidak akan menipu keluarga Tante dengan cara yang rendahan seperti itu,” ucap Falisa sembari menangis dan menatap Dewi.

Dewi membisu setelah mendengar ucapan Falisa. Ia dapat merasakan sebuah kebenaran dari gadis itu. Hatinya teriris setelah mendengar ucapan Falisa.

“Maaf jika saya membuat Tante marah. Saya hanya ingin meminta pertanggung jawaban Ettan, tapi jika itu tak bisa, nggak apa apa. Saya akan pergi. Saya juga tak butuh uang Tante,” ucap Falisa.

Falisa dan Jelita hendak beranjak pergi untuk meninggalkan rumah besar itu. Tapi tiba tiba Ettan muncul dari arah pintu utama dengan setelan sehabis pulang kuliah.

Ettan kaget melihat Falisa dan Jelita ada di rumahnya. Dia lebih kaget karena melihat ibunya yang menunduk dan menangis. Sekarang hatinya berdegup kencang. Ia sudah bisa menebak apa yang terjadi. Perlahan, Ettan berjalan mendekati Dewi.

“Bunda,” panggil Ettan pelan.

Dewi menengok pada Ettan dengan tatapan yang sulit diartikan. Ettan kaget melihat tatapan Dewi yang seperti itu. Ia berusaha untuk menutupi ketakutan itu.

“Bund–”

“BUNDA KIRA KAMU ANAK BAIK!” teriak Dewi marah dengan iringan air mata.

Mata Ettan melotot. Dirinya kaget saat mendengar Dewi meneriakinya. Ia dapat melihat kemarahan dalam diri ibunya itu.

“Maksud bunda apa?” tanya Ettan.

“Lihat perempuan itu! KAMU SUDAH MENGHAMILINYA!” Dewi menunjuk Falisa yang menunduk.

“Bunda salah paham,” Ettan berusaha menyangkalnya.

“Bunda lelah, Tan.”

“Itu bukan anak Ettan, Bun! Mungkin aja dia bohong!”

“Ettan cukup nuduh aku kayak gitu!” ucap Falisa dengan nada tinggi. Dirinya lelah dengan tuduhan itu.

“Emang itu kenyataannya kan!”

“STOP!” teriak Dewi. Nafasnya menggebu-gebu sekarang.

“Kita tunggu Ayah kamu pulang. Setelah dia pulang, kita akan bicarakan semuanya,” ucap Dewi lalu melenggang pergi ke kamarnya.

Dewi menangis di dalam kamarnya. Hatinya hancur saat mengetahui apa yang dilakukan putra bungsunya. Ia merasa gagal menjadi seorang orang tua bagi Ettan. Dewi tahu apa yang dirasakan Falisa. Ia dapat merasakan karena dia seorang perempuan juga.

****

Setelah menangis di dalam kamar, Dewi langsung menelpon Pandu untuk segera pulang ke rumah. Ia menyerahkan semua masalah ini pada suaminya karena dirinya tak punya hak. Dewi tahu jika suaminya akan marah ketika mengetahui masalah ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MY TEARS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang